Jam sudah menunjukkan pukul empat petang, perut yang sudah tidak kuasa menahan lapar, akhirnya bisa menyetor daftar pesanan yang akan di beli.
"Nan, lo ngapa nyari tempat nongkrong yang ada tempat vape juga sih?" lelaki dengan mata hitam keabuannya itu membuka suara ketika pelayan berbaju merah sudah pergi, memberikan pesanan pada chef handalan di tempat makan ini.
"Tau nih si Reynan, kalo ada guru yang liat kita disini mah, pasti nyangka kita lagi nge vape." saut Arden dengan mata yang celingak celinguk pada jendela kaca. Memperhatikan, ada guru atau tidak di luar kafe yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah. Sekitar lima ratus meter dari sekolah.
"Pantes ye, si Davin langsung nolak tawaran lo." Karel melempar beberapa butiran kacang atom yang tadi sempat di belinya di warung sebelah.
"Cobain aja dulu nasi goreng disini, mantap bor!!!" kicau Reynan sambil sibuk memainkan ponselnya. Kemudian Karel pun mengedarkan pandangan. Ternyata tidak hanya kalangan lelaki saja yang disini, banyak sekali perempuan-perempuan yang nge vape, sekaligus merokok juga.
Karel bergidik ngeri, 'Udah ngerokok, nge vape pula. Gimana janinnya ntar.'
Ia berjanji dalam hatinya, akan mencari perempuan yang tidak pernah mengapit batang rokok di bibirnya sendiri dan di kedua sela jari tengah dan telunjuknya.
"Gue cuci tangan dulu dah," Karel melenggang menuju wastafel. Bibirnya membuat siulan sebuah lagu yang terngiang-ngiang di otaknya. Dan akhirnya, kedua tangan Karel terpancur air keran yang dingin. Ia memfokuskan pandangannya pada kaca, dan merapihkan jambulnya dengan sedikit air.
"Dah, cakep." celetuknya. Ia pun menuangkan sabun cuci tangan pada telapak tangannya.
"Nih, usahain jangan ketauan siapa-siapa. Apalagi polisi."
Karel mengerjapkan matanya saat mendengar bisikan yang sangat aneh. Maksudnya, kata-katanya terdengar ambigu. Karel malah berpikir, ada orang yang mau menyelundupkan bom.
Karel pun menoleh, mencari sumber suara tadi. Dan ia menemukan dua orang, sedang duduk bersebelahan. Dengan laki-laki berambut keriting memanjang, memberikan sebuah kantung hitam berukuran kecil yang diikat dengan tali putih pada gadis berambut merah disana.
"Widihhh, apaan tuh?" Karel menyeletuk, membuat kedua remaja itu menoleh ke arah Karel yang memasang wajah kepo nya. "Permen? Bagi napa."
"L-Lo siapa? Ngapain berdiri di...situ?" tanya perempuan dengan gelagat gugup itu sembari memasukkan kantung kecil tadi pada saku celana ripped jeans nya.
"Yeee, kepo." Karel membuang muka dan mematikan keran. Tangannya kini ia keringkan pada alat pengering tangan yang basah.
"Lo denger apa aja tadi?" suara berat lelaki yang duduk di sebelah perempuan itu terlontar untuk Karel. Yang mana membuat perhatian Karel teralihkan pada dua manusia yang ia ajak berbincang singkat tadi.
"Pokonya tadi lo bilang gak boleh ketauan polis--"
Buggg.
Karel terkejut, mendapat tonjokan tiba-tiba.
"LO NGAPAIN NONJOK GUE, SETAN?!" ia memegang sudut bibirnya setelah lelaki brandal itu bangkit dari kursinya dan langsung menghantam rahang Karel dengan keras. Sedangkan banyak pasang mata kini menoleh ke arah ribut di tempat.
Lelaki tersebut berjalan makin mendekat ke arah Karel, dan berbisik, "Diem, atau gue bakal bikin lo ga aman!"
"Mohon jangan ribut disini," seorang pegawai dengan seragam merah khas kafe ini melerai, membuat lelaki yang meninju Karel tadi mundur dan langsung menghampiri ke arah perempuan yang sedang bersamanya sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One And Only K [Completed]
Teen FictionKaira Alsava. Gadis yang sangat menyukai ketenangan. Di balik musik yang ia dengarkan setiap waktu, Di balik film yang ia tonton setiap malam, Di balik novel yang ia baca setiap senggang, Ia adalah seorang gadis yang menyimpan sejuta luka. Yang hany...