Suara kicauan burung gereja yang bersautan pada pagi hari mengawali Sabtu yang cerah ini. Sejuknya udara menelusup pada wajah bersih milik Kaira yang sedang terduduk pada teras rumah sembari mengikat tali sepatu vans hitam miliknya. Selesai mengikat tali sepatu, segera ia mengambil kunci motor dengan gantungan boneka sapi kecil di sebelah Kaira dan bangkit dari duduk.
Ia sudah siap untuk lari pagi dengan balutan hoodie merah muda, celana hitam legging sebetis, dan earphone yang menggantung sebelah pada telinganya. Sedangkan ponsel dan dompet yang Kaira bawa, telah tersimpan di dalam kantung hoodie.
"Bi! Aku keluar dulu ya!" ucapnya pada orang dalam rumah sambil menaiki motor yang sudah ia pakai sejak kelas sepuluh.
Tak lama, seorang wanita berkepala lima dengan celemek biru yang menutupi dasternya, datang terpogoh-pogoh dari dalam menuju pintu utama rumah dengan membawa gelas berisi cairan berwarna putih. "Susunya di minum dulu, non," Ujarnya, dan menyodorkan gelas itu pada lawan bicaranya saat ini.
Kaira langsung meneguk hingga gelas itu tandas pada kerongkongan. Rasa hangat mengalir masuk dalam tubuhnya. Yang mana membuat Kaira merasa lebih baik dari sebelumnya.
"Bi Sum, nanti kalo Tatha dateng, usir aja ya, nggak usah takut," Kaira menyodorkan gelas yang sudah kosong itu pada pembantu rumah tangganya yang sudah bekerja sejak Kaira lahir.
"I--iya non, hati-hati ya," ujar wanita paruh baya itu sambil menyandar pada pintu. Matanya menatap anak majikannya dengan nanar. Berbelas-belas tahun hidup berdampingan dengan keluarga ini, nyatanya tak seharmonis dahulu. Bi Sum tahu, menjadi Kaira membutuhkan mental yang amat kuat dalam dirinya.
"Daaah, Bi." Kaira berlalu bersama motornya, membuat rambut yang terkuncir kuda itu terhembus terkena angin pagi yang sejuk.
🔱🔱🔱
"Belinda belom dateng? Gue kira lo bareng dia."
Arden berjalan mendekat, kemudian mengangguk tanpa menjawab pertanyaan Kaira. Kaira pun mengikut saja dan mensejajarkan langkahnya dengan Arden.
"Den, Belinda mana?"
Arden mengedikkan bahunya, "Nggak ikut, Ra."
"Lah, iya? Terus masa iya ini gue sama lo berdua doang," Kaira menghentikkan derap langkahnya. Membuat lelaki itu menghentikan langkahnya juga. Mata Kaira menatap lurus ke arah Arden dengan kernyitan pada dahi. Bingung.
“Ya gimana. Ke luar kota si Belbel,”
"Gue gak mau berdua, ah. Mending lo ajak orang lain." Kaira memilih duduk di kursi taman yang panjang di dekatnya.
Arden pun ikut duduk di sebelah Kaira dengan jarak lima jengkal. "Yaudah gue panggil temen gue kesini ye."
Kaira mengangguk, "Yang rumahnya deket-deket sini aja. Biar gue sama lo nunggunya nggak lama."
Arden mengangguk lagi kemudian mengetikkan sesuatu untuk dikirim pada seorang temannya.
Lima belas menit Kaira dan Arden saling duduk menunggu, mereka sesekali membahas obrolan ringan. Tentang guru-guru yang membosankan di kelas, tentang sifatnya Belinda yang menyenangkan, dan lain sebagainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One And Only K [Completed]
Teen FictionKaira Alsava. Gadis yang sangat menyukai ketenangan. Di balik musik yang ia dengarkan setiap waktu, Di balik film yang ia tonton setiap malam, Di balik novel yang ia baca setiap senggang, Ia adalah seorang gadis yang menyimpan sejuta luka. Yang hany...