Aku bisa mencari 1000 orang yang lebih berkualitas darimu, tapi tidak dengan yang tulus. They expect my treasure, J*rk! D*mn!
-Square-
Setelah membaca surat itu, aku langsung mengelap air mataku dan keluar dari kamar. Aku menghampiri Ken yang ada di depan rumah Nota.
"Ken?"
"Kau sudah tenang?"
"Iya. Hmm.. Bagaimana kabarmu?"
"Baik"
"Kau melanjutkan kuliahmu di Amerika bukan? Terima kasih karena telah menuruti permintaanku."
Dia tersenyum
Sudah lama aku tidak melihat senyumnya yang seperti ini, aku benar-benar merindukannya. "Terima kasih juga untuk matamu" Aku menangis
"Kau? Dari mana kau tahu tentang itu?"
"Kau tidak bisa melihat sekarang"
"Kau jangan salah paham, ini bukan karena aku mendonorkan mataku untukmu."
"Jangan berbohong lagi Ken, aku tidak suka melihatmu berbohong."
Dia diam
"Nota yang memberitahuku lewat surat terakhirnya. Dia juga memintaku untuk menyampaikan permintaan maafnya padamu, karena telah mengatakan ini."
"Nota yang bod*h"
"Dan aku juga ingin minta maaf padamu, karena telah membuatmu repot dalam menjalani hari-harimu. Kenapa kau mau melakukan ini Ken? Kau bod*h sekali!"
Dia diam
"Ayo jawab! Kenapa diam saja?"
"Aku tidak ingin membicarakan ini"
"Kenapa? Apa karena kau sudah tidak punya jawaban untuk pertanyaanku tadi?"
"Ketrin, tolonglah. Jangan bahas ini."
"Kenapa? Sekarang kau membuatku seakan-akan salah."
"Ketrin!!"
Aku diam. Sebelumnya dia tidak pernah membentakku, semarah apapun dia tetap menjaga nada bicaranya.
"Aku ingin ke dalam. Kumohon, jangan bahas ini lagi. Ini bukan saatnya untuk membahas hal itu, bahkan tidak pernah ada waktu untuk membahasnnya." Dia ke dalam
Aku hanya melihatnya pergi. Dari arah belakang, seseorang mendekatiku.
"Ketrin?"
Aku membalikkan badanku "Kevin?"
"Aku turut berduka atas kepergian Nota"
"Kenapa kau mengatakan itu? Bukankah kau sudah mengetahuinya?"
"Ya, tapi aku belum sempat mengatakan ini."
Aku menundukkan kepalaku "Iya, baiklah."
"Matamu sangat bengkak, sebaiknya dikompres."
"Tidak, kurasa tidak perlu. Ini akan hilang dengan sendirinya."
"Bagaimana bisa? Mari, biar aku kompres."
Aku menurutinya, kami menuju ke dapur di rumah Nota. Dia mengompres mataku dengan perlahan.
"Setelah ini, tolong jangan menangis lagi. Karena bercuma saja! Dengan kau menangis, tidak akan membuat Nota kembali. Dan matamu akan kembali membengkak."
"Terimakasih, aku tidak akan menangis lagi."
Tiba-tiba piring yang ada di tempat pencuci piring yang tepat di belakang kami, jatuh dengan sendirinya. Piring itu pecah. Kami melihatnya dengan perasaan tidak percaya.
"Kenapa bisa jatuh?"
"Mungkin karena angin" Aku mencoba meredamkan rasa penasarannya
"Hanya angin bisa seperti ini? Mustahil!"
"Sudahlah Kevin, tidak usah kau pikirkan. Aku akan membereskannya." Aku ingin berdiri
Dia mencegahku "Tidak usah! Biar aku saja."
"Ba.. Baiklah"
Dia mulai membersihkan pecahan piring itu
"Aw!"
"Kau kenapa Kevin?!" Aku bergegas menghampirinya
"Jariku terkena serpihan kaca dari piring ini"
Aku mengisap darah yang ada di jarinya, dan membuangnya di tempat cucian piring. Aku mengambil kotak obat, dan mengobati luka di jari telunjuk kanannya.
"D*mn! Walaupun lukanya kecil, tapi ini sakit."
"Lain kali kau harus lebih hati-hati."
"Iya, terimakasih. Aku akan lebih berhati-hati lain kali."
Aku masih focus mengobati lukanya
"Tentang yang tadi malam, aku minta maaf. Seharusnya aku tidak mengatakannya."
Aku melihatnya "Tidak apa-apa. Kau manusia normal, wajar saja kau mengatakannya. Apa pipimu baik-baik saja?"
"Iya"
"Maafkan aku, aku tidak akan mengulanginya lagi." Aku tersenyum
"Iya" Dia tersenyum
KAMU SEDANG MEMBACA
SQUARE (COMPLETED)
RomanceSetiap tatap, setiap tawa, dan senyuman, semua tersampul dalam suatu kisah. Ini kisah cinta tentang Ketrin dengan ketiga pria yang menaruh perhatian lebih padanya. Story by : Mutia Novaska