Bidadari tak lagi bersayap tapi berhijab
__________<<•>>_________
"Minggir!" teriakan seseorang dari jauh diikuti jejakan kakinya yang menggebu, membuyarkan dua gadis dihadapannya. Pemuda itu bukannya berhenti, kakinnya malah melaju dengan kencang meninggalkan mereka yang terbungkam.
"Itu tadi Kak Fathan nggak, Sih?!" salah seorang dari mereka memutar badan, memastikan siapa pemuda yang menerobosnya tadi.
"OMG! itu tadi beneran Kak Fathan!" imbuhnya lagi sambil menggigit bibir bawah.
Dua gadis tadi berteriak histeris. Suatu kesenangan tersendiri bagi mereka bertemu sang idola. Namun, kesenangan itu tak bertahan lama, sosok perempuan bertubuh besar menerobos celah diantara mereka tiba-tiba. Maryam, guru mereka memang sengaja.
Baru beberapa langkah, perempuan itu berbalik, ada sesuatu yang dirasa tidak beres. Mata Maryam mendelik mendapati dua siswi itu membawa banyak jajanan yang disukainya. Sukro dua kelinci, kue lumpur dan beberapa gorengan terbungkus tas plastik putih mengisi tangan masing-masing.
"Kalian berdua! tidak lihat ini sudah jam berapa?! dua siswi itu seakan akan ditelannya bulat-bulat.
Mereka tampak kelabakan ketahuan jajan sebelum jamnya.
"Ma-maaf, Us. Kami janji... nggak--"
Belum sampai kalimat itu berlanjut, Maryam dengan mata masih menyala menyuruh mereka untuk menunggunya di ruang BK.
Tak ada yang berani membantah. Keduanya pun berjalan menuju ruang BK dengan wajah tak terbaca.
Kembali lagi, Maryam meneruskan aksi gerilyanya. Mengejar Fathan.
Perempuan berbobot 87 kilo itu sesekali kakinya berdecit. Berhenti untuk sesaat mengambil nafas.
Koridor sekolah yang semula sepi, kini dibanjiri oleh suara sepatu mereka.
Pengejar berbadan gemuk itu tak enggan berhenti untuk mengejar seorang murid laki-laki yang juga sama sekali tak ingin menyerah.
"Fathan! berhenti!" terdengar suara lengkingan keras Maryam dari arah perpustakaan.
Fathan berlari sekencang mungkin. Melewati beberapa kelas tanpa mau menyudahi larinya barang semenit saja. Cukup tau, jika ia berhenti, Maryam dengan cemetinya tak akan mengampuninya.
Banyak pasang mata tengah menonton aksi mereka dengan berbagai expresi wajah dari dalam kelas.
"Subhanallah ... tuh cowok ganteng banget! jomblo tidak ya?!"
"Masyaallah... Ow jadi itu yang namanya Fathan. Ganteng pisan...."
"Astagfirullahal adziim ... zina mata oey," imbuh lagi salah satu siswi sambil menutup kedua matanya.
"Ini namanya sih, cuci mata!" Kalimat-kalimat standar penyambut Fathan.
"Uluh-uluh... itu ibuk-ibuk larinya kenceng banget ya. Kak Fathan fighting! aku padamu Kak!"
"Ternyata Kak Fathan nggak cuma kita-kita aja ya, yang doyan. Mak-mak juga ngebet banget. Kasian kan, Kak Fathan ketakutan gitu."
Maklum saja, mereka yang masih kelas sepuluh belum banyak yang tahu jika perempuan itu adalah gurunya. Berbeda dengan Fathan yang cepat sekali melejit namanya.
Hari ini hari jum'at. Hari yang biasanya Maryam, selaku ketua keamanan selalu melaksanakan pemeriksaan rutin terhadap semua para murid di SMA Bakti Nusa. Tapi kadang pula ada pemeriksaan dadakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Ustadzah (Lengkap Dan Revisi)
RomanceLebihkan cintamu hanya untuknya, bukan pada ciptaanya yang belum tentu adalah taqdirmu ~Nuha~ Cinta itu sederhana, tapi untuk melupakanya tak sesederhana itu 1 in Membaca 5 in Pesantren (Sabtu, 22 Sept...