"Makasi ye bang," Karel tersenyum lebar kala tiga porsi bubur ayam serta dua es teh manis akhirnya terhidang di mejanya. Pagi ini pukul delapan tepat, ia dan Kaira memilih sarapan bubur setelah melakukan aktivitas lari pagi di area car free day selama dua jam. Rasa lapar akibat kelelahan pun telah menyerang. Apalagi Karel, ia memesan dua porsi bubur untuk dirinya sendiri.
"Terakhir gue kesini... Kapan ya?" gumam Kaira sambil mengaduk buburnya agar bumbu tercampur rata. Berbeda dengan Karel, yang membiarkan bubur tersebut tetap utuh tanpa tercampur. Karena Karel sendiri tidak suka jika bubur diaduk.
"Sama gue woy," Karel menjawab sewot, "Pertama kali kita berdua makan bareng juga, disini kan? Di tempat ini juga lagian. Masa lupa idiiih."
Tempat makan ini memang berkesan bagi Kaira. Sebelum bersama Karel pun, Kaira sering pergi ke tempat bubur ini. Rutin, tiap hari Minggu bersama keluarga lengkapnya.
"Hmmm, inget sih," jawab Kaira dan menyuapkan satu sendok bubur yang sudah lebih menghangat. "Maksa-maksa lagian buat main di timezone."
"Inget aja, hehe. Terus terus, kalo gue ajak lo ke suatu tempat juga hari ini, mau nggak?"
Kaira mengangkat sebelah alisnya sebagai ekspresi tanya yang refleks. "Ke?"
"Kepo amat si yeu."
Kaira langsung memutar kedua bola matanya jengkel.
"Habis ini pulang dulu aja, nanti jam empat gue jemput."
Kaira menyipitkan matanya ke arah lelaki itu, "Siapa bilang gue mau ikut?"
"Aku." Karel tersenyum lebar. "Harus mau. Aku maksa."
"Dih. Yaudah, tapi habis ini jenguk Belinda dulu ya,"
Kemudian mereka berdua larut dalam makanan masing-masing. Dan bersama Karel, Kaira lebih mengurangi memakai earphone di telinganya. Karena ia rasa, mendengar lelaki itu menyeletuk tidak jelas lebih menyenangkan daripada lagu manapun.
"Uhuk, uhuk. Aduh batuk." tiba-tiba Karel tersedak--di sengaja lebih tepatnya--. Dan dengan cepat ia meminum es teh manis miliknya sendiri.
"Kenapa deh?" tanya Kaira sambil mengulurkan kotak tisu untuk Karel.
"Lo cantik banget hari ini, parah!" ucap Karel dengan matanya yang terus menatap lurus ke arah Kaira sambil mengambil tisu untuk mengelap sudut bibir. Sedangkan Kaira mendengus mengerti.
"Gausah kode, gue tau lo ada maunya."
"Hehe, tau aja." Karel meminum es teh manisnya lagi dengan bibirnya yang tersenyum untuk Kaira.
"Kenapa?"
"Ini bubur satu porsi delapan ribu kan ya? Nah aku tuh kan beli dua porsi, jadinya enam belas ribuuuu."
Tunggu, kenapa pacarnya jadi sok imut seperti ini? Kaira membatin.
"Nah tapi... Aku cuma bawa uang lima belas ribu doang. Belom es tehnya, hehehehehe."
Oh, kalau ceritanya begini sih, Kaira paham.
"Cari aja uang sendiri buat bayar es teh."
"Kay buseeeeeet, Kay. Jangan jadi bawang merah napa ke pacar sendiri."
"Bawang merah?" Kaira mengernyit bingung.
"Kejam."
"Lah, kocak." Kaira tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Iya iya, gue bayarin."
Karel pun yang melihat senyum Kaira itu, ikut menyunggingkan senyum bahagianya. Bahagia karena ada yang bayarin kekurangan uangnya... Eh tidak, tidak. Karel bercanda. Ia bahagia karena Kaira. Apapun yang dilakukan Kaira, ia sungguh bahagia. Baik dari cara Kaira menatapnya, berbicara, mendengus kesal, menggembungkan pipi, dan kadang memberengut kesal. Karel sungguh jatuh pada pemilik iris mata cokelat madu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
One And Only K [Completed]
Teen FictionKaira Alsava. Gadis yang sangat menyukai ketenangan. Di balik musik yang ia dengarkan setiap waktu, Di balik film yang ia tonton setiap malam, Di balik novel yang ia baca setiap senggang, Ia adalah seorang gadis yang menyimpan sejuta luka. Yang hany...