35. Him

1.1K 135 11
                                    

Lelaki itu melepas helm yang ada di kepalanya setelah motor terparkir sempurna di garasi . Matanya menatap kearah jendela yang memperlihatkan seorang gadis sedang menaruh sepatu di rak sepatu dalam rumah.

Lelaki itupun mengernyitkan dahinya, kemudian melirik pada jam tangan yang melingkar ditangannya.

Pukul setengah lima sore.

Iapun berjalan masuk ke dalam rumahnya dan mendapatkan gadis yang dilihatnya itu sedang berjongkok dihadapan kulkas.

"Kok baru pulang?" tanya Karel sambil duduk di meja makan dan menuangkan air putih pada gelas untuk di minum.

Lala sedikit terkejut melihat kedatangan kakaknya itu, pun ia mengambil sekotak eskrim dan dibawanya lah ke meja makan.

"Bukannya pulangnya jam dua?" Karel bertanya lagi, "Main?"

Lala menggeleng, untuk menjawab jujur. Namun sedetik kemudian ia mengangguk untuk berbohong.

"Iya lah, main." jawabnya kemudian menyuap sesendok eskrim vanilla dingin itu ke dalam mulut. "Emang kenapa sih?"

Karel mengangkat kedua bahunya, "Ya nanya aja. Soalnya tadi gue liat anak SMP bentukan kaya lo ada di halte nungguin angkot."

Lala mendelik, "Bentukan kaya Lala maksudnya apaan tuh?"

"Ya itu, dimana-mana makan."

Lala memutar kedua bola matanya. "Dah ah, mau ke kamar." dengan cepat perempuan berbaju putih biru itu memasukkan lagi eskrimnya ke dalam kulkas dan berlalu cepat ke kamarnya. Sebetulnya, Lala tidak mau obrolannya dengan Karel berlanjut. Bisa-bisa Lala ketauan kalau diam-diam ia bertemu Kaira dan membicarakan tentang kakaknya itu.

Sedangkan Karel, menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi dan tangannya yang mengeluarkan ponsel.

Ia membuang nafasnya perlahan, grup chat yang berisi antara dirinya dan keempat sahabat Karel, seketika senyap.

Sepi, sejak mading tidak jelas itu tertempel.

Entah apa masalahnya, entah bagaimana adanya, namun yang Karel rasa persahabatannya meregang. Seperti Davin yang selalu tenggelam dalam kesendiriannya itu, makin menenggelamkan dirinya, dan Arden yang menolak setiap ajakan dari Reynan, juga Karel sendiri juga yang menjadi lebih banyak diam.

Drrrttt.

Baru saja dipikirkan, satu notifikasi masuk dari grup itu. Reynan yang memulai. Bertanya ada apa dengan teman-temannya hari ini.

Tapi Karel tidak minat membalas. Ia terus menggulir isi chat sampai nama Kaira terpampang.

Dibukanya lagi chat itu. Pesan-pesan dari Kaira yang hanya dibaca oleh Karel. Kata-kata maaf dari ketikan Kaira yang sampai pada Karel.

Namun Karel anggap sebagai angin lalu.

"Tolol," umpat Karel ketika jempolnya tak sengaja memencet tombol vidio call. "Bego, bego, bego!"

Ia pun menyalakan mode pesawat dan dengan segera mematikan ponselnya.

Menghindar dari Kaira? Ya, memang itu yang Karel lakukan.

🔱🔱🔱

Derasnya hujan kembali mengguyur tanah yang baru saja mengering, dengan rambut yang basah sehabis mandi, lelaki itu merebahkan diri di atas sofa dalam kamarnya. Matanya menatap lurus ke arah televisi yang menyala. Tapi pikirannya sejak tadi bukan ditempatnya, melainkan berkelana menuju beberapa waktu sebelumnya. Saat di sekolah.

Saat lelaki dengan nametag bertuliskan Karel Azvero yang melekat pada bajunya itu berjalan keluar warung samping sekolah. Dan matanya menemukan Kaira tengah terduduk dan termenung di halte.

One And Only K [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang