Senyapnya malam dengan suara jangkrik juga burung hantu yang bersautan menemani gelapnya langit. Hembusan angin malam di pori-pori kulit menghunus begitu saja.
Gadis dengan balutan sweater tebal itu memeluk kakinya yang menekuk. Matanya menatap lurus, dimana air terjun berjatuhan menghantam bebatuan dibawahnya. Ia termenung, sendirian.
Wajah dengan kulit halus dan putih itu, memerah, bibir soft pink nya ia gigit kuat-kuat. Matanya, menahan buliran bening yang siap terjun melewati pipi. Sama seperti air terjun di hadapannya yang sudah berjatuhan ribuan kali.
Kaira menggeleng kuat-kuat, tangannya yang mengepal, memukul-mukul dengkul kakinya. Memaki dirinya untuk tidak menjadi lemah.
"Eh, lo.... Beloman tidur?"
Kaira mengerjap, kemudian menoleh ke sumber suara yang berdiri tepat belakangnya. Sosok lelaki dengan jaket berbahan tebal itu berdiri. Menatapnya heran.
"Lah.. Kaira. Gue kira sokap."
Kaira mengalihkan pandangannya lagi menatap arah air terjun. Membiarkan Karel duduk di sebelahnya. Dalam hening beberapa detik.
Dan sekarang, Kaira mati-matian menahan sakitnya dalam dada. Ia tidak boleh terlihat lemah, tidak.
"Um... Lo ada masalah ye, Kay?"
Karel membuka suara. Membuat Kaira makin terpental pada rasa sakitnya. Tuhan, Kaira ingin bebas dari rasa sakit ini.
Banyak.
"Engga ada sama sekali,"
Karel mengangguk ragu sambil mencuri pandang ke arah Kaira. Dan benar, raut wajah Kaira berkata sebaliknya.
"Jalan-jalan yuk sama gue!" Karel langsung mengangkat ajakan kala beberapa detik menatap wajah Kaira yang makin terlihat murung saat Karel bertanya tadi. "Mumpung masih jam setengah tiga pagi, bisa jalan bebas liat-liat ni hutan."
Karel berdiri, dan menarik lengan Kaira. Gadis itu menurut, mencoba untuk melepaskan penatnya yang disimpan dalam ruang sesak.
"Lo ngga ngantuk?" tanya Kaira. Yang dibalas gelengan cepat oleh Karel.
"Ngantuk itu, cuman buat orang-orang lemah!" tepat berkata demikian, Karel menguap hingga matanya berair.
"Iya. Lo contohnya," Kaira mencibir.
"Hah? Emang gue ngantuk?"
Kaira mengangguk. "Hm, tadi kan nguap."
"Sejak kapan gue nguap?! Gue nggak nyadar tuh,"
Kaira memutar kedua bola matanya malas. Masih saja mengelak.
Kini, kedua pasang langkah kaki milik Karel dan Kaira membawa mereka pada suatu tempat, yang tidak begitu jauh dari basecamp. Dengan dua pohon besar yang bersampingan, mereka memilih tempat itu untuk melihat alam lebih jelas. Lampu-lampu penduduk yang terlihat dari atas sini, membuat suasana lebih tenang.
"Lo lagi galau ya?" celetuk Karel, menoleh ke arah perempuan yang menyandarkan kepalanya pada pohon, namun matanya yang tak ingin lepas dari hamparan pemandangan indah dari atas sini. "Abis putus ya lu! Dasar, menye amat."
Kaira berdecak malas, dan melirik Karel jengah. "Sok tau, hm?"
"Gue.. Gak tau kalo lo punya suara sebagus itu." jedanya, "Pas lo nyanyiin lagu bunda, ngena banget sih parah di jantung gue. Bikin gue inget, dulu gue pernah nyanyiin lagu itu buat nyokap gue, sampe nangis."
"Nangis terharu?" Kaira bertanya.
Karel menggeleng. "Suara gue bikin guci kesayangannya pecah. HAHAHAHA KOCAK GAK?! Gak sih boong, iyalah terharu."
KAMU SEDANG MEMBACA
One And Only K [Completed]
Teen FictionKaira Alsava. Gadis yang sangat menyukai ketenangan. Di balik musik yang ia dengarkan setiap waktu, Di balik film yang ia tonton setiap malam, Di balik novel yang ia baca setiap senggang, Ia adalah seorang gadis yang menyimpan sejuta luka. Yang hany...