57. Don't Ever Leave, K

1.1K 90 12
                                    

Alunan dari biola terdengar menenangkan kala Kaira melangkahkan kaki masuk ke dalam ballroom, dengan samping kanannya adalah papa, dan samping kirinya adalah Karel. Membahagiakan diapit oleh dua orang yang ia sayang? Tentu.

"Om, Karel mau makan." celetuk Karel dengan matanya yang asik mengedarkan pandangan seisi ballroom. Makanan serta minuman yang berjejer teratur dan menarik selera mampu membuat perutnya merasakan sensasi lapar. Padahal, di rumahnya sendiri tadi ia sudah makan.

"Ya, ambil aja sepuas kamu. Nih, sama Kaira. Papa temuin Megan dulu. Nanti kalian ketemu sama beliau, ya."

Perasaan Kaira campur aduk mendengarnya. Bagaimana tidak? Ia akan bertemu dengan wanita yang bersama papanya selama ini.

"Oke om, ayo Kay. Aku laper banget parah ini." Karel pun langsung menggemgam tangan Kaira dan mengajaknya menuju meja berisi berbagai makanan. Mulai dari makanan berat, sampai makanan ringan ada di sini.

"Kamu mau makan apa?" tanya Kaira, matanya menatap ke semua makanan yang ada di hadapannya.

"Anjir! Ada nasi padang, Kaira! Aku mau itu, Kay! Ayo." kembali, Karel menarik lengan Kaira agar perempuan ini mengikutinya. Kaira hanya menghela nafas lelah. Karel itu memang banyak mau. Tapi Kaira sayang, hehe.

"Tadi katanya sebelum kesini udah makan, nambah dua kali lagian. Seriusan mau nasi padang? Nggak kekenyangan apa?"

"Iyalahh. Tenang ya sayang, perut aku itu perut karet. Kamu aja muat masuk ke hati aku, apalagi nasi padang yang cuman ke perut? Nggak sebanding!"

Kaira mendelik. "Dih. Yaudah lah, gimana kamu."

Karel pun tertawa dengan tangannya yang mulai menaruh nasi serta lauk pauk pada piringnya. "Kamu mau makan apa?"

"Hmmm... Aku ambil pudding aja disana. Nanti duduk di..." Kaira mengedarkan pandangannya mencari meja dan kursi yang kosong. "Situ?" Tunjuknya pada meja bundar kosong dengan lima kursi di sampingnya.

"Oke, beybi." selepas itu, Kaira pergi meninggalkannya.

Tidak berapa lama, Karel pun menyusul Kaira yang sudah duduk di tempat yang telah ditunjuk tadi. Mereka pun saling mengisi perut masing-masing dengan nikmat. Apalagi biola yang mengalunkan lagu all of me terdengar sangat menenangkan.

"Kay tebak, ayam apa yang jadi rutinitas?" Karel bertanya disaat ia baru saja memotong ayam gulainya dengan sendok. Memang dari situlah, ide pertanyaannya muncul.

"Nggak tau," jawab Kaira tidak ingin ribet memikirkan hal yang pastinya hanya diketahui oleh si pembuat teka-teki.

"Dihhh, ya tebak dong,"

"Males mikir. Emang apa?"

Karel tersenyum lebar sebelum menjawab. "Meng-ayam-kan mu setiap waktuuuu."

Ha?

Kaira mengernyitkan alisnya. Bingung akan jawaban tidak nyambung yang baru saja didengarnya. 'Meng-ayam-kan?'

"Maksud?"

"Meng-ayam-kan, ish, Kay! Pelesetannya 'membayangkan'. Masa gitu aja nggak tau."

Kaira makin mengerutkan dahinya. Bukan karena ia tidak mengerti, namun pacarnya ini amat sangat memaksakan jawaban yang tidak nyambung itu.

"Masih bingung ya? Jadi nih ya, ayam rutinitas itu, meng-ayam-kan mu setiap waktu--membayangkanmu setiap waktuuu. Ngerti?"

Kaira mengangguk, "Iya. Terus?"

"Ketawanya mana donggg? Aku tungguin juga,"

Kaira tersenyum pasrah. "Oke, gue hargain tebakan lo. Hahahahahaha. Udah."

One And Only K [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang