1. Keributan Kelas

4K 263 95
                                    

Kaki beralaskan sepatu yang sudah sedikit kotor itu mengetuk-ngetuk pada putihnya lantai yang berdebu karena anggota piket Hari Rabu yang malas membersihkan kelas.

Suara dentuman musik yang di salurkan dari ponsel ke earphone menelusup gendang telinga gadis berambut hitam lebat tersebut. Mulutnya pun ikut menggumamkan lagu yang terputar dan sudah terpilih dalam satu playlist berjudul ‘mood

"KAIRAAAAA!"
        
"RA, KAIRA, ANJIR!!”
        
"BUDEK APA GIMANA SIH LO?"
        
"KAIRAA WOY! BUSET!!"
        
Perempuan yang sedang diselimuti ketenangan pada kelas yang rusuh, melepaskan sebelah earphone yang menyumbat telinga kanannya saat mendengar namanya diteriaki. Dihembuskan nafasnya untuk menahan kesal karena ketenangannya sudah di ganggu.

"GILAA TAU NGGAK GUE, RA!! GILA!!!"
        
"Tanpa dikasih tau juga, gue tau Bel, kalo lo gila. Buat sekarang."
        
"Stop, jangan dilanjutin omongan lo. Lo harus nyimak cerita gue baik-baik!" tangan yang menggunakan gelang perak itu melepas earphone yang menyumbat telinga kiri Kaira. Sehingga pendengaran Kaira kini sepenuhnya sudah pada dunia nyata. Dan perempuan yang datang-datang heboh sendiri itu mendudukkan dirinya di hadapan Kaira dengan memutar kursi 180° agar bisa duduk berhadapan.
        
"Apa?" Kaira meladeni dengan malas.
        
"Gue. Ditembak. Arden!" bisiknya tertahankan, karena tida ingin didengar satu kelas. "Ditembaaaaak Raaaa. Ditembaaakk!!!" tangannya dengan gemas ia pukul-pukulkan pada meja, membuatnya terdengar semakin berisik. Itu yang Kaira nilai jika ada skor untuk menghitung keberisikan yang diciptakan oleh sahabat sendiri. “SENENG NGGAK SIH LO?! AH GILA, GUE SENENG BANGET!”
        
Kaira, gadis yang menjadi pendengar cerita itu akhirnya menyunggingkan senyum tulusnya. "Akhirnya Beeel, gebetan setengah taun lo itu peka."
        
"Iya makanya! Bingung gue jadinya sekarang. Terima apa nggak, coba?”
        
Kaira langsung menjatuhkan kepalanya di atas meja setelah mendengar celetukan sahabatnya itu. Ia meringis, karena telalu kencang menjatuhkan kepalanya itu. Lagian, Belinda sahabatnya ini sejak kapan jadi bolot kaya gini? Kaira menerka-nerka.
       
"Raaa! Kasih gue solusi! Jantung gue astoge, meletup-letup dah ni kek popcorn.”
       
Yang dipanggil, menengadahkan kepalanya. Matanya menyipit akibat paparan sinar matahari yang langsung bertemu dengan iris mata cokelat Kaira lewat jendela sebelah kiri. Ia mengusap wajahnya yang sedikit berminyak, dan kini menatap sahabatnya dengan jengah. "Bel! Yang lo bingungin apa sih? Kemaren-kemaren lo berisik ke gue gara-gara status digantungin lo itu. Giliran udah diajak lepas dari zona temen, lo rusuh ke gue gara-gara bingung?"
        
"Kok lo ngegas sih Ra? Bantuin gue aja sih napa ah, bingung banget gue asdfghjkl. Nih Ra, gue tuh kan—”
        
Kaira memutar kedua bola mata sebal, tidak ingin lagi menghiraukan perkataan Belinda yang akan berbelit-belit nantinya. Ia pun mengambil ponsel milik sahabatnya itu yang ada diatas meja Kaira sendiri.
      
"...Nah makanya—Ehh! mau ngapain lo, Ra?!" Belinda menatap Kaira dengan horror. Kaira pun dengan cepat membuka ruang obrolan Belinda dengan sesosok lelaki bernama Arden—lelaki yang menjadi topik mereka berdua. Alisnya mengangkat satu kala membaca kolom chat teratas.
        
Dedenku cintaku.
       
"Seriusan lo ganti display name Arden jadi alay gini?"
        
Belinda menampilkan cengirannya, “Ya gapapa ya kali-kali.”
        
Dedenku cintaku : Bel, jadi pacar gue. Mau?

Kaira menatap ke arah Belinda sejenak, sahabatnya itu kini sedang menutup wajahnya dengan rambut dan mulutnya yang komat kamit tidak jelas. “Aku bingung, aku bingung, aku bingung, aku bingung—”

Belinda Skylar : ya
        
Itu Kaira yang membalas. Dan kini Kaira memberikan ponselnya lagi pada Belinda yang tercengang akan jawaban yang diketikkan oleh Kaira untuk Arden. Ah, akhirnya Kaira bisa dengan cepat melanjutkan ketertundaannya dalam kegiatan membaca novel sekaligus mendengarkan lagu pada earphone-nya.
        
"Selamat ya, bule kampung. Lo taken sama Arden pujaan hati lo." begitu ucap Kaira sebelum memakai kembali earphone-nya dan membesarkan volume pada lagu yang sudah berbeda dari lagu terakhir yang ia dengar pada ponselnya.
        
GOD! MAKASIH RA!” Belinda bangkit dari posisinya. “GUE UDAH GA JOMBLO LAGI KAN INI? HAHAHAH”
       
“Oke, gue mau rapat MPK. Daaaaa. Nanti gue traktir lo permen kaki! Ingetin gue aja,”
        
Kaira tersenyum miring menanggapi Belinda. Setidaknya, ia bisa merasa tenang bersama perginya perempuan blasteran tadi.
        
Sepuluh menit Kaira merasakan ketenangan karena Belinda yang keluar kelas untuk mendatangi rapat MPK, kini perempuan itu harus merutuki kelasnya akibat kerusuhannya yang semakin membabi buta. Apalagi, dengan kedatangan seseorang yang bukan dari kelas Kaira. Berlari kesana kemari, naik ke atas meja sambil membawa bunglon, dan menyerukan nama ketua kelas XI IPA 3.
        
“AIGA!!”
        
"KAREL. DEMI APAPUN BUANG BUNGLON LO WOY!" teriak lelaki dengan pakaian rapi nya itu, dia adalah teman sekelas Kaira yang menjabat sebagai ketua kelas sekaligus ketua OSIS di SMA Cakrawala.
        
Seluruh pasang mata di kelas, menatap pada dua lelaki yang membuat keadaan kelas semakin rusuh ini. Kursi berjatuhan karena dorongan Aiga, juga meja yang bergeser tak tentu arah demi menghindari laki-laki biang rusuh yang mengejar Aiga sekarang. Namun, kebanyakan kaum hawa dikelas XI IPA 3 ini malah berdecak kagum, bahkan ada yang sampai histeris melihat kedatangan sesosok perusuh dari XI IPS 1.

One And Only K [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang