Ketika upacara hari senin berakhir, dan bell jam pelajaran pertama yang sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, pintu bertuliskan XI IPS 1 terbuka lebar, membuat seluruh pasang mata yang sudah duduk pada kursi masing-masing, menatap arah datangnya lelaki yang membuka pintu kelas. Sedangkan yang di tatap, tertawa sepuas ia mau.
"YAHAHAA KAGET SEMUA KAN LO SEMUA!" Gelak tawanya terdengar disertai hembusan nafas kesal dari teman-teman sekelasnya. Ada juga yang menghembuskan nafas lega, setidaknya yang masuk bukan guru killer yang akan mengajar di jam pelajaran pertama hari ini. Jadi, rasa dag-dig-dug itu bisa disimpan nanti.
Lelaki itu kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas dan langsung duduk di atas mejanya, menyerobot permen karet milik teman sebangkunya, Davin.
"Bagi ye."
"Gue kira lo Pak Gatot!" Arden men lock ponselnya dan memasukkan kedalam saku seragam, dan menatap jengkel kearah Karel.
Karel hanya mengangkat kedua alis menghiraukan Arden sambil mengunyah makanan manis itu. Dengan gigi dan lidahnya yang sudah terbiasa dengan permen karet, ia membuat balon di luar mulutnya. Makin besar, makin besar, dan makin besar. Ia menepuk-nepukkan pahanya, terkejut sendiri. Hingga membuat teman-temannya menoleh ke arahnya yang sedang rusuh.
"ANJIR REKOR NIH!"
"BALONNYA GEDE ABIS." saut Reynan. "Kek anu."
Davin membuang pandangannya dan melanjutkan bermain game pada ponselnya. "Gantiin permen gue."
Karel terus berusaha menjaga agar permen karetnya tidak meletus, ia terus meniup dengan hati-hati untuk memperbesar balon dan agar tidak pecah.
plup.
Suara balon meletup itu berasal dari mulut Karel.
Yap, balonnya pecah.
Ckreek!
"GITA!"
Perempuan yang memegang pulpen itu terkikik karena berhasil membuat Karel memejamkan matanya dan mendapat teriakan dari Reynan maupun Arden. Sebab permen karet yang meletup itu menutupi wajah Karel seutuhnya. Yieks. Dan Arden yang memegang ponsel pun, belum sempat mengabadikan Karel bersama rekor balon permen karetnya.
"Alhamdulillah ya Allah, Gita bisa bales dendam." perempuan itu berucap, lalu ia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan dan langsung mengambil langkah kaki seribu untuk menjauh. "Itu belom seberapa, di bandingin lo yang ngoprek make up gue!!" katanya dari jauh sambil tertawa. Kemudian, ia bergabung bersama teman-temannya di meja pojok barisan belakang. "EH WOI, BUKA GRUP YA HABIS INI. HAHAHAHA"
"BANGSAT!!" Karel turun dari duduknya di atas meja setelah menempelkan bekas permen karet meletus itu di kolong meja, namun tiba-tiba pandangannya kini tertuju pada lima perempuan teman sekelasnya yang sibuk bermain slime.
"Bagi woy," ujarnya dan berjalan ke arah temannya yang gabut memainkan slime. Setelanya, ia mengambil satu wadah slime hijau berukuran sedang dan langsung pergi melenggang, membiarkan kumpulan tersebut berteriak geram ke arah Karel.
Karel menyunggingkan senyum lebar, ia berjalan menuju dimana Gita duduk bersama teman-temannya. Perempuan itu sedang tertawa terbahak-bahak menceritakan kejadian menyebalkan tadi bagi Karel.
"GITA, GITA, GITA!" Karel dari jarak beberapa meter di hadapan Gita, melempar isi dari wadah itu dengan kekuatan penuh, disertai wajah Karel yang sedang sok terkejut. Gita yang tadi tidak melihat datangnya Karel, mendongak ke arah lelaki itu ketika Karel memanggilnya. Yang mana, bertepatan sekali dengan wajahnya yang tertimpuk benda kenyal berwarna hijau itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
One And Only K [Completed]
Teen FictionKaira Alsava. Gadis yang sangat menyukai ketenangan. Di balik musik yang ia dengarkan setiap waktu, Di balik film yang ia tonton setiap malam, Di balik novel yang ia baca setiap senggang, Ia adalah seorang gadis yang menyimpan sejuta luka. Yang hany...