24. A Bucket

1.3K 115 5
                                    

Suara bell pulang menjadi alunan teramat indah dengan para siswa dan siswi yang kekuatan matanya sudah di lima watt,  terbuka sempurna dan kantuk hilang seketika.

Kaira memasukkan seluruh media belajarnya yang ada di meja kedalam tas birunya. Begitupun dengan tiga puluh lima temannya yang lain. Gadis itu tidak segera pulang, melainkan menoleh ke arah Belinda yang sedang menerima telefon.

"Oh yaudah.. Aku pulang sama Mang Ujang.."

Beberapa detik Belinda terdiam mendengar suara dari sebrang sana, gadis itu menampilan senyum mesemnya. Dan akhirnya perempuan itu mematikan sambungan telefon.

"Kenapa lo?"

Belinda tersenyum manis. "Diajak dinner sama Arden ntar malem, hehehe. Lo kalo mau kebawah duluan aja. Gue nungguin mang Ujang jemput."

Kaira mengangkat kedua alisnya menanggapi. "Yaudah, gue pulang duluan, ya."

Setelah mendapat respon dari Belinda, Kaira langsung menggerakkan kakinya untuk keluar sekolah dan berjalan menuju parkiran. Ia ingin segera memandikan dirinya yang terasa lengket.

Namun baru saja sampai pada undakan terakhir di lantai dasar, Kaira melihat Arden sedang berdiri didekat tangga sambil memainkan helix jump.

Kaira memutar kedua bola matanya, nggak Belinda, nggak pacarnya, sama.

"Den," Kaira menyapa. Arden pun menoleh, kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

"Eh, Ra. Gue boleh ngomong bentar nggak, sama lo?"

Kaira mengernyit, kedua tangannya memegang tali tasnya. "Ngomong mah tinggal ngomong,"

"Lo pulang naik apa?"

"Angkot."

"Sama gue aja yuk, sekalian anter ke suatu tempat."

Kaira ingin menolak, namun karena alasan Arden ingin memberikan hadiah untuk Belinda, Kaira menerima ajakan tersebut.

Dan kini, Kaira berada di dalam mobil hitam mengkilat milik Arden. Melintasi jalanan padat kota di sore hari. Kaira hanya diam, menatap aktivitas para manusia-manusia di jalanan lewat kaca jendela.

Kaira tidak terlalu dekat-dekat sekali dengan Arden. Ia kenal hanya karena saat pendekatan Arden ke Belinda, ia selalu menjadi nyamuk. Namun bukan salahnya, Arden dan Belinda lah yang sama-sama menyuruh untuk bergabung.

"Ra, gue nyalain musik ya,"

Kaira menoleh. "Ya nyalain aja. Inikan mobil lo,"

Arden tersenyum, dan menyalakan lagu yang terputar random pada radio.

"Niatnya mau beliin Belinda apa?" Kaira bertanya sambil menatap jajaran toko-toko yang mereka lewati. Dan kini mobil milik Arden parkir didepan toko bunga.

"Nih, bunga."

Kaira hanya menggumamkan oh dan ikut turun dari mobil Arden. Disana, mereka mencari bunga yang tepat selama satu jam. Kaira mengantuk sekali.

"Oke Ra, jadi diantara semua, kita punya dua pilihan." Arden menggumam di sebelah Kaira, "Antara yang itu, sama itu."

Kaira mengangguk, "Lo tinggal jatohin pilihan yang menurut lo cocok buat Belinda. Dan dua-duanya bagus. Jadi, terserah."

Arden menenteng kedua bunga tersebut di kanan dan kirinya.

"Terakhir, Ra. Gue minta pendapat terakhir. Kanan, atau kiri? Yang menurut lo paling bagus."

Kaira menghembuskan nafasnya, ingin segera pulang. Namun karena ini bunga untuk Belinda, maka Kaira kembali menggunakan matanya dengan seksama mana bunga yang lebih bagus.

One And Only K [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang