Aku mempunyai dua pilihan, membuatmu kembali mencintaiku, atau mati!
-Square-
•POV Nota•
Bel pulang
"Ketrin? Ayo pulang."
"Hmm Nota, maaf, hari ini aku tidak bisa pulang denganmu. Aku ada janji dengan teman-temanku."
"Apa tidak sebaiknya kau pulang untuk ganti baju dulu?"
"Tidak apa-apa Nota, aku tak mau temanku menunggu lama. Aku pergi ya?"
"Iya, hati-hati."
Malam ini aku ada di rumah Ketrin. Karena dia sedang tidak di rumah, aku berpikir untuk menjaga rumahnya. Ini sudah pukul 00.00 tapi dia tidak kunjung pulang. Beberapa menit kemudian, kira-kira pukul 00.15 aku mendengar orang mengetuk pintu. Aku langsung membukanya, dan ternyata itu ketrin.
"Nota, kenapa kau di sini?"
"Ketrin? Kau kenapa?"
Dia kehilangan keseimbangan
Aku menggendongnya dan membaringkannya di sofa. Dia tidak pingsan, tapi dia mabuk.
"Ketrin, apa kau habis minum?" Aku mencium bau alkohol
"Tidak sayang, mana mungkin aku berani meminum itu."
"Ketrin, tolong jangan berbohong."
Dia duduk dan menatapku "Aku tidak berbohong sayang"
"Ketrin, tolong jujur padaku. Aku tidak suka kau berbohong seperti ini." Aku mencoba menahan emosiku
"Sayang, aku hanya bersenang-senang dengan temanku. Bukankah itu wajar? Sudah lama kami tidak bertemu."
"Darimana saja kau?! Kenapa jam segini baru pulang? Kau ke club?!"
Dia memegang wajahku "Sayang, jangan marah-marah seperti itu atau ketampananmu akan hilang."
"Apa kau ke Club?"
"Baiklah. Iya, aku ke club. Kami hanya bersenang-senang, kami tidak melakukan hal yang aneh."
Aku melepaskan tangannya dari wajahku "Ketrin! Sadarlah! Yang kau lakukan ini salah! Tidak seharusnya kau begini!" Aku sangat marah
Dia membentakku "Lalu aku harus seperti apa?! Harus baik dan menuruti semua perkataanmu?! Iya!!"
"Kau tidak pernah seperti ini Ketrin, sejak kau berteman dengan mereka, kau jadi berani melakukan hal yang tidak-tidak!"
"Lalu kenapa? Apa aku harus menjauhi mereka?!"
"IYA!!"
"TIDAK! Tidak akan pernah! Mereka membuatku bahagia, mereka membuatku merasakan bagaimana rasanya bebas. Tidak sepertimu! Yang selalu melarangku, mengaturku! Aku muak dengan semua aturan dihidupku!"
"Kau dan kelakuanmu tidak lebih dari seorang pel*cur!"
"Tutup mulutmu! Kau pria br^ngsek! Urus saja hidupmu yang kelam itu! Urus masalahmu! Jangan pernah mengaturku lagi! Jangan menambah beban pikiranku lagi!"
"KAU INI!!!" Aku ingin menampar Ketrin
"Ayo! Lakukan saja! Tampar!!!"
Aku tidak bisa menamparnya, aku hanya diam sambil menangis.
"Kenapa tidak jadi?! Kenapa tidak menamparku!"
"Kau benar-benar keterlaluan Ketrin! Kau benar-benar busuk!"
"Iya! Aku memang seperti apa yang kau katakan! Aku tidak sepertimu yang sangat baik dan tidak pernah melakukan kesalahan! Aku sudah muak memakai semua topeng kebaikan ini! Sekarang aku akan melepasnya! Aku akan menunjukkan siapa aku sebenarnya!"
"Aku menyesal telah memasukkanmu ke sekolah itu! Aku menyesal telah membiarkanmu berteman dengan wanita-wanita murahan itu!"
"TUTUP MULUTMU! Aku sudah muak mendengar semua perkataanmu! Sekarang keluarlah! Keluar dari rumahku!" Dia mendorongku keluar
"Ketrin! Sadarlah!"
"Temanku tidak layak dihina oleh pria br*ngsek sepertimu! Dasar baj*ngan!"
"Ketrin!!"
Dia menutup pintu dan meninggalkanku di luar sendirian
Aku memutuskan untuk kembali ke rumahku. Ketika sampai di rumah, aku berusaha menghubungi Ken, tapi tidak diangkat. Aku mengirimkan beberapa pesan, tapi tidak dibalas. Aku kemudian berbaring di kasur. Aku memikirkan perubahan Ketrin yang sangat drastis. Sayang, kenapa kau seperti ini? Kenapa kau menyakitiku? Apa kau ingin balas dendam? Kumohon berhentilah melakukan hal-hal itu, berhenti berteman dengan orang-orang yang salah. Kembalilah padaku, jadilah Ketrin yang kukenal, Ketrin dengan sifat ramah dan lucu. Bukan Ketrin yang sekarang, tidak! Tidak! Kau bukan Ketrin. Sekarang kau bukan Ketrin. Tolong jangan tinggalkan aku dengan keadaanmu yang seperti ini, aku tak bisa melihatmu seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SQUARE (COMPLETED)
RomanceSetiap tatap, setiap tawa, dan senyuman, semua tersampul dalam suatu kisah. Ini kisah cinta tentang Ketrin dengan ketiga pria yang menaruh perhatian lebih padanya. Story by : Mutia Novaska