"Kay,"
Bibir merah pucat bawah milik lelaki itu maju satu centi saat seseorang dipanggilnya sudah lebih dari sepuluh kali tidak menyaut. Lelaki itu menopangkan dagunya dengan kepalan tangan, memperhatikan gadis yang duduk anteng didepannya sembari mendengarkan musik dan membaca novel.
Hingga pertahanan Kaira selama sepuluh menit untuk berdiam diri membaca kalimat pada novel, buyar. Kepalanya ia dongakkan pada Karel yang sedari tadi menatapnya dan terus memanggil. Karel bosan dengan kegiatan di perpustakaan.
Sesaat Kaira menolehkan pandangan ke arahnya, Karel langsung berucap. "Gue gabut Kay, demi apapun. Lo udahan kek baca bukunya."
"Ya emang, perpustakaan bukan tempat lo yang bawel."
Karel makin memajukan bibirnya, cemberut. Namun sedetik kemudian, senyumnya mengembang. "Gue ko bisa lupa ya ada itu." gumamnya.
"Apa?" Tanya Kaira.
"Kay, lo mau nggak ke tempat yang lebih tenang dari perpustakaan disini?"
Kaira mengernyitkan dahi. "Di sekolah? Emang ada?"
Karel mengangguk yakin. "Rooftop! Lo belom pernah kesana, kan?"
Kaira menggeleng. "Lagian pintunya dikunci terus. Nggak terbuka buat umum." gadis itu kemudian mengembalikan fokusnya pada novel.
Namun baru beberapa detik ia membaca rentetan abjad di buku tebal itu, tiba-tiba sebuah tangan menyodorkan sebuah kunci tepat didepan kalimat yang Kaira baca. Kaira yang bingung, menoleh ke arah Karel.
"Ini kunci apa?"
"Pintu rooftop, gue ngambil dari Aiga. Si ketos belagu." Karel menggerakkan kedua alisnya naik turun dengan cepat, juga senyumannya yang melebar, "Hebat kan gue? Iyadong Karel. Uehehe."
"Aiga?" Kaira menutup bukunya, dan mulai merapihkan barang bawaannya. "Kok bisa?"
"Iya, dia kan sepupu gue, pas gue nginep rumahnya, gue ambil aja tu diem-diem. Tau rasa aja deh anak OSIS gabisa rapat di rooftop. Ke enakan kalo mereka rapat di sana, nikmatin sepoi sepoi angin, lah kita-kita nggak. Padahal bayar sekolah sama, masa fasilitas dibeda--"
"Rel, penjelasan lo terlalu panjang." Kaira berdiri dari duduknya. "Ayo,"
Karel terkekeh, kemudian ikut berjalan keluar perpus bersama Kaira. Gadis si penyuka ketenangan itu.
Dan akhirnya, Kaira sebentar lagi melangkahkan kakinya ke rooftop sekolah yang memang tidak terbuka untuk umum. Kuncinya saja hanya ada dua, dipegang oleh ketua osis--terkadang anak osis mengadakan rapat disana--yang kuncinya telah dicuri oleh Karel, dan satunya lagi dipegang oleh bapak sarpras-- sarana dan prasana.
"Jangan bilang ke Aiga tapi, Ra. Gue ngambil kunci rooftopnya. Bisa digeplak gue sama dia." ucapnya pada undakan tangga menuju pintu besi yang langsung menunjukkan rooftop itu berada.
"Iya," Kaira mengangguk, dan akhirnya setelah berjalan beberapa menit, kini kedua pasang kaki milik lelaki dan perempuan itu sudah dihadapan pintu kayu ini.
Suara pintu yang terbuka pun terdengar agak sedikit memekikkan telinga, namun mata Kaira dan Karel langsung disuguhi pemandangan rooftop garden di sekolahnya. Pagar-pagar kayu sebagai pembatas, kawat kawat berbentuk persegi sebagai tempat melilitnya berbagai tanaman, pot memanjang dengan tanaman yang tumbuh subur, kursi di beberapa tempat, dan pemandangan bangunan di belakang sekolah. Menakjubkan!
KAMU SEDANG MEMBACA
One And Only K [Completed]
Teen FictionKaira Alsava. Gadis yang sangat menyukai ketenangan. Di balik musik yang ia dengarkan setiap waktu, Di balik film yang ia tonton setiap malam, Di balik novel yang ia baca setiap senggang, Ia adalah seorang gadis yang menyimpan sejuta luka. Yang hany...