5. Sarapan Bareng(?)

2.1K 170 12
                                    

Pagi itu, dengan langit yang sudah memancarkan putihnya awan, perempuan dengan balutan hoodie merah muda dan celana leging hitamnya itu berjalan beriringan bersama lelaki yang memiliki dua belas centimeter lebih tinggi darinya. Kedua pasang mata mereka melirik para pedagang kaki lima di jalanan yang dibuka untuk umum tersebut.

"Mana sih Kay, bubur recomended lo itu?" tanya lelaki yang sudah sangat kelaparan saat ini. Langkahnya pun terhenti karena gadis di sebelahnya menghentikan langkahnya juga. "Laper gue, laper."

"Lo tau bubur Mang Dayat?" tanya gadis itu balik dengan sebelah earphone-nya yang setia bertautan dengan telinga kirinya. Sedangkan telinga kanannya digunakan untuk mendengar bebas pada sekeliling. "Biasanya jualan disebelah sini."

"Ohhhh Mang Dayat, tau gue tau. Dia pindah jualan keeeeeeee... Mana ya?" Karel sengaja menggantungkan kalimatnya. "Ayo dong, ayo, tebak."

Kaira mengusapkan wajahnya, Karel terlalu berbelit-belit.

Karel kemudian memutarkan kakinya menyerong ke arah kanan belakang. Tangannya membentuk pistol ke sebuah gerobak yang ramai pengunjung. "Dor. Tuh, yang di sebelah nasi uduk."

Kaira ikut menoleh, setidaknya mood-nya lumayan membaik setelah melihat gerobak bubur itu. Ya, mood Kaira sempat memburuk selama di atas motor bersama Karel, lelaki itu tidak henti-hentinya membuat Kaira menggerutu sebal karena ulahnya tadi yang sok menjadi pembalap di atas motor Kaira.

"Ayo kesana," Kaira berjalan mendahului. Namun baru tiga langkah ia berjalan meninggalkan Karel yang masih pada posisinya, ia berhenti.

Suasananya sangat ramai.

"Kay, lo pengen banget ya makan disitu? Rame gileee," ujar Karel yang kini memilih berjongkok di tengah lalu lalang para manusia pencari makanan.

Diulangi.

Berjongkok. Ditengah. Ramainya. Orang berlalu lalang.

"Pegel gue,"

Kaira menoleh ke belakangnya. Mengangguk. Dan ia terkejut akan posisi Karel saat ini.

"Eh sumpah, bangun! Diliatin orang-orang." ujar Kaira kemudian berjalan mendekat ke arah Karel. "Hobi banget lo malu-maluin diri."

Karel mengulurkan tangannya ke atas, "Tarik," dan dengan begitu, Kaira langsung menggenggam tangan Karel untuk menariknya berdiri. Dan untungnya, berhasil berhasil saja.

Namun yang menjengkelkan bagi Kaira adalah, kedua tangan Karel masih tertaut pada kedua telapak tangannya. Dan posisi mereka berada di tengah orang berlalu lalang.

"Lepas." Kaira memaksa lepas, barulah Karel tertawa sembari melepas genggamannya pada tangan Kaira. Membuat Kaira semakin malu.

"Hm, tempatnya rame," Kaira menatap ke arah gerobak bubur ayam itu. Bubur ayam yang menjadi langganan dia dan keluarganya dulu. Ah, ia jadi rindu. Tapi bagaimana? Ia hanya sendiri sekarang disini--ah ya, ia bersama Karel sekarang. Namun rasanya tidak klop jika tidak bersama bunda, ayah, dan kakaknya. Saat keluarganya masih seharmonis dulu.

Kaira menoleh ke arah Karel, dilihatnya lelaki itu menatap para pengunjung disana dengan tatapan-- seolah menyelidiki sesuatu.

"Rel," panggil Kaira. Dan itu adalah panggilan pertama yang Kaira ucapkan pada lelaki di sampingnya ini. Lidahnya terasa agak kaku. "Ganti tempat aja, terserah lo."

Karel menoleh ke arah Kaira, matanya menyipit, seolah-olah lelaki itu ingin menerobos apa yang ada di dalam pikiran Kaira.

"Di balik kata terserah, ada kemauan. Dan lo tadi recomend ini, berarti lo pengen banget banget banget makan disini, kan?"

One And Only K [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang