18. Heartbeat

1.4K 123 11
                                    

"BUBAR BARISAN, JALAN!"

Setelah satu instruksi terdengar dari lelaki berbadan tegap di tengah titik kumpul angkatan kelas XI SMA Cakrawala, suara derap kaki mulai memenuhi indra pendengaran. Suara keluh kesah karena lelah, mengantuk, dan gigitan-gigitan nyamuk pada kulit mendominasi. Namun tidak banyak juga yang happy-happy saja setelah selesainya acara jelajah malam.

Lelaki itu melepas topi baret pada kepalanya karena merasa terganggu. Dirinya terkekeh karena ulah jahil sahabatnya yang menoel-noel pundak gadis dari kelas lain, namun seolah-olah tidak tahu.

"Reynan yang ulah!" Karel memberitahu. Namun yang di dapat, malah semu merah kedua pipi gadis itu.

"Yeeeh. Malah di kasih tau." Reynan protes.

Karel tertawa. Membiarkan temannya itu melakukan hal yang sama kepada orang yang berbeda.

"Ga sabar meluk kasur, gue!" Arden mengusap wajahnya. Dan menatap basecamp dengan sumringah.

Karel mendengus malas, ia harus mandi dulu untuk menghilangkan keringat yang menempel pada tubuhnya. Padahal ia ingin langsung tidur saja.

Namun tiba-tiba langkahnya memelan. Tidak mempedulikan Reynan, Davin dan Arden yang telah masuk terlebih dahulu ke posko. Mata hitam keabuan Karel menatap ke arah posko sebelah, posko putri XI IPA 3 dan XI IPS 1 berada.  Dimana berdiri seorang gadis dengan pakaian pramuka lengkap di depan poskonya. Berdiri lunglai, mendongak ke atas, menatap taburan bintang yang begitu indah dan gemerlap.

"Bintangnya banyak, Bel." ujar Gadis itu pada sahabatnya yang sedang melepas sepatu warriornya dari kakinya.

Karel tersenyum kecil melihat Kaira masih berdiri disana, ia kemudian memilih untuk kembali masuk ke poskonya, dan memandikan diri yang sudah tidak kuasa akan kelengketan keringat yang menerpa.

🔱🔱🔱

Karel membuka kenop pintu berwarna putih dan matanya langsung menatap lurus ke arah jam dinding yang memang tepat bersebrangan dengan pintu kamar mandi.

Sudah jam dua belas lewat tiga menit malam.

"Mau tidur apa begadang nih?" Reynan bertanya, dengan tangannya yang menopang kepalanya, menahan kantuk yang menyerang.

"Tidur ah gue." jawab Davin, yang sudah berada di bawah balutan selimutnya dan memejamkan mata.

Karel kemudian melirik ke arah Arden, yang masih memainkan ponsel. "Gue matiin lampu ye Den,"

"Ha? Iya?" Arden menjawab.

"Oke. Gue juga mau tidur." Reynan menyauti, dan mengambil posisi nyamannya. "Matiin Rel, lampunya. Buru. Ngantuk banget gue!"

Karel mematikan lampu dan mendumel yang ia tujukan pada Reynan yang menyuruh-nyuruh layaknya bos. Keadaan kamar pun menjadi gelap. Namun tidak begitu gelap gulita karena lampu tidur di sebelah Arden menyala dengan warna hijau gelapnya.

Di sebelah Arden yang masih memainkan ponsel, sudah ada Davin yang terlelap, kemudian Reynan yang mulai memasuki bunga tidurnya. Tinggallah kasur milik Karel yang tersisa. Di sebelah jendela, dengan pemandangan air terjun yang tertutup oleh hordeng cokelat muda disana.

Karel melangkahkan kakinya ke arah jendela itu, dan membuka hordeng, lagi. Seperti yang dilakukannya pagi buta tadi, dan menemukan seorang gadis duduk termenung disana. Yang tak lain dan tak bukan adalah Kaira.

One And Only K [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang