34. heavy day

1.1K 115 8
                                    

Sudah tiga hari terlewati sejak kejadian di mading yang menyudutkan Kaira. Tidak ada yang berubah di kelas. Masih sama panasnya dengan seruan kekesalan dari orang-orang mengenai Kaira.

Hari ini, awan tampak mendung. Kaira berdiri di tembok pembatas tepatnya di depan ruang studio musik dengan angin yang mengibarkan rambutnya. Namun dengan itu, membuat Kaira sedikit lebih tenang dengan menikmati suara dan harum khas hujan. Atau yang biasa dikenal dengan sebutan, petrichor.

Perempuan itu mengelap wajahnya saat rintik-rintik hujan mengenai wajahnya. Dilihatnya dari lantai tiga ini, siswa dan siswi yang berada di lapangan utama pun langsung berhamburan untuk menghindari rintikan hujan yang kian menderas.

Suara teriakan di sebelah kanannya membuat Kaira menoleh, dan matanya mendapatkan pandangan beberapa anak-anak kelas sebelas IPS 1 sedang bermain bersama di depan kelas. Berbagi canda tawa, bermain air hujan.

Seperti tidak ada beban.

Kaira benar-benar ingin kondisinya kali ini seperti mereka. Bisa tertawa lepas tanpa masalah menggerayangi pikiran. Bukan gadis yang harus menyimpan luka yang kian membiru.

Ia menghembuskan nafasnya lelah, dan sedikit terperanjat kala kedatangan Karel yang tiba-tiba keluar dari kelas. Laki-laki itu pun menatap Kaira. Namun, segera ia alihkan.

Kaira tahu, Karel seberusaha mungkin untuk tidak kontak mata dengannya.

Dan... Kaira merasa sedikit sedih. Karel bersikap berbeda padanya. Dan ini salah dirinya sendiri. Kaira akui itu.

Selepas Kaira menatap masuknya Karel ke dalam ruang band, perempuan itu memperhatikan layar ponselnya yang bergetar karena sebuah notifikasi.

Nomor tidak dikenal.

Kak kaira, ini lala. inget gak?

Adeknya bang karel hehe

Aku bisa ketemu ngga sama kak kaira

Ada yg mau aku sampein.

Kaira menatap lamat pesan itu sebelum menjawab. Penasaran tentang apa yang akan disampaikan adik dari lelaki yang berubah menjadi sangat dingin pada Kaira.

Okey, dimana?

Lala : di bakso mang tatang aja ya kak
Lala : yg di sebelah sekolah kak kaira

Setelah Kaira menjawab pesan itu, Kaira kembali masuk ke dalam studio musik.

Sepi. Sama seperti relung hatinya.

Kaira menghembuskan nafasnya gusar, kemudian ia menatap tembok berlapis karpet itu. Tembok pembatas antara ruang studio musik dan ruang band.

"Rel..." panggil Kaira pelan. Padahal ia tahu suara kecilnya di ruang kedap suara ini tidak akan terdengar oleh lelaki yang dipanggilnya. Sekalipun Kaira berteriak.

"Maaf."

🔱🔱🔱

Kaira mengambil tasnya yang ada di meja dan segera berlalu keluar kelas. Tatapan-tatapan menghunus dari teman sekelas kearahnya belum pudar sejak kemarin. Apalagi sindiran yang kian menusuk.

Langkah kakinya ia percepat menuju tenda bakso di sebelah sekolah. Suasana sehabis hujan membuat sore ini terasa lebih sejuk.

"Kak Kaira!" panggil gadis dengan seragam putih-biru nya yang masih melekat. Kaira tahu, itu Lala.

"Nunggu lama, La? Maaf ya," ucap Kaira dan mendudukkan diri di hadapan adik dari Karel itu.

Lala menggeleng kecil, "Aku juga baru sampe, kok."

One And Only K [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang