17. Yes, there is.

1.2K 125 0
                                    

"Itu Kaira sama Karel!" suara lengkingan milik gadis dengan rambut singa karena habis bangun tidur itu menunjuk ke arah timur. Terlihat sosok perempuan dan lelaki yang datang dengan diiringinya matahari yang terbit.

"Ya Allah! Gue kira ilang!"

"HAH KO KAIRA BISA SAMA KAREL SIH?!"

"Yang penting mereka selamat, heh!"

Gerombolan penghuni basecamp XI IPA 3 dan XI IPS 1 kini membubarkan diri dari kehebohan mengenai hilangnya Karel maupun Kaira. Sepuluh menit mereka mencari di sekitar basecamp, akhirnya dua orang yang dicari telah datang sendirinya dengan selamat.

"Ada apa?" alis Kaira mengernyit, bertanya pada Belinda yang berdecak.

"Lo sama Karel kemana tadi? Udah mau dilaporin Aiga tadi gara-gara ada kasus hilang."

Karel terbahak. Membuat Belinda dan Kaira menoleh. Ternyata lelaki itu tertawa karena obrolannya dengan kumpulan lelaki disana. Sedangkan gerombolan lelaki itu, menatap Karel dengan malas.

"Kok lo bisa sama Karel, Ra?" Salsa ikut bergabung dengan Kaira dan Belinda. "Habis darimana?"

Kaira bingung, mau menjawab apa. Namun ia bersyukur karena datangnya Arsya yang menyuruh semua rekannya untuk bergegas mandi. Melanjutkan kegiatan di hari Jumat yang begitu cerah.

🔱🔱🔱

"WAAA GILA, AIRNYA LEBIH DINGIN DARIPADA YANG DI KAMAR MANDI!!"

Kaira mengusap wajahnya. Ia mendengus sebal ke arah Arden yang menyipratnya dengan air dingin yang berasal dari air terjun itu.

Ya, satu angkatan kelas XI SMA Cakrawala sedang asyik-asyiknya bermain di air terjun selepas hiking tadi. Melepas lelah dengan sejuknya alam.

"Kaira! Nyebur kek lo!" saut Karel.

Kaira hanya menggeleng, ia hanya cukup duduk di atas batu, dan mencelupkan kedua kakinya, merasakan dinginnya air pada kaki.

"Gue tarik nih, Ra." Belinda memegang kaki Kaira dan menatap gadis itu dengan tatapan jahat dibuat-buatnya.

Kaira mendengus malas, dan melepaskan tangan Belinda di kakinya. "Iya, gue nyebur."

"Nah, gitu dong."

Namun Kaira tidak semudah itu menurut, Kaira tidak ingin mandi lagi masalahnya setelah berenang. Air terlalu dingin. Alhasil, gadis itu langsung berlalu menuju basecamp, tidak mengindahkan panggilan sebal dari Belinda.

Kaira masuk ke dalam posko putri XI IPA 3 dan XI IPS 1. Keheningan kini menyelimutinya. Ya walau samar-samar mendengar pekikan girang dari angkatan kelasnya yang bermain di air terjun, Kaira tetap saja merasa ada sesuatu yang mengganjal. Pikiran tentang hidupnya yang pahit tiba-tiba saja melintas.

Ah, tidak.

Kaira langsung memasuki kamar yang ia tempati. Dibukanya koper hitam punya Kaira, dan diambilah buku novel yang baru setengah ia baca. Pun Kaira menyalakan lagu pada ponsel yang tersambung dengan earphone, lalu ia tautkan di kedua telinganya.

Begini, jauh lebih baik, menenangkan. Apalagi keadaan yang mendukung. Di sebelah Kaira terdapat kaca jendela yang memperlihatkan bunga-bunga segar yang sudah mekar. Walau di sebrangnya, terdapat kaca jendela milik posko putra, pemandangannya tetap terlihat menawan.

Tiga puluh menit Kaira terfokus pada bacaan di novelnya, jantungnya berdebar karena sebuah adegan pelarian sang tokoh dari bencana tsunami.

Tok tok tok.

Suara ketukan pada jendela kaca samping Kaira, terdengar.

Kaira menoleh. Tidak ada siapa-siapa di luar sana. Ia kemudian menggelengkan kecil kepalanya dan kembali fokus pada bacaan.

"KAIRAA!" suara teriakan yang terpendam itu terdengar. Membuat Kaira menoleh lagi untuk kedua kalinya. Namun kali ini matanya menangkap Karel yang memakai baju abu-abu dan celana hitam selutut yang sudah basah kuyup.

Kaira bangkit, menggeser jendela kaca itu agar terbuka.

"Lo ngapain sih di dalem? Keluar kek."

"Mager," balas Kaira dan mendudukkan diri pada lantai kayu di depan kamarnya. "Lo ngapain kesini?"

"Lo ada ini nggak? Ck, apa sih namanya," Karel berdecak, lupa. "Ohiya, sampo!"

Kaira mengangguk, "Berapa sachet?"

"Lima."

Kaira mendesis. "Lima? Yaudah, tunggu bentar."

Selagi gadis itu melangkahkan kakinya lagi ke dalam, Karel mendudukkan diri di mana Kaira duduk tadi. Masa bodohlah dengan lantai kayu ini yang basah. Nanti juga kering sendiri karena sinar matahari.

"Kay, nanti malem jadwalnya jelajah hutan." ujar Karel sembari menerima sampo yang Kaira beri. "Oh ye, makasih sampo nya."

Kaira mengangguk, "Udah tau."

"Satu regu sama gue, ayo!" Karel mengajak. Senyumnya terukir sumringah.

"Ya nggak, kan regunya diambil perkelas."

"Lah iya, lupa gue."

Dan kini mereka berdua duduk bersampingan, dengan jarak beberapa jengkal tangan.

"Kay," panggil Karel, lagi.

Kaira menoleh, memiringkan kepalanya sedikit ke kanan, membuat rambut di pinggir itu menjuntai. "Hm?"

"Habis dari camping, lo mau gak, ikut gue ke suatu tempat?"

Kaira mengangkat kedua alisnya bersamaan. "Kemana?"

"Adaaa pokonya. Ikut aja ya ikut. Ga terima penolakan." Karel berucap demikian sembari turun dari duduknya. "Babay!" Lelaki itu menepukkan tangan kanannya pada kepala Kaira. Menyebabkan puncak kepala Kaira sedikit basah.

Karel pergi, berlalu dengan senyumannya yang mengembang.

One And Only K [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang