3. Fall

2.8K 196 35
                                    


Satu minggu telah berlalu. Kaira merasa hari-harinya monoton seperti biasa. Dan ia meyakini, hari ini, esok, dan seterusnya akan selalu sama. Tapi tak apa, lebih baik seperti ini daripada kejadian dua tahun lalu yang membuat Kaira dalam posisi jatuh teramat.

Dan kini, kaki jenjang beralaskan sepatu converse putih itu menginjakkan tempat dimana biasanya siswa dan siswi mengisi perut keroncong setelah penatnya bertahan dalam ruang kelas dengan otak mengepul bagaikan asap.

Dan disini pula lah Kaira berdiri, kantin lantai dua yang berisi makanan berat untuk mengenyangkan isi perut. Matanya menyisir pandangan ke seluruh isi kantin. Mencari tempat yang enak untuk makan siang.

"Duduk situ aja, deket sama bakmi langganan gue! Deket kipas lagian." Kaira menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Belinda, kemudian mengangguk menyetujui.

"Lo kesana duluan gih, Bel. Gue mesen soto." saut Kaira yang melihat gerobak soto langganannya sudah ramai saja. Namun hanya dengan itu, suasana hatinya lumayan meningkat. Rasa lapar yang menyerang, membuat makanan kesukaan menjadi lebih di prioritaskan daripada tempat duduk dekat kipas yang membuat adem pada suasana kantin. Kantin yang biasanya dibuat gerah karena populasi pengunjung yang dibilang selalu ramai.

"Oke. Ra, gak apa-apa kan kalo kita makan bareng Arden juga?" tanya Belinda sebelum Kaira berlalu.

Kaira mengangguk cepat. "Biasanya juga gue yang jadi nyamuk pas kalian pdkt."

Belinda terkekeh, kemudian Kaira berlalu sebelum antrian soto makin ramai.

"Mang Amin, aku soto satu ya kaya biasa. Nggak pake toge, bihunnya banyakin." ucap Kaira yang langsung memesan di hadapan gerobak soto setelah sampai di tempat. Ia mengamati bagaimana cara pedagang soto itu membuat pesanan dengan lihai. Kaira selalu suka memperhatikan kecepatan Mang Amin dalam memenuhi pesanan.

"Iyaaa, apal mang Amin mah sama pesenan teh Kaira. Mantap jiwa!"

Kaira hanya tersenyum tipis menanggapi.

"Yo, wasap! Siang yang cerah Mang Amin! Teh Maya mana dah? Nggak bantu jualan, mang?" saut seseorang tepat di belakang Kaira. Ingin menoleh, namun tidak bisa karena jarak yang terlalu dekat. Kepala Kaira saja bisa merasakan bahu lelaki di belakangnya.

"Lagi beli es batu. Tahh eta, si Maya."
Kaira ikut melihat ke arah anak dari pedagang soto yang selalu membantu mang Amin berjualan. Umurnya terpaut enam tahun lebih tua dari Kaira. Dan hubungannya dengan Kaira, cukup baik. Karena Kaira yang berlangganan soto kantin, makanya Kaira kenal dengan Maya.

"Teh Maya, aku pesen es teh tiga dong," ucap seseorang yang masih berdiri di belakang Kaira ini. "Sama soto tiga juga. Pake bubuk cinta biar istimewa!"

Kaira mengernyit mendengarnya, geli!

"Duh si aa bisaan wae ih ngegombal teh," kekeh Maya sambil memberikan es batu pada beberapa gelas yang ada di nampan.

"Nah, ini pesenenan si neng Kaira, ga sekalian minum nih, neng?" ucap Mang Amin yang menyodorkan satu mangkuk soto panas untuk Kaira. Kaira pun menerima uluran mangkuk itu.

"Iya lupa mesen. Teh Maya, aku teh nya satu ya, yang anget aja."

"Okey, Kaira. Siap laksanakan." Jawab Teh Maya yang tetap sibuk dengan pekerjaannya.

One And Only K [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang