Alis itu mengernyit dalam. Matanya masih menatap lurus. Dirinyapun masih berdiri pada posisinya. Tanpa berubah sedetikpun.
"Hah?" hanya itu yang bisa di ucapkan oleh gadis dengan rambut cepolnya. Namun selanjutnya, malah suara untaian tawa yang terdengar.
"HAHAHAHAHHAHA YA ALLAH." Karel terbahak. Mampu membuat kebingungan Kaira meningkat. "Gue ngomong apaan dah tadi! HAHAHA."
"Nggak jelas lo,"
Derai tawa lelaki itu terhenti, digantikan dengan kekehan, "Maap ye Kay. Becanda doang."
Kaira memutar kedua bola matanya. Menurutnya, malam ini Karel benar-benar tidak jelas.
Karel yang masih tertekeh kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Kaira. Hingga mereka berdua berdiri berhadapan.
"Liat dua-duanya tangan lo coba, Kay." ujar Karel yang mampu membuat dahi Kaira mengernyit, lagi.
Namun, Kaira turuti saja kemauan lelaki itu. Biar cepat.
"Pinjem okey," setelah satu kata itu Karel lontarkan, lelaki itu mengambil ponsel yang ada di genggaman tangan kanan Kaira dan langsung mengotak-ngatik layar disana.
"Ngapain, sih?" Kaira berusaha menarik ponselnya, namun Karel berhasil memutar badannya sejauh seratus delapan puluh derajat untuk menghindar dari tangan Kaira yang berusaha menggapai ponselnya sendiri.
"Rel!"
"Ntar, ya bu. Sabar." bahkan kini lelaki itu berjalan menjauh dari Kaira dan mendekati lampu taman, demi mendapat kenyamanan dalam mengetikkan sesuatu tanpa gangguan tangan Kaira yang terus berusaha menggapai. Kaira hanya mendengus malas dan membiarkan apa yang lelaki itu lakukan. Toh, tidak ada yang perlu disembunyikan dari ponselnya.
"Nyampe hp gue meledak, ganti."
Karel menengok ke arah Kaira sekilas dan tersenyum, "Tangan gue mah penuh berkah. Aman."
Tidak begitu lama, Karel selesai urusannya dengan ponsel Kaira. Ia kembali berjalan dan menghampir Kaira.
"Nih," ucap Karel seraya memberikan benda persegi panjang itu pada pemiliknya.
Kaira memutar kedua bola mata, dan langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku jaketnya. "Pulang kan sekarang?"
"Yoi mau balik. Oh, apa lo mau nahan gue disini, hm? Hahahahaha. Pasti jawabannya iya kan? Oke deh gue temenin ngobrol sampe seabad kalo bisa--"
"Lo tunggu, gue ambil kunci pager." Kaira melenggang pergi, membiarkan Karel yang menganga.
"NGUSIR NIH?!"
"Ya." jawab Kaira dan masuk pada rumahnya melewati pintu samping.
Karel terkekeh melihat kesimple-an pada Kaira. Tidak muluk-muluk.
Bersamaan dengan masuknya Kaira ke dalam rumah, Karel memilih untuk duduk di kursi yang ada, dan menatap kamar Kaira yang jendelanya tertutup rapat dengan lampu masih menyala.
Ada alasan Karel datang kemari.
Pertama, ia ingin meminjam ponsel Kaira dan menyimpan nomornya sendiri seperti yang baru dilakukannya tadi,
Dan kedua, rasa penasaran Karel yang menyeluruhi isi otaknya.
Ingat? Ketika lelaki itu melihat Kaira menitikkan air matanya saat di minimarket?
Ya, Karel ingin tahu lebih dalam apa yang membuat gadis kaku itu bersedih. Ia peduli--penasaran--entahlah ia tidak tahu. Dalam hati kecilnya, ia tidak mau melihat Kaira bersedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
One And Only K [Completed]
Teen FictionKaira Alsava. Gadis yang sangat menyukai ketenangan. Di balik musik yang ia dengarkan setiap waktu, Di balik film yang ia tonton setiap malam, Di balik novel yang ia baca setiap senggang, Ia adalah seorang gadis yang menyimpan sejuta luka. Yang hany...