30. Pematah?

1.1K 114 6
                                    

Gadis itu menutup pintunya perlahan, disauti suara pintu kamarnya yang terkunci terdengar. Ia mengedarkan pandangan pada kamarnya yang bernuansa gelap. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam lebih berpuluh-puluh menit.

Kaira mengusap wajahnya, dan langsung menjatuhkan diri diatas ranjang. Mata cokelat madunya menatap taburan stiker glow in the dark pada atap temboknya dengan sendu. Hembusan nafas kecilnyapun terdengar. Sangat lemah.

Pikirannya menarik pada kejadian sekitar satu jam yang lalu. Saat percakapannya dengan Hansel didepan televisi.

"Kak Kaira, Kak Karel nge dm Hansel. Dia sok kenal banget idih.."

"Dia nanyain Kak Kaira nih,"

"Katanya, Kak Kaira dimana?"

"Ini Hansel jawab apa? Nggak usah dibales apa ya? Lagian temen Kak Kaira ini tengil banget. Sebel Hansel sama dia."

Kaira mengusap wajahnya lagi lebih keras, berusaha menghilangkan pikiran itu. Entah apa yang merasuki pikiran Kaira saat ini. Namun perasaannya dirundung rasa tidak enak atas tindakan yang diambilnya.

Kaira memukul keningnya dengan kepalan tangan, rasanya kepalanya akan meledak oleh pikiran-pikiran yang tidak seharusnya datang menghampiri. Dan oh, apalagi soal perseturuan antara Kaira dan Belinda tadi siang. Membuat batin Kaira kembali tergores.

Kaira harap, semua luka ini bisa cepat terobati.

Gadis itu meraba kasurnya untuk mendapatkan ponselnya. Ia tidak peduli sudah berapa lama ia menyalakan mode pesawat agar tidak ada panggilan atau pesan masuk. Kaira hanya ingin melihat foto ia dan Belinda dalam polaroid kecil yang terpampang di belakang hp.

Sungguh, ini baru kali pertama gadis itu rasakan, bertengkar hebat dengan Belinda. Sebelumnya, sekalipun mereka tidak pernah bertengkar.

Kaira menghembuskan nafas berat. Entah sumpah serapah apa yang kini sedang dilontarkan Belinda tentang Kaira pada bulan dan bintang. Kaira akan membiarkan Belinda, larut dalam kemarahannya. Mungkin satu atau dua hari, Kaira baru akan berbicara dengan Belinda lagi. Setidaknya dengan itu, Kaira yakin emosi Belinda akan lebih stabil jika dibanding sekarang.

Gadis berpiyama itu bangkit dari kasurnya, kemudian mengambil jaket bomber berwarna kuning dan segera berlalu dari kamarnya, tanpa membawa ponsel. Hanya selembar uang berwarna merah yang ada di kantung celananya.

Untung, keadaan rumah sepi. Sudah terlelap dalam kamar gelap masing-masing. Hingga memudahkan Kaira berjalan-jalan sebentar pada malam hari tanpa ditanya.

Kaira membuka pagar, dan pergi keluar rumah bersama sepeda gunungnya. Memutari komplek perumahan untuk menenangkan pikirannya yang berkecamuk sendiri di dalamnya. Tidak lupa dengan headphone yang tersalur dari ipod nano miliknya.

Dalam jalanan yang sepi, sekejap Kaira memejamkan matanya. Menikmati semilir angin malam yang menyapanya. Bibirnya menggumamkan kata bersamaan dengan lagu yang terputar.

Kaira kembali membuka matanya. Sebuah minimarket yang buka 24 jam kini terlihat jelas dimatanya. Membuat Kaira punya tujuan saat ini.

Ia memarkirkan sepedanya. Hanya tiga kendaraan saja yang ada di parkiran tersebut.

Kaira langsung masuk ke dalam kawasan minimarket. Hembusan dingin dari air conditioner langsung menyapanya. Namun Kaira tidak peduli sedingin apa malam ini.

Ia hanya butuh es krim.

Mata cokelat madunya pun kini menjelajah dalam kotak besar dingin yang berisi bermacam-macam es krim. Bibirnya tersungging kecil. Dan mengambil salah satu eskrim yang dipilihnya.

One And Only K [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang