I Am Serious

4.3K 338 72
                                    


Cast: Yoon Dowoon
My Day as Via

Pagi-pagi. Matahari belum terbit. Ayam belum berkokok dan beruang kutub belum bangun. Namun aku sudah si sini. Dengan piyama polkadot, sandal jepit dan muka bantal. Kesel.

"Masih ngambek?" Gumam Dowoon seraya menyodorkan susu kemasan padaku.

"Udah tahu nanya," cibirku. Dowoon tertawa. Seperti anak kecil yang tak punya dosa.

"Kesel tahu, Woon. Kamu bangunin aku pagi-pagi terus nyeret aku ke bandara. Dan aku baru tahu kalau kamu mau ke Korea hari ini. Pantes gak sih kalau aku marah sama kamu."

Dowoon nyengir. Bagaimana anak kecil ini bisa bertahan di Korea sendirian. Korea loh, ini bukan mampang atau tanah abang. Please deh. Aku tuh khawatir dia kenapa-napa. Terus nanti kalau aku kangen dia gimana?

"Cuma dua tahun, Vi"

"Dua tahun itu cuma?"

"Nggak lama, Vi. Dua tahun doang. Aku juga bakalan balik ke indo. Kenapa, kamu takut kangen ya ma aku? " godanya padaku.

"Kangen sama loe? KAAGAK! NGAPAIN GUE KANGEN SAMA LOE!"

Bohong sekali. Iya, Woon, aku bakalan kangen sama kamu. Kangen gelut-gelutan ma kamu. Kangen segalanya. Kangen mainan sama adek kecil kayak kamu.

"Batalin aja, Woon. Gue takut loe diculik." gumamku Khawatir.

"Sampai kapan kamu akan terus menganggapku anak kecil?" Dowoon menatapku dengan pandangan serius.

Aku mengacak-acak rambutnya gemas. "Ih kenapa sih. Gini-gini kan aku khawatir sama kamu," gumamku.

Dia tidak tersenyum. Wajahnya serius. Tak ada segurat senyum pun di wajahnya.

"Kenapa sih? Kamu kalau lagi serius gini unyu tauk, Woon," gumamku mencubit pipinya gemas. Dowoon menepis tanganku. Tangannya sigap memegang pergelangan tanganku. Jantungku berdebar. Demi apa jantungku berdebar. Padahal biasanya aku baik-baik saja. Tidur siang bareng, pelukan sama dia juga baik-baik saja. Lalu kenapa?

"Tak bisakah kau memandangku sebagai laki-laki?" gumamnya sambil merapikan anak rambutku dengan sebelah tangannya. Ya lord. Satu thread membunuh anak manusia tengah Dowoon praktikan. Tangannya sibuk merapikan rambutku yang berantakan. Aku segera menyingkirkan tangannya dari kepalaku.

"Berhenti bermain-main dengan lelaki yang pada akhirnya akan menyakitimu. Tak bisakah kau denganku saja?"

Hah? Apa aku tidak salah dengar? Tak bisakah kau denganku saja? Demi neptunus planet dan segala isi tata surya, kenapa jantungku berdetak tak karuan.

Kedua tangannya mendekat ke arah wajahku. Dia menangkup kedua pipiku dengan lembut.

"Dengarkan aku baik-baik, Via, " dia berkata dengan lembut. Aku seperti tersihir. Diam dan tak bergerak ketika tangannya mengelus pipiku.

"Selama aku tidak ada. Kamu jangan menangis. Jangan beli jajan di indomaret malam-malam sendirian. Jangan telat makan hanya gara-gara nonton drama korea," gumamnya memberiku ceramah seperti orang tua.

"Bawel," celetukku.

Dowoon mencubit pipiku, "Aku belum selesai bicara."

Aku menghela napas, "Apa lagi?"

Dia mengelus kepalaku lembut, "Kalau butuh apa-apa bilang sama Bang Jae. Meski dia cuek tapi dia abangmu yang baik. Jangan balikan lagi sama sungjin."

"Kenapa? Sungjin udah beda dari dulu kok," sangkalku.

"Pokoknya jangan balikan lagi sama tukang cilok itu aku gak suka." Tegas Dowoon.

"Bawel. IH UDAHH IH, Aku males denger kamu ce---"

Cup! Sebuah kecupan mendarat di bibirku. Aku shock. Ho oh. Iya. Ini bukan scene drama Korea. Tapi Dowoon menciumku. Di bandara. Dan untuk pertama kalinya aku melihat sisi manly seorang Dowoon.

"Ternyata ini jurus ampuh bikin kamu diem ya," gumam Dowoon. Ingin kuslepet dia dengan sendal namun entah kenapa otakku tak bekerja.

"Pokoknya jangan banyak bergadang cuma buat stalking oppa-oppa desikmu itu. Ingat jangan sakit. Kamu kalau sakit ngerepotin," Dowoon melepas jaketnya dan memakaikannya padaku.

"Biat orang-orang ga ngeliatin kamu pakai piyama. Kan malu."

"Siapa juga yang nyeret aku pagi-pagi kek gini."

"Maaf, aku tak bisa memberitahukan ini lebih awal. Aku takut kamu nangis kejer dan melarangku pergi."

"Hilih, ngimpi."

"Aku berangkat dulu, " gumamnya sambil mengambil koper di sampingku.

" Jaga diri baik-baik. " Gumamnya sebelum pergi.
Baru beberapa langkah dia balik lagi.

" Apaan lagi sih?"
Dia menunduk. Mensejajarkan kepala kami lalu berisik, "Ingat ini, mulai hari ini kamu milikku. Jangan coba-coba selingkuh. Aku mengawasimu." gumamnya sambil tersenyum.

Aku bisa merasakan pipiku memerah. Sebuah perasaan aneh merekah. Inikah? Yang orang-orang katakan dengan nama cinta?

***
Jangan lupa vote dan komen ya gaes
😂😂😂😂😂😂

Day6  HaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang