Satu minggu kemudian...
"Buset dah, Kaira. Ganggu aja lo,"
Kaira berdiri di ambang pintu. Menatap datar ke arah Reynan yang duduk di sebelah brankar tempat dimana Belinda berbaring. Omong-omong, sahabatnya itu belum sembuh total. Harus membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit. Selain Kaira yang rutin berkunjung, Reynan sahabat dari Karel juga pun sama dengan Kaira. Dan kali ini antara Reynan dan Belinda, sudah terang-terangan bahwa mereka cukup dekat.
"Ya, maaf." jawab Kaira singkat dan masuk sebelum kemudian akhirnya menutup pintu. Tidak mempedulikan perbincangan Reynan dan Belinda, Kaira memilih tiduran di sofa.
"Kenapa lo?" Belinda bertanya, menyadari ada sesuatu yang berbeda dari sahabatnya. "Gimana rasanya seminggu udah mulai sekolah? Enak nggak temen-temennya?"
Kaira mengangkat kedua bahu, "Biasa aja sih, Bel."
Kaira memutar tubuhnya membelakangi Belinda maupun Reynan untuk menghadap sandaran sofa. Ia tidak tidur, namun hanya memejamkan matanya dengan pikirannya yang kalang kabut dalam otaknya sekarang.
"Mau bubur nggak, Ra?" tawar Belinda. "Enak."
"Ra," Reynan memanggil. Namun Kaira tidak menggubris. Ia memilih untuk pura-pura tidur saja dan tidak ingin berbincang dengan siapapun. Mau tau apa yang Kaira rasakan sekarang? Resah.
Papa nya akan kembali ke London empat hari lagi. Aeleydish mengirim pesan bahwa selamanya papa tidak akan pernah kembali ke Indonesia. Dan itu membuat pikiran Kaira kalut. Aeleydish memang menyebalkan. Ditambah lagi Karel yang tidak bisa dihubungi, terakhir kontak dengan Kaira pun tadi siang.
"Tumben kesini nggak sama Karel." ucap Reynan. Kaira pun bangkit duduk dari sofa, dan menoleh ke arah pasangan yang berada dalam zona hts itu.
"Bubur?" Belinda masih keukeh menawarkan Kaira bubur.
Kaira menggeleng sebagai jawaban. Setelah itu, ponsel Belinda berdering, dan akhirnya ia sibuk menelpon ayahnya yang baru saja menelpon.
Dalam hening antara Reynan dan Kaira, Kaira tiba-tiba teringat sesuatu yang ingin ia katakan.
"Nan, lo tau soal ini?" Kaira membuka tasnya, dan mencari gumpalan kertas yang masih selalu ia simpan dalam tasnya. Ia baru teringat akan hal itu, dan mungkin Reynan tahu sesuatu.
"Hah?" Reynan mendekat ke arah Kaira, kemudian mengambil kertas tersebut kala sudah Kaira keluarkan. Matanya membulat terkejut kala membacanya.
"Ayo omongin diluar,"
Kaira mengernyit, kemudian mengangguk paham. Satu alasan, tidak ingin mengganggu Belinda yang sedang telpon rindu dengan ayahnya yang bertugas di Swiss.
"Bel, gue sama Kaira keluar dulu." ucap Reynan tanpa suara--hanya gerakan bibir. Setelah anggukan dari Belinda, Kaira bersama Reynan berjalan keluar ruangan.
"Lo tau tentang itu?" mata Kaira melirik kertas yang masih Reynan bawa saat mereka berjalan menuju balkon rumah sakit. Dan disinilah mereka, menatap lalu lintas pada sore hari yang terlihat lumayan padat dari lantai empat balkon rumah sakit.
"Ra, lo jangan kaget." Reynan menghadap Kaira. Matanya beralih pada kertas yang ia pegang.
"Itu... Karel yang nulis?" tanya Kaira hati-hati. Ada rasa takut yang muncul begitu saja dalam hatinya, dan akan sulit Kaira terima jika Ya adalah jawaban yang keluar dari bibir Reynan.
"Bukan."
Reynan dapat melihat Kaira yang menghembuskan nafas lega. Namun sesaat kemudian, tatapan penasaran Kaira kini tertuju padanya. "Terus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
One And Only K [Completed]
Teen FictionKaira Alsava. Gadis yang sangat menyukai ketenangan. Di balik musik yang ia dengarkan setiap waktu, Di balik film yang ia tonton setiap malam, Di balik novel yang ia baca setiap senggang, Ia adalah seorang gadis yang menyimpan sejuta luka. Yang hany...