Burung-burung berkicau di suasana pagi yang cukup mendung. Semalam, hujan tidak kunjung-kunjungnya berhenti untuk melepas rindu dengan bumi. Alhasil, pagi ini menyisakan hawa yang lebih dingin dari biasanya.
Selama semalam itu pula, Kaira habiskan waktu dengan memikirkan semua perkataan Azka. Kehidupan lelaki itu sama beratnya dengan kehidupannya sendiri. Namun Azka benar-benar bertindak. Tidak seperti Kaira yang hanya diam dan hanya menyalurkan emosi pada lagu, film, ataupun bacaan di novel.
Juga Karel. Lelaki itu terpatri dalam otak Kaira, kemudian tersalur dalam benaknya. Perasaan kalut itu datang menggerogoti setiap malam.
Dan pagi ini, kembali Kaira langkahkan kaki menuju kelasnya. Jantungnya berdegup cemas karena sebentar lagi akan bertemu teman-teman sekelasnya yang memusuhinya.
Apalagi... Felma. Yang Kaira sendiri sudah tahu masalah dengan keluarga gadis itu.
Kaira pun akhirnya sampai didepan kelas. Ia mendorong pintu kelas untuk membuka dengan jantungnya yang berdetak tidak karuan.
Namun yang didapatkannya sekarang yaitu tatapan dari beberapa teman sekelasnya yang sudah hadir.
Kaira berjalan masuk setelah menutup pintu. Dan ia tidak menyangka ketika satu persatu temannya datang menghampiri Kaira dan memeluknya!
Pun kata maaf, Kaira dapatkan di pagi ini.
"Kairaa, maaf," ucap Arin dengan suara bergetarnya. Disambut pula dengan teman-teman perempuan yang lain. Saling mendekap. Memeluk Kaira secara bersamaan.
"Maafin banget, kita udah jahat sama lo."
"Kita keluarga kedua buat lo Ra, tapi kita malah-- Sumpah Ra, maaf."
"Maaf banget Ra, buat penggaris yang gue lempar ke kepala lo. Gue jahat banget, asli."
Kaira melepas pelukan itu, ditatapnya sendu semua teman perempuan di kelasnya yang baru saja memeluknya secara berbarengan.
"Gue nggak dendam ke kalian," Kaira tersenyum kecil, "Makasih udah balik lagi jadi kalian yang dulu."
"Iihh Kaira," Alecca meneteskan air matanya sambil mengusapnya dengan cepat. Kejadian ketika ia melempar Kaira dengan penggaris besi itu selalu membuatnya teringat dan merasa bersalah. Apalagi, luka gores itu masih terpampang di dahi Kaira.
Arin menghela nafas, "Sumpah, Ra. Gue bener-bener ketampar banget sama omongan Aiga sama Arsya kemaren pas pulang sekolah. Disitu, kita bener-bener nyesel udah jahat sama lo."
Kaira mengernyit bingung, "Arsya? Aiga?"
Bianca mengangguk, "Iya Ra, bener. Jadi kemaren tuh pas istirahat kedua, Arsya bikian grup line kelas yang baru, tanpa lo sama Belinda."
"Di grup itu, Arsya sama Aiga ngomong ke kita jangan pulang dulu abis bell pulang sekolah."
"Nah iya Ra, ngancem kita gitu, kata Aiga, kalo kita nggak stay dikelas sepulang sekolah kemaren itu, omongan sampah kita semua ke lo bakal di sebar ke orang tua kita masing-masing. Alhasil, kita semua nurutin maunya mereka." terang Nathalie.
"Nah pas kita udah dikelas, awalnya kita marah sama mereka berdua. Tapi Aiga sama Arsya langsung to the point ngebuka mindseat kita tentang lo. Tentang masalah mading yang ada sangkut pautnya antara lo, Belinda, bahkan kelas ini." tambah Belva.
Arin kembali menambahkan, "Aiga bilang Ra, temen sekelas itu rumah kedua bagi setiap muridnya. Bahkan, waktu bersama temen sekelas lebih lama dibandingkan dirumah sendiri. Makanya, dia bilang dan mohon ke kita semua buat ngerti.. Jangan musuhin anggota kelas itu sendiri. Kita harusnya merangin semua cemoohan diluar sana, Ra. Kita harusnya dukung lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
One And Only K [Completed]
Teen FictionKaira Alsava. Gadis yang sangat menyukai ketenangan. Di balik musik yang ia dengarkan setiap waktu, Di balik film yang ia tonton setiap malam, Di balik novel yang ia baca setiap senggang, Ia adalah seorang gadis yang menyimpan sejuta luka. Yang hany...