6. Rintik Hujan

1.9K 166 16
                                    

Perempuan yang masih setia dengan balutan pakaian sehabis lari pagi itu kini membuka matanya. Diliriknya jam dinding yang kini menunjukkan pukul dua siang.

Kaira, ia bangkit dari kasur lalu mengambil ponselnya yang tercharger. Sesekali ia menguap karena masih mengantuk.

Dibukanya sebuah pesan masuk dari Belinda, sahabatnya sejak mereka kelas delapan SMP.

Belbel : raaa
Belbel : gabut bgt dirumahhhhh
Belbel : gada yg ajak gue keluar apa ya :(

Dahi Kaira mengernyit dalam.

Bukannya saat lari pagi bersama Arden, lelaki itu mengatakan kepada Kaira bahwa Belinda tidak bisa ikut karena pergi ke luar kota?

Lalu... Ah, entahlah, mungkin Belinda sudah pulang dari perginya. Pikir Kaira.

Kaira menjatuhkan dirinya lagi di atas kasur yang empuk. Dengan posisi menghadap langit-langit kamar, ia membalas pesan Belinda. Dan pada akhirnya, Belinda yang bosan di rumah memilih untuk datang ke rumah Kaira sore nanti dan menginap selama dua malam. Jadi, Kaira tidak merasa kesepian lagi di rumahnya.

Kaira memasukkan ponselnya ke dalam kantung hoodie dan mengambil ikat rambutnya yang tergeletak di karpet putih berbulu pada kamar Kaira. Perempuan itu kemudian mengikat asal rambutnya menjadi satu, membiarkan pinggiran-pinggiran rambutnya berjatuhan.

Kaira langsung bergegas keluar kamarnya dan turun dari tangga. Dilihatnya, keadaan rumah yang dua tahun terakhir ini tidak jauh berbeda. Masih saja, sepi.

Ia kemudian mengambil uang yang sempat ia taruh di atas meja makan. Setelahnya Kaira keluar rumah, dengan membawa payung biru langitnya karena keadaan di luar rumah yang sedang gerimis.

Ia berjalan selama sekitar lima menit untuk sampai minimarket, tentunya untuk membeli beberapa camilan agar acara menginap dirumahnya itu perut tidak sering keroncongan.

Selama sepuluh menit ia berputar kesana kemari memilih makanan, akhirnya ia menyerahkan pada sang kasir. Sembari menunggu, ia membuka ponselnya yang tadi sempat terdapat notifikasi.

Pesan seperti biasa yang masuk setiap satu bulan sekali.

Papa : uang udh papa transfer
Papa : kamu yakin betah di sana
Papa : gamau ikut papa tinggal di london?

Kaira menghembuskan nafasnya, tangannya kemudian mengetik huruf-huruf untuk membalas.

Kaira : iya pa, makasih
Kaira : kaira betah kok dirumah sendirian, walau papa udah sama istri baru papa di sana ninggalin mama yang sekarang berjuang di rumah sakit, yang cuman ditemenin om irwin sm tante nia, dan Tatha yang udah jadi asing banget di mata kaira

Setelah mengirim kolom send dengan keberaniannya, Kaira meremas ponselnya, ingin menangis.

Tuhan, kapan semuanya berakhir...

Ia sudah mengeluarkan sedikit unek-uneknya pada Endi, ayah kandungnya. Dan ia tidak peduli apa reaksi yang akan papa berikan padanya. Marah? Mungkin. Kaira tidak peduli.

"Semuanya empat puluh tujuh ribu," Kaira tersadar dari lamunannya saat kasir itu berbicara. Kaira pun langsung menyerahkan selembar uang berwarna biru.

"Ada kartu membernya kak?"

"Nggak."

"Mau isi pulsanya kak?"

"Nggak."

"Rotinya kak sekalian, kita ada promo loh beli dua grati--"

"Nggak mbak,"

One And Only K [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang