52. Felma-Kaira

1.2K 105 4
                                    

"Felma langsung ke kamar ya mah, ngantuk."

Perempuan dengan dress hitam selutut itu langsung berkata demikian ketika pintu rumah baru saja di buka oleh mamah nya. Dengan mata yang berkaca-kaca sejak pulang dari bandara, Felma terus menaiki tangga menuju lantai dua menuju kamarnya berada. Namun langkahnya terhenti kala melewati pintu kamar bertuliskan 'Kamar Azka Ganteng.' dengan tulisan warna-warni dan tulisannya bak ceker ayam. Felma mendesah kecil.

Tulisan kembarannya itu saat masih kecil, masih sama dipajangnya seperti Felma. Hanya saja tulisan Felma ketika masih kecil yang tertempel didepan kamarnya, jauh lebih rapih daripada milik Azka.

Dengan perlahan, Felma membuka pintu kamar saudara kembarnya itu yang tidak terkunci. Tatanan barang masih ada pada tempatnya, kecuali semua pakaian yang ada dalam lemari, sudah tak tersisa. Oh, juga pajangan-pajangan figura foto sudah dibawa oleh Azka.

Harum khas menyerbak pada hidungnya ketika Felma semakin membawa dirinya untuk melangkah masuk. Ah, hal inipun yang membuatnya semakin ingin menangis.

Felma menjatuhkan dirinya diatas kasur empuk dengan spray berwarna abu-abu polos. Tatapannya pilu menatap langit-langit kamar.

"Kenapa orang-orang yang gue sayang, malah ninggalin gue?"

"Papa, Azka, Karel." Iapun membiarkan air matanya mengalir.

Sejenak, ingatan dirinya mengenai obrolan malam dengan Karel beberapa jam lalu menelusup dalam pikirannya. Kata demi kata terucap, bendungan air mata tak dapat ditahan, pada saat itu juga, Felma tahu.

Felma tahu bahwa ia harus merelakan Karel.

*

"Hey. Lagi liatin apa?" Felma tersenyum kala ia berdiri tepat ketika Karel berbalik dan akhirnya mereka saling berhadapan.

"Kepo amat."

Felma berjinjit, menatap dari kejauhan apa yang menjadi objek pemandangan Karel hingga wajah lelaki itu tertekuk masam. Dan ah, hanya Azka yang baru beranjak berjalan, dan Kaira yang memasuki pintu backstage.

Sejujurnya, Felma masih mempunyai iri yang tinggi dengan perempuan ber dress abu-abu itu. Melihat Azka dengan Kaira pun tidak memudarkan rasa kesal Felma. Namun, karena izin Azka untuk bertemu Kaira terakhir kalinya, Felma tidak bisa menolak.

"Oooh.. Kaira sama Azka," ucap felma berusaha tenang.

Karel yang mendengar felma berucap demikian, berdecak. "Ngapain lo nyamperin gue?"

Felma tersenyum kecil, "Lo tau kan kalo gue nggak bisa lupain lo?"

Karel mengernyit, dan Felma tahu bahwa lelaki itu bingung mengapa dirinya membawa perbincangan ini tiba-tiba.

"Iya gue ngerti, kalo lo udah sama si orang itu. Tapi lo nggak bisa ngelak kan kalo gue bilang gue masih suka sama lo?"

Ponsel Karel berdering, Karel segera mengangkatnya. "Hm?"

Felma menatap Karel dalam. Harapan-harapan memiliki lelaki itu, masih ada.

"Gue udah di gedung ini ko.." ucap Karel pada sebrang telepon. Dan Felma tahu itu adalah Kaira.

"Rel... Lo denger gue kan?" cerocos Felma asal. Walau ia tidak berbicara apapun.

"Aduh... Iya. Kay, bentar ya gue matiin dulu."

Felma terkejut kala Karel menanggapinya dan memutuskan telepon dengan Kaira. Namun tak dapat dipungkiri, ada rasa senang dalam hati Felma.

"Lo ngomong apaan?"

One And Only K [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang