Tap. Tap. Tap.Langkah dari kaki jenjang yang dilapisi sepatu converse putih itu adalah satu-satunya suara yang terdengar ketika dirinya baru saja keluar dari ruang studio musik sekolah. Perempuan dengan tas berwarna biru pastel ini, tidak heran ketika ia mendapatkan pandangan yang lumayan sepi pada koridor lantai tiga sekolahnya. Ya, karena seluruh murid SMA Cakrawala sudah masuk ke kelas masih-masing sekitar satu setengah jam yang lalu. Menyantap hidangan rumus yang menggila ataupun setumpuk materi ke dalam otak yang masih terasa segar di pagi hari ini.
Berbeda dengan Kaira Alsava atau yang biasa dipanggil Kaira, ia menghabiskan waktu paginya untuk mendatangi studio musik yang dimiliki sekolah untuk berlatih. Pagi-pagi sekali ia sudah tiba di gedung penimba ilmu ini hanya untuk bertemu guru pembimbingnya yang akan membantu Kaira dalam perlombaan tingkat Nasional. Yap, ia sudah berada di sekolah lebih awal sebelum ramainya murid memenuhi koridor pada pagi hari.
Namun, seketika langkah kaki Kaira refleks memelan ketika koridor depan yang akan dilewatinya ini terdapat seorang guru sedang menegur salah satu murid di depan ruang kelas. Kaira jadi tidak enak jika harus berjalan melewati kedua lelaki berbeda umur itu. Namun, hanya koridor inilah satu-satunya jalan menuju ke tangga lantai bawah yang akan membawa Kaira menuju kelas. Jadi, perempuan itu memilih untuk meneruskan langkahnya.
"Kamu tuh ya, hih! bikin saya naik darah terus! Kamu kan yang gambar muka saya pake embel-embel kumis setebel kulit badak di papan tulis?! Segala di tulisi 'wali kelas emay XI IPS 1' lagi! Kamu pikir saya nggak tau?"
"Lucu kan pak? Kreatif murid bangsa itu namanya,"
"Lucu kamu bilang?!"
Tap.
Saat langkah kaki Kaira sudah di dekat kedua lelaki yang sedang beradu argumen itu, mata cokelat madu miliknya melirik secara refleks karena perbincangan dari keduanya. Dan, pandangan mereka bertemu. Mata hitam keabuan milik lelaki itu mendelik ketika bertemu dengan mata cokelat madu milik Kaira. Hanya beberapa detik saja, karena lelaki itu langsung menoleh ke gurunya saat ini.
"Pak! Liat noh pak, ada yang telat, gile! Jam segini baru mau masuk kelas tuh, pak!" Kaira terkejut sesaat ketika mendengar celetukan lelaki berjarak tiga meter dengannya kini yang bermaksud untuknya. Langkah Kaira pun ia hentikan, karena tidak ingin adanya kesalah pahaman dari guru matematika yang kebetulan memang mengajar di kelas Kaira juga.
"Gak bener tuh kan ya pak? Hukum aja lah pak, hukum. Kita seret bareng-bareng ke ruang BK, gimana? Nanti saya bantuin deh. Serahin tugas marah-marah bapak ke guru BK. Oke pak? Oke, siap Karel ganteng. Kamu memang cerdas!"
"Huh kamu ini! Banyak omong aja bisanya." sang guru mendengus sebal pada lelaki tersebut. Kemudian, ia menoleh ke arah Kaira yang tidak banyak bicara untuk menanggapi murid lelakinya ini.
"Kaira ya? Habis latihan kan sama Ocha? Ocha anak saya lho itu." guru itu tersenyum pada Kaira, hingga pinggiran pada matanya mengerut. "Silakan ke kelas, jangan dengarkan omongan sliwer anak ini, ya."
Pengucapan dengan nada teramat halus, berbeda seratus delapan puluh derajat saat berbicara dengan sosok lelaki yang tidak pernah absen untuk di ceramahinya itu.
Kaira mengangguk, pamit permisi.
Dan terakhir, matanya menatap datar pada tatapan lelaki yang terkejut bukan main akan perbedaan sifat yang sangat kontras pada guru matematika nya ini.
"PAK! INI MAH NAMANYA KE-TIDAK-ADILAN ANTARA JIWA PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI!"
Dan itu, adalah bagaimana awal mereka bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
One And Only K [Completed]
Teen FictionKaira Alsava. Gadis yang sangat menyukai ketenangan. Di balik musik yang ia dengarkan setiap waktu, Di balik film yang ia tonton setiap malam, Di balik novel yang ia baca setiap senggang, Ia adalah seorang gadis yang menyimpan sejuta luka. Yang hany...