Begini sudah cukup sayang, kau mau berbicara denganku juga sudah cukup untukku, aku tidak akan meminta lebih, terimakasih.
-Square-
Aku masuk dan duduk sambil menunggu pembelajaran di mulai. Setelah hampir 30 menit menuggu, Dosen datang dan pembelajaran di mulai. Singkat cerita kuliahku hari ini sudah selesai, ntah kenapa aku ingin ke taman, berharap Kevin ada di sana juga dan mengajakku pulang bersamanya.
Aku duduk di bangku taman "Aku akan menunggunya" Aku melihat jam tangan
Sudah hampir 40 menit aku menunggunya di taman, tapi dia tidak kunjung datang. Aku kembali melihat jam tanganku. "Aku bodoh sekali! Begitu yakin kalau dia mengajakku pulang bersama. Ketrin, kau bodoh sekali!"
Ketika aku membalikkan badanku, aku melihat Kevin sedang di belakang kursi yang aku duduki. Kuharap dia tidak mendengar apa yang kukatakan barusan, wajahku sangat kaku. "Ke.. Kevin? Apa kamu sudah lama berada di belakangku?"
Dia tersenyum
"Kenapa kamu tidak langsung memanggilku tadi?"
"Kau bilang kalau aku memanggilmu dengan nama Ketrin, kau tidak akan memperdulikanku. Jadi, aku menunggumu membalikkan badan."
Aku memalingkan wajahku sambil menggaruk leherku (tanda bahwa aku sedang mencari alasan) "Oohh.. Itu, saat itu a.. Aku sedang.. Hmm kamu kenapa memanggilku Ketrin? Hmm maksudnya kenapa kamu tidak memanggilku Vincet saja?"
"Tidak bisa"
Aku melihatnya
"Kau sangat mirip dengan Ketrin, kacamatamu kenapa tidak kau gunakan?"
"Oh iya! Aku lupa." Aku cengengesan. Mengambil kacamataku di dalam tas dan memakainya.
"Ayo pulang!"
"Iya"
Dia membuka pintu mobilnya untukku
"Terimakasih" Aku masuk
Dia masuk dan mulai mengendarai mobilnya
Sepanjang jalan kami bercerita, aku sedikit mengontrol diriku agar tidak salah bicara dan membuatnya curiga. Tinggal setengah perjalanan lagi, mobil kami terjebak macet.
Dia mencari sesuatu "Dimana ya? Ah, aku lupa!"
"Sedang mencari apa?"
"Charger" Dia mulai mencarinya di depanku "Itu dia!" Dia mengambil charger yang ada di sampingku, persisnya di dekat pintu mobil di sebelahku.
Jarakku sangat dekat dengannya, aku menjadi canggung. Wajahnya tepat di depan bibirku, dia sudah mengambil chargernya, tapi posisi kami masih seperti yang aku ceritakan.
Dia melihatku
Aku tidak bisa mengelak, aku melihatnya juga.
Dia terpaku, dia tidak memalingkan wajahnya.
Aku pun begitu
Matanya tak berkedip
Aku tidak mengatakan apapun
Tiba-tiba ada yang mengetuk kaca mobil
Secara bersamaan kami terkejut
Dia kembali ke posisinya dan membuka kaca mobil
"Korannya Om?" Seorang anak kecil kira-kira berusia 10 tahun menawarkan koran
Kevin mengambil uang Rp 100.000 dari dompetnya "Beli semuanya"
Anak itu memberikan koran dan mengambil uangnya "Tidak ada kembaliannya Om"
"Tidak apa-apa, ambil saja." Ken tersenyum
"Terimakasih Om"
"Tolong jangan panggil aku dengan sebutan 'Om' aku ini masih muda"
Aku berusaha menahan tawaku
"Iya" Kata anak itu
"Panggil Kakak saja" Kata Kevin
"Iya Kak" Dia melihatku "Pacar Kakak?"
"Iya, cantikkan?" Kata Kevin
Aku memukul lengan Kevin
Kevin tertawa tapi tetap melihat anak itu
"Iya, manis juga." Kata anak itu
"Kalau bertemu Kakak itu di jalan, tegur ya? Namanya Kak Ketrin. Di tegur saja, tidak perlu digoda, atau Kakak akan marah." Kata Kevin
Aku yang geli mendengarnya langsung senyum menahan tawa
"Hahaha iya Kak, saya duluan ya Kak?"
"Iya, hati-hati." Kata Kevin, dia melihatku. "Dia manis ya?"
"Iya"
"Kau mau punya anak sepertinya?"
Aku mengerutkan dahiku "Masih kecil!"
Dia menyentuh kerutan dahiku dengan telunjuknya "Jangan seperti itu, bisa jadi permanen lho."
Lagi-lagi dia membuatku ingin tertawa
Dia melihatku sambil tersenyum
"Kenapa kamu melihatku seperti itu Om?"
"Kau membuatku seperti seorang fedofil"
Aku memukul kepalanya "Dasar mesum!"
"Hahaha" Dia mengelus kepalaku
KAMU SEDANG MEMBACA
SQUARE (COMPLETED)
RomanceSetiap tatap, setiap tawa, dan senyuman, semua tersampul dalam suatu kisah. Ini kisah cinta tentang Ketrin dengan ketiga pria yang menaruh perhatian lebih padanya. Story by : Mutia Novaska