33. Pilu

1.1K 118 14
                                    

Gadis cantik dengan rambut yang dikepang satu dan disampirkan pada bahu kanannya itu hanya memainkan ponsel dan bersandar pada tembok di sebelahnya. Tangannya menggulir layar dari kanan ke kiri, kiri ke kanan. Bibirnya mengerucut. Merasa bahwa ini sangatlah membosankan dengan aktivitas hanya memainkan ponsel.

"Yah, aduh!" ringis seseorang yang duduk di sebelahnya. Tangannya sibuk memoles kuku-kukunya dengan kutek berwarna biru tua.

Belinda memasukkan ponselnya ke dalam saku. Matanya mengamati Salsa, Citra, dan Eca yang sibuk memoles kuku masing-masing. Ia tidak menaruh minat pada kegiatan itu, walau tadi sudah dipaksa ikut mencat kuku agar lebih indah.

"Ko jamkos gini gue bored banget ya," curah Belinda dan menopang pipinya, matanya menetralisir keadaan kelas. Ada yang tidur di belakang kelas dan berjejer seperti ikan pindang, ada yang makan bawaan dari kantin, ada juga gadis yang menelungkupkan wajahnya di pojok kiri sana, menghadap tembok. Kaira dan kesendiriannya.

"Makanya main kutek-kutek an," saut Salsa dan meniup kuku-kukunya dengan warna yang sudah tercat indah di kuku beningnya.

"Gue nggak nyangka loh Bel, temen lo bisa gitu banget," ungkap Eca bergidik ngeri ketika menyadari tatapan Belinda sempat mengarah ke Kaira. Eca pun kembali sibuk dengan kuku-kukunya.

Belinda yang mendengar celetukan dari Eca itu mengernyitkan alisnya bingung, "Ha? Maksudnya? Temen yang mana?"

Eca lalu mengalihkan pandangannya lagi dari kukunya yang sedang ia cat, kearah Belinda. "Ya Kaira lah, emang siapa lagi yang nikung lo?" Eca memutar bola matanya sebal.

Belinda melotot kaget akan jawaban Eca, "Lo tau darimana anjir, Ca?!"

Kini Eca mengernyit dalam. Salsa dan Citra pun menoleh kearah keduanya.

"Lo ember ya?!" tanya Belinda pada Citra dan Salsa.

"Ih, enggak Bel! Beritanya aja udah ada kan di mading. Yang jelas, gue sama Citra nggak tau siapa yang nempelin poster itu di mading. Lo emangnya nggak tau soal mading?" jawab Salsa.

Belinda makin terkejut akan jawaban itu, "Mading? Problem gue ada di mading maksudnya? Siapa yang nempelin?"

"Lah, jadi lo gatau.." Citra menyipitkan matanya, "Jangan-jangan lo juga nggak tau, kalo Kaira di bully?"

Belinda membuka mulutnya, tanda terkejut, "Bully?"

"Kok lo jadi kaya orang bego yang nggak tau apa-apa sih Bel?" Eca bertanya, "ini masalah nya sangkut paut sama lo, loh. Masalah yang bikin satu sekolah, booming!"

"Lo juga beneran nggak tau? Kalo Kaira di bully dari pas masuk tadi. Kursinya sempet disingkirin ke ruang sarpras. Terus dia di sindir-sindir gitu. Masa lo nggak tau sih, Bel? Gue kira dari tadi lo diem itu, lo ngebiarin semua orang ngerendahin Kaira."

Belinda menggeleng kecil, "Gue nggak tau, sumpah." ia meneguk ludahnya, "Ya emang, dari awal gue masuk gue ngerasa aneh, orang-orang liatin gue sambil ngasihanin gue gitu."

Belinda mengerutkan dahinya ketika berbicara. Menyiratkan gadis itu sedang dalam emosinya.

"Misi," Belinda berdiri dan meminta jalan pada Citra yang menutupi akses keluar Belinda dari tempat duduknya. Ia melihat Kaira sekilas. Amarahnya masih membuncah terhadap sahabatnya itu. Dengan cepat, Belinda berjalan menuju arah mading.

Memang, ketika ia melewati beberapa orang-orang yang berdiri di koridor, mereka menatap Belinda dengan tatapan yang berbeda-beda.

Belinda kemudian berlari agak cepat supaya cepat sampai pada mading. Dan setelah sampai, dengan cepat ia baca poster yang tertempel disana.

One And Only K [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang