44. Double K

1.3K 146 26
                                    

Kaira dengan cepat menggeleng kala satu nama terucap dari bibir Karel. Sebisa mungkin, Kaira akan menutupinya.

"Gue tau Kay, Felma kaya gimana." Karel membuang nafasnya gusar, "Malah... Lala pernah hampir kehilangan nyawa gara-gara dia."

Mata Kaira membulat sempurna, terkejut mendengar penuturan barusan. "Hah?!"

Karel mengangguk. "Dia nggak suka kalo Lala terlalu deket sama gue. Yang dia mau itu, perhatian gue harus ke dia seutuhnya."

"Emangnya, Felma ngapain Lala?"

"Tapi habis ini lo kasih tau ya, siapa yang nampar lo sampe berdarah kaya kemaren." Karel menaikkan satu kakinya ke atas kursi untuk menumpu tangannya yang bersandar diatas kaki, matanya menatap Kaira serius. "Jangan boong lagi. Gue mau denger aja pengakuan jujur dari lo."

Kaira mengangguk ragu.

"Jadi Kay, awal gue pacaran sama Felma, itu atas permintaan dia sendiri. Hmm, waktu kelas 9 awal kayanya. Nggak terlalu inget juga sih gue. Dan kenapa gue mau nerima dia, itu karena gue iseng. Pengen tau aja punya pacar kaya gimana.. Tapi ternyata ngga enak. Dia nya sendiri sih yang bikin gue gedek. Masa iya gue ngga boleh deket sama cewe lain? Dan cewe lain yang dimaksud gue ini itu, Lala, adek gue.. Felma terlalu ngekang, padahal gue suka sama dia aja kagak." Karel berdeham, kemudian kembali melanjutkan ceritanya, "Gue kalo lagi sama Felma, bawannya badmood gitu. Cuek pokonya."

Kaira menyungging kecil. "Cuek? Gaya kaya cacing kepanasan gitu."

Karel meneloyor kening Kaira, "Yeee enak aja lo. Pernah juga kan dicuekin gue?" kali ini Karel yang tertawa. Membuat Kaira langsung diam.

"Terus?" Kaira meminta lanjut untuk diceritakan.

"Nah terus, Felma ngerasain tuh, perbedaan antara waktu gue sama dia, juga sama Lala. Beda banget kan ye. Gue kalo ke Lala, ya kaya gini. Diri gue yang biasa. Tapi kalo lagi sama Felma, enggak. Nah dari situ, Felma ngebenci Lala. Di depan gue, dia manis banget. Di belakang busuk kaya tai kecebong. Hal terparah, waktu siang siang gue dapet telpon pihak rumah sakit. Katanya Lala kecelakaan. Gue kaget lah gila, soalnya terakhir Felma ijin bawa Lala jalan-jalan ke mall. Gue sama nyokap langsung caw tuh ke RS, dan disana kita ketemu sama dua orang yang bawa Lala ke RS itu. Gue tanya kan ye Kay, kejelasannya gimana. Dan ternyata Lala yang berdiri di trotoar jalan, didorong sama cewe sampe akhirnya ketabrak mobil. Gue kaget bukan main, dimana coba Felma pas kejadian itu? Terus gue nanya ciri-ciri orang yang dorong Lala."

Karel berhenti, kemudian mengusap tenggorokannya, "Seret Kay. Abis ini beli minum yak."

Kaira mengangguk cepat, "Teruss, lanjut."

"Nah terus, salah satu dari cowo yang gue temuin, ngeliatin hp nya, dan ternyata dia moto orang yang nyelakain Lala. dimana di foto itu, ada Felma yang lagi lari, nyetop taksi, sama foto dia pas masuk taksi. Kecewa parah gue sama Felma bisa segitunya nyelakain orang, apalagi adek gue."

Kaira yang mendengar itu makin dibuat terkejut kala mendengarnya. Benar-benar tidak habis pikir. Pantas saja, Lala setakut itu kala Kaira menyebut nama Felma tadi.

"Setelah itu, jelas. Gue putus sama dia Kay. Gue juga minta persetujuan nyokap buat laporin dia ke polisi. Tapi kata nyokap jangan, nyokap malah percaya suatu saat Felma bakal sadar sendiri kalo dia itu salah, dan dia bakal berubah." Karel meringis, "Tapi susah banget bagi iblis buat berubah."

Kaira menatap lelaki di hadapannya kalut. Ia membuang nafas kecil, kemudian berkata, "Jangan terlalu dalem Rel mendem benci itu, penyakit hati tau.."

Karel menatap dalam mata Kaira, membuat Kaira kelabakan dalam hatinya.

"Eh.. Bukan maksud gue sok ngerti apa gimana, tapi--"

One And Only K [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang