38. R U okay?

1.2K 116 15
                                    

Hujan deras kembali mengguyur lapangan SMA Cakrawala. Petir-petir bersautan terdengar memekikkan telinga. Namun suara rintik hujan yang terdengar deras inipun, lebih terdengar indah daripada penjelasan materi prakarya di jam pelajaran terakhir hari Rabu di sekolah.

Gadis itu menempelkan dagu diatas ranselnya yang ia taruh diatas meja. Matanya menatap lurus ke arah meja guru depan kelas, tepat dimana guru itu sedang duduk dan menjelaskan tentang materi yang benar-benar membuat sangat mengantuk.

Suara petir menggelegar tiba-tiba kembali membuat siapapun terkejut. Semakin deras hujan, semakin banyak pula yang sudah melesat terbang ke alam mimpi.

Bisa Kaira lihat, kepala yang masih mendongak dan menatap lurus untuk mendengarkan sang guru, hanyalah lima orang. Sedangkan tiga puluh satu orang lainnya meringkuk memeluk tas.

Aman-aman saja tidur di jam pelajarannya, karena guru prakarya nya itu bisa dibilang sangat santai. Walau membosankan.

Dan setelah dirasa pada puncak bosan, pandangan Kaira sudah tidak ke arah guru tersebut, melainkan ke bangku pojok kanan yang di duduki oleh ex-chairmate nya. Belinda Skylar.

Kaira dapat melihat tatapan kosong Belinda saat ini. Sesekali perempuan blasteran itu menghela nafas panjang, dan akhirnya ikut menelungkupkan wajah pada tasnya yang ia letakkan diatas meja.

Kaira membuang pandangan, ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi dan menghela nafas berat. Ia merindukan sahabatnya itu.

Sedangkan perempuan yang duduk di sebrang sebelah meja Kaira, menoleh kearah Kaira. Matanya menatap tajam. Rasa benci itu masih menggebu.

"Kenapa pipinya di masker?" tanyanya dengan berbisik. Namun bisa Kaira dengar karena ya, mereka duduk bersebelahan namun bersebrangan dengan lorong untuk berlalu lalang. Senyum miring tersungging di bibir merah muda Felma.

Kaira melirik sekilas, kemudian membuang pandangannya lagi. Jujur saja, ini baru pertama kali Kaira rasakan, berurusan dengan manusia seperti itu.

Bell pulang sekolah pun akhirnya berbunyi. Kaira dengan cepat memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Ingin pergi dari kelas ini. Malas harus berinteraksi dengan seseorang di sebelahnya.

"Arsyaa, bangun." sebelum Kaira beranjak pergi, ia membangunkan teman sebangkunya dulu. Ya, awalnya Kaira memang duduk dengan Eca, namun perempuan itu memilih Arsya untuk bertukar tempat dengannya. Karena di hari itu, Kaira masih dimusuhi oleh Eca.

Ya, Kaira sudah akur dengan satu isi kelasnya. Kecuali dengan Belinda sendiri. Juga--Felma, yang ternyata membencinya karena merasa posisinya direbut.

"Mau langsung pulang, Ra?" tanya Arsya setelah menyadari keadaan kelas sudah ditinggalkan oleh guru, dan hujan deras masih menyapa.

Kaira mengangkat kedua bahunya, "Mau latihan vokal,"

Arsya menguap dan menepuk-nepuk mulutnya, "Semangat yee!"

Kaira terkekeh, kemudian berpamitan untuk berlalu. Tidak peduli juga dengan tatapan Felma yang masih mengarahnya.

Teman-teman dikelasnya banyak memilih menetap sementara di kelas sambil menunggu hujan reda, dan beberapa lainnya memilih untuk keluar kelas. Termasuk Kaira yang kini tersentak ketika langkah kakinya berbarengan dengan Belinda. Alhasil mereka tersendat di pintu kelas karena tidak cukup dilewati dua orang sekaligus.

"Eh," Belinda yang sibuk bermain ponsel tersentak kala bersentuhan dengan lengan Kaira.  Namun sedetik setelah Belinda menoleh ke arah Kaira, gadis itu langsung membuang muka dan segera memiringkan badan untuk keluar dari pintu agar tidak sempit.

One And Only K [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang