26. Siapa Azka

1.3K 109 7
                                    

Suara sautan klakson dari banyaknya kendaraan di jalan raya memang kadang menyebalkan. Namun ketika sudah duduk di meja makan outdoor lantai dua dengan pemandangan jalanan kota, membuatnya jadi terlihat lebih indah dengan lampu dari kendaraan yang kerlap-kerlip menghiasi jalanan.

Gadis itu mengalihkan pandangannya pada meja makan, berbagai macam menu makanan sudah tersedia. Pun ditambah suara canda tawa yang diciptakan oleh sepupu-sepupunya. Suasana yang jarang Kaira rasakan dua tahun terakhir ini.

"Berantem terus nih ah Hansel sama Daisy," dengus Tante Nia sambil menyuapi cream soup pada Celine yang duduk ditempat khas anak kecil itu. "Mama tinggal nanti di sini,"

"Yaudah mah, gapapa, lagian Hansel lebih suka disini daripada di singap--" Hansel dengan cepat mengatupkan bibirnya, "No, Hansel punya gebetan di sana. Iya mah. Maapin Hansel."

Tatha terkekeh. "Udah tan, biarin aja Hansel disini, biar bisa Tatha bully tiap hari."

"SETUJU SAMA KAK TATHA!" seru Daisy girang. "Kalo mau tukeran, kak Hansel disini, Kak Kaira ikut ke singapur!"

Kaira mengangguk setuju. "Boleh! Tapi nanti kalo Hansel nangis kejer disini gimana? Kasian kak Tatha ngurusnya,"

Disaat tawa sedang membuncah di lingkaran meja makan ini karena Hansel langsung misuh-misuh tidak setuju, Kaira merasa bibirnya sangat kaku saat menyebut Tatha dengan embel-embel 'kak'. Rasanya sudah sangat lama. Sedangkan Tatha pun ikut larut dalam tawa.

Karena Tatha ingat, harus terlihat akur. Makanya ia ikut-ikut larut dalam tawa.

"Duh, kasian banget nih anak laki-laki mama nggak ada yang dukung." lerai Tante Nia sambil mengacak-acak rambut cokelat semiran Hansel. Namun tidak menyurutkan raut cemberut di wajah lelaki itu.

"Ngambekan ah lo," Tatha melempar Hansel dengan gumpalan tisu, "Besok gue ajak ke timezone, mau nggak?"

"Ikut!" Daisy bertepuk tangan semangat.

"Woy, Kak Tatha tuh ngajak Hansel, bukan kamu,"

Yah, Hansel masih sensi.

Padahal Hansel itu berbeda satu tahun dengan Kaira. Dia baru menjadi siswa SMA kelas 10 disana, namun tingkahnya masih selalu ingin menang dari Daisy yang baru menginjak kelas tiga SD.

"Uhmm, aku ke kamar mandi dulu ya," Kaira berdiri dari duduknya dan berniat menyegerakan panggilan alam. Bibirnya menyunggingkan senyum kecil, rasa bahagia itu ada. Suasana hangat yang sudah lama tidak ia rasakan bisa ia rasakan kembali. Senyum Kaira pun terus mengembang. Tidak ada lagi senyuman palsu yang ia tunjukkan malam ini.

Hingga saat Kaira selesai dengan urusan di dalam toilet dan keluar dari area tersebut, senyumnya luruh.

Matanya menatap lurus ke arah lelaki dengan kaos hitam yang dibaluti lagi dengan kemeja merah kotak-kotak sedang duduk disana dengan satu kue coklat ditambah lilin menyala di atas meja makan di hadapan lelaki tersebut.

Hati Kaira, bergemuruh. Ia melihat sosok itu lagi setelah sekian lama.

"Azka.." gumamnya dengan bisikan pelan secara refleks, yang tanpa diduga lelaki itupun menolehkan kepalanya karena merasa diperhatikan seseorang.

Sangat tepat timingnya. Seolah-olah Azka menoleh setelah Kaira memanggil dengan bisikan.

Dan ya, mata mereka kembali bertemu. Setelah cukup sekian lama.

Jantung Kaira berdebar. Terasa sekali adanya secuil rasa sakit yang kini makin menjalar jika lama ia bersitatap dengan lelaki itu.

Tentu saja, yang pertama memutuskan kontak mata adalah Kaira. Gadis itu langsung berjalan cepat menuju mejanya dan duduk manis disana. Menyauti senyum dari tante nya seolah-olah perasaan Kaira masih sama tenangnya dengan tadi.

One And Only K [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang