Epilog

1.9K 117 78
                                    

Beberapa tahun kemudian...

Langkah kaki yang lumayan dipercepat itu menimbulkan percikan air yang sedikit menggenang pada jalanan. Gemuruh dari petir pada langit terdengar mengejutkan. Rintik hujan yang deras membuat tubuh gadis itu lumayan basah. Namun ia tetap mengeratkan jaket merah marunnya untuk menghangatkan suhu tubuh yang dingin.

Setelah berteduh, ia duduk pada sebuah kursi kayu panjang yang letaknya ada di depan warung kecil. Pun dirinya menaruh kresek belanjaan yang dibawanya di dekat kaki kursi. Beruntung warung kecil ini tutup, jadi dirinya bisa sedikit menikmati ketenangan dalam turunnya hujan.

Setelah itu, tangannya segera menyalakan ponsel yang ada pada kantung jaket, ia berniat untuk mengabari bundanya bahwa ia terjebak hujan dan tidak bisa pulang cepat. Namun sayang, ponselnya mati karena kehabisan baterai.

Mendengus kecil, Kaira menatap langit tanpa terlihatnya bulan maupun bintang karena awan kelabu menutupinya. Ia mendesah ringan, dan menyandarkan kepalanya pada papan warung sebagai sandaran.

Krieeet.

Kursi yang Kaira duduki berdecit, karena seseorang lain duduk tepat di sebelahnya. Sama-sama kehujanan, dan sama-sama berteduh. Terlihat dari hoodie abu-abu yang lelaki itu pakai dan tudung topi yang menutupi kepala lelaki itu, sama basahnya dengan jaket milik Kaira.

Ingin Kaira bertanya pada lelaki itu untuk meminjamkannya ponsel demi mengabari Bunda. Namun ada rasa malu ketika harus bersuara dengan orang yang tidak ia kenal.

Dua menit.

Tiga menit.

Lima menit.

Kaira terus berpikir, sampai akhirnya ia mencoba untuk memberanikan diri.

Menarik nafas panjang, Kaira mulai bertanya. "Kamu... punya pulsa?"

Lelaki itu terdiam sebentar, lalu mengangguk sekilas tanpa menoleh sedikitpun. Walaupun begitu, Kaira mencoba meminjam ponselnya untuk mengabari Bunda agar tidak khawatir. Hm, ya. Bunda Kaira itu protective sekali pada kedua anaknya. Maka dari itu, Kaira harus mengabari bagaimanapun juga kalau tidak ingin diomeli karena tanpa kabar.

"Boleh pinjem? Saya mau kabarin bunda saya--"

Belum selesai Kaira berucap, lelaki itu langsung merogoh kantung hoodie nya dan menyodorkan ponsel pada Kaira.

Sempat bingung beberapa detik, Kaira mengambil ponsel itu dengan perlahan. "Thanks."

Segera ia membuka fitur sms dan memberi pesan pada Bunda yang sudah ia hafal nomornya di luar kepala. Pun Kaira menghapus pesan tersebut setelah tanda kirim telah muncul. Kembali pada layar menu, matanya baru sadar akan sesuatu.

Homescreen pada ponsel itu...

Sontak, mata Kaira membulat sempurna dengan degup jantungnya yang berdetak berbeda dari sebelumnya.

Kaira menoleh, tapi lelaki itu malah bangkit berdiri dan berjalan dibawah derasnya hujan.

"Lo...siapa?" Kaira bangkit dari duduknya setelah menaruh ponsel itu diatas kursi, ia pun menghampiri lelaki itu tanpa peduli dirinya yang terkena rintikan hujan deras juga. Pasalnya, hal ini menyangkut dirinya.

"Kenapa walpaper lo... foto gue?"

Bahkan Kaira tidak lagi menggunakan kata 'kamu-saya' yang ia gunakan untuk orang yang tidak ia kenal. Sekarang ini dirinya dibuat terkejut kala mendapatkan fotonya ada pada homescreen ponsel milik seseorang yang... Tidak Kaira kenal ini. Lelaki itu menggunakan masker berwarna hitam, serta tudung topi yang hampir menutupi matanya.

One And Only K [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang