Tepat dua puluh menit sebelum bell upacara di Senin pagi berbunyi, salah satu gadis dengan setelan seragam putih abu-abu itu berjalan di koridor melewati beberapa siswa dan siswi yang lain. Telinganya yang seperti biasa terpaut dengan sebelah earphone, memelankan volume pada ponsel saat menyadari beberapa pasang mata melirik kearahnya.
Kaira tidak tahu, kenapa, ada apa, dan apa sedikit ge-er jika ia merasa diperhatikan sekelilingnya sekarang?
Kaira mengedikkan kecil bahunya, mungkin orang-orang yang dilewatinya sedang menatap orang yang berjalan di belakang Kaira, atau--entahlah, Kaira tidak ingin ambil pusing.
Setelah sampai di kelas yang terletak di deretan koridor lantai dua bagian selatan, alias kelasnya ini, gadis itu membuka pintu. Namun sesuatu yang ganjil menghampiri. Kelas ini sangat sepi. Tidak ada satu orangpun didalamnya. Hanya beberapa tas yang sudah tersampir pada kursi masing-masing.
Kaira melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas yang dingin karena ac sudah menyala. Namun langkahnya terhenti ketika menemukan sesuatu yang janggal lagi.
Kursi yang biasa diduduki Belinda, sudah tersampir tas pink peach milik gadis blasteran itu. Namun, kursi disebelahnya tidak ada. Kursi yang biasa diduduki Kaira.
Kaira langsung berjalan cepat memutari deretan-deretan setiap meja dan kursi, memastikan ada sepasang meja yang terselip tiga kursi. Tapi nihil, kursi-kursi di kelasnya berjumlah tiga puluh lima, yang mana seharusnya terdapat tiga puluh enam kursi untuk murid.
Dan pada saat itu pula, pintu kelas terbuka dengan teman sekelas Kaira mulai memasuki kelas.
Keadaan yang aneh kembali hadir. Teman sekelas Kaira menatapnya dengan tatapan yang berbeda-beda. Tatapan yang membuat Kaira merasa, takut.
"Ssst, jan ngomong apa-apa udah. Biar ngerti sendiri aja." Suara hening dikelas itu dipecahkan oleh Belva. Perempuan dengan badan bak model itu berjalan menuju tempat duduknya. Pun teman-teman sekelas Kaira lainnya ikut menduduki tempat masing-masing.
"Ck, kelas panas banget sih woy!" Gerutu Arin seraya melirik Kaira dan menjatuhkan diri pada kursi di tempatnya. "Sorry, Va, gue nggak tahan buat nyindir!"
Belva mengangkat kedua bahunya lalu berlalu keluar dari kelas. Menyegerakan pergi ke lapangan untuk upacara atau bertemu temannya dikelas lain. Tidak mau tahu apa yang terjadi nanti dikelasnya.
"Ehm, pengumuman" Bianca menepuk-nepuk tangannya seolah mencari perhatian, "KELAS KITA SUDAH TERNODA!"
"Haha, pengemis cinta."
"Tau, bikin malu kelas aja."
"Cabe busuk, cabe busuk!"
Kaira mengernyit bingung.
Ah, Kaira tidak mau mempedulikannya terlebih dulu. Yang penting sekarang, dimana kursinya berada.
"Nath, lo liat kursi gue nggak?" Tanya Kaira pada Nathalie yang saat itu berjalan melewati Kaira untuk duduk ditempatnya. Tidak tahu bahwa banyak pasang mata kini melirik ke arahnya.
Nathalie mendelik, "Lo nanya ke gue?"
Kaira mengangguk ragu.
"Tanya yang lain aja deh, gue alergi sama lo."
Deg.
Suara seruan pun makin mendominasi kelas ini. Bahkan ada yang terkekeh. Beberapa tidak peduli dengan suasana panas ini. Apalagi anak laki-laki yang nggak hobi nyinyir.
Selepas Nathalie melengos dan duduk di kursi tempatnya, jantung Kaira cukup mencelos akan ucapan yang Nathalie lontarkan. Juga dengan sorakan dikelasnya yang lebih berisik daripada biasanya. Emosi, tersulut. Kaira tidak mengerti mengapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
One And Only K [Completed]
Teen FictionKaira Alsava. Gadis yang sangat menyukai ketenangan. Di balik musik yang ia dengarkan setiap waktu, Di balik film yang ia tonton setiap malam, Di balik novel yang ia baca setiap senggang, Ia adalah seorang gadis yang menyimpan sejuta luka. Yang hany...