50. Tragedy

1.1K 106 4
                                    

Menakjubkan. Mengharukan.

Itu yang bisa di deskripsikan oleh Karel ketika perempuan cantik ber-dress abu-abu muda itu selesai menyanyikan lagu Listen yang dibawakan Beyonce. Karel benar-benar terpana dibuatnya. Namun, air mata yang jatuh dari pelupuk mata perempuan itu saat dirinya bernyanyi, membuat Karel tergerak untuk cepat-cepat menemui gadis itu di balik panggung setelah penampilannya selesai.

Dengan segera, Karel berlari keluar gedung musikal menuju pintu utama, dan berlari di area taman samping untuk sampai di pintu belakang backstage. Jujur saja, Karel yang tadi melihat Kaira berpelukan erat dengan Azka, membuatnya sakit. Namun saat Karel melihat Kaira rapuh diatas panggung dengan tangisan yang mendobrak, Karel buang perasaan yang memanas dalam dadanya.

Sampai tidak sadar, Kaira tepat berlari melewatinya.

"KAIRA!" Karel menyerukan nama Kaira dan langsung menggenggam tangan perempuan itu agar Kaira dapat berbalik badan menatapnya. Dan dengan sepersekian detik itu pula, Kaira tertarik tangannya untuk menghadap lurus di hadapan Karel.

Mata mereka bertemu. Dan entah mengapa, suasana dingin disini malah membuat mereka hanya melempar tatap. Ah ya, baru di detik ini Karel bisa menatap Kaira yang sudah didandan secantik ini dengan jarak dekat. Karena memang, sedari tadi Karel belum bertemu Kaira untuk kontak mata, juga kontak ucapan.

"I--iya," Kaira bersuara. Dan air mata itu langsung luruh. Karel tidak mengerti apa yang terjadi dengan Kaira. Air matanya yang hangat dengan mudah meleleh di pipi gadis itu.

Karel tidak bisa berkutik. Air mata itu, membuat Karel tercekat.

"Rel maaf gue buru-buru," Kaira melepas genggaman tangan Karel dari lengannya, tapi Karel masih sedikit menahannya.

"Gue harus kejar Azka."

Dengan itu, Karel melepas pergelangan tangan Kaira seutuhnya sehingga Kaira dapat pergi berlalu bersamaan dengan tapak langkah kakinya yang terdengar.

Meninggalkan Karel yang masih berdiri diam di tempat. Meninggalkan Karel dengan sesuatu tajam yang menghunusnya. Tidak terlihat, namun sakitnya lebih dari itu.

Jadi, begini rasanya terhempaskan? Tidak diinginkan? Ditinggal pergi?

Sesak. Seolah Karel tidak penting.

Karel menggeram, ia juga berdecak. Banyak sumpah serapah yang ingin ia keluarkan sekarang. Namun ia bungkamkan saja. Emosinya memuncak. Rasa kesal itu berdebam kencang dalam jantungnya.

Terlebih lagi, saat Azka mengatakan bahwa lelaki itu mencintai Kaira. Dan Kaira membalasnya dengan kata yang sama. Karel tidak tahu, makna apa dibalik kata itu.

Dengan segera langkah kaki lelaki itu dipercepat menuju motor ninja hitamnya yang terpakir. Melewati cakrawala malam, Karel membawa motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Mulutnya masih bungkam tanpa mau berucap apapun, juga dengan tatapan tajamnya pada apapun yang berada di depannya.

Iya, ini luka.

Dan Karel tidak mempedulikan suara klakson yang ia bunyikan saat ini. Meminta semua kendaraan untuk minggir. Karel hanya ingin meluapkan emosinya dengan mengebut diatas motor, tanpa ingin ada korban yang ia tabrak.

Lelaki itu mendengus keras, tangannya yang mengepal erat pada stang motor, makin memperkuat gas yang digerakkan oleh tangan kanannya. Tujuannya saat ini adalah rumah sakit dimana Lala terbaring karena sakit maag-nya yang kambuh dua hari lalu. Walau Karel merasa gundah akan perasaannya, Karel harus menetapi janjinya pada adiknya itu bahwa Karel harus menginap disana menemani Lala. Bersama Mama juga.

Namun hal yang tak diduga datang.

Motor ninja hitam milik Karel, bertabrakan dengan motor lain yang sama ngebutnya. Suara hantaman itu terdengar keras. Tepat didepan bangunan megah dari Rumah Sakit yang Karel tuju.

One And Only K [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang