Apartemen

430 36 11
                                    

Sungjin merasakan ranjang di sampingnya bergetar. Rasa pening di kepalanya akibat pengaruh alkohol tidak dapat membuat matanya terbuka dengan benar. Namun dia bisa merasakan seseorang sedang duduk di sisi ranjangnya dan memperhatikannya. Siapa lagi jika bukan Rara, kekasihnya.

Rara mendekat ke arah Sungjin, lalu mengelus pipi Sungjin pelan. Sungjin merasakan tangan lembut Rara dan menahannya ketika akan menjauh. Kedua mata Sungjin terbuka. Dia menatap gadis yang dia rindukan dengan tatapan penuh rindu.

"Kamu datang?" Gumamnya tanpa sadar. Ada rasa bahagia yang menyeruak di dada Sungjin. Rasa rindu yang menunggu seseorang untuk mengisinya dan perasaan bahagia yang tak terungkap.

Ingin rasanya Sungjin segera memeluk perempuan dengan gaun hitam sedikit terbuka dan menariknya dalam pelukan. Menciuminya. Menandai setiap sisi tubuhnya bahwa perempuan itu adalah milik Sungjin.

Rara tersenyum dan mengangguk. Rasa pengar masih menganggu kepala Sungjin. Namun dia sangat yakin bahwa gadis di hadapannya adalah kekasihnya. "Maaf membuatmu menunggu," gumam Rara.
Tanpa basa-basi Sungjin menarik perempuan itu dalam pelukannya. Perempuan itu tersentak, namun tak kuasa menahan tenaga Sungjin yang lebih besar darinya.

"Tidak ada maaf bagimu," gumam Sungjin dengan tatapan membara.
Ada sesuatu yang mendesak dalam dirinya untuk segera menuntaskan malam ini seperti ritual pertemuan yang biasa dilakukan Sungjin dengan Rara. Sungjin mencium bibir Rara dengan tidak sabar. Dia mencium, mengecap dan menjelajahi bibir kekasihnya tanpa memberi kesempatan Rara untuk bernapas.

Rara yang merasa tak siap berusaha melepaskan ciuman Sungjin. Tepat di saat dia hampir kehabisan napas, Sungjin memberi jeda.

"Kamu mabuk?" gumam Rara begitu Sungjin melepas pagutannya.

"Sedikit," Sungjin tertawa.

"Apa kamu sering minum saat aku tak ada?"

Sungjin berusaha untuk melanjutkan ciumannya, namun Rara menahan dadanya, "Jawab dulu pertanyaanku." Gumam Rara.

"Iy," gumam Sungjin memeluk pinggang Rara.

Rara mengelus pipi Sungjin lembut "Sungjin, hiduplah dengan baik. Mulai sekarang jangan minum lagi. Maafkan aku yang membuatmu seperti ini," gumam Rara sambil menangkup pipi Sungjin dan mencium bibir lelaki itu dengan cepat.

"Asal kau janji akan selalu menemuiku, aku tidak akan minum," gumam Sungjin sambil mencium leher Rara.

"Sungjin, aku hanya mau kamu hidup dengan baik," Rara mendorong dada Sungjin dan membuat jarak diantara Sungjin sedikit menjauh.

"Iya... iya... kenapa kamu cerewet sekali. Bisakah kita lanjutkan ritual kita dan bicara nanti?"

Gumam Sungjin yang sudah tidak dapat menahan dirinya.

"Berjanjilah padaku untuk hidup dengan baik terlebih dahulu," gumam Rara sambil mengajukan jari kelingkingnya pada Sungjin. Sungjin pun mengaitkan jari kelingkingnya dan menuruti keinginan Rara.

"So, can we start now, Miss Park Rara?" gumam Sungjin mengedipkan matanya menggoda Rara. Rara tahu tidak ada gunanya membantah keinginan Sungjin. Lagipula dia juga merindukan Sungjin sama seperti Sungjin merindukannya.
Sungjin menarik tubuh Rara hingga dia terjatuh dan berada di bawah Sungjin. Dengan cepat Sungjin mencium bibir Rara dengan ganas. Dan menjelajahi bibirnya tanpa memberikan celah sedikit pun. Rara membalas ciuman Sungjin dan membuat lelaki itu menggila. Setelah hampir beberapa detik berciuman tanpa jeda, Sungjin menghentikan ciumannya dan membuka kaos yang dipakainya.

Lelaki itu kembali menciumi kekasihnya dan mulai meraba tubuh Rara. Sungjin menyobek gaun Rara yang tipis sehingga memberikan dia akses lebih dalam. Selanjutnya Sungjin mencium leher Rara yang jenjang dan menciumi seluruh tubuh Rara dan meninggalkan bekas kepemilikan di sana. Malam itu menjadi sangat panas setelah sekian lama penyatuan itu kembali terjadi. Sebuah malam panjang yang penuh kerinduan dan kesakitan panjang.

***
Sungjin membuka mata ketika seseorang menyentuh bahunya. Begitu membuka mata bukan Rara yang dia temui. Melainkan Jae rekan sekantornya.

"Bang, loe ngapain tidur di lantai?" Gumam Jae dengan heran.

Sungjin memandangi sekitar. Tak ada tanda-tanda Rara di sekitarnya. Dia berusaha mengingat kembali momen penyatuan dirinya semalam. Dan lagi hal itu terjadi setiap jam 3 pagi saat Sungjin merasakan sesuatu yang aneh di apartemen ini.

Sungjin bisa ingat bahwa segala penyatuan dia denga Rara terasa begitu nyata. Namun dia sadar bahwa itu hanya ilusi dan tak pernah bisa terbangun dan lari dari semuanya.

"Loe ngapain di sini pagi-pagi?"

"Kan abang janji mo nebengin, kita ada meeting kok belum siap loe, Bang?"

Sungjin menggaruk tengkuknya yang pegal akibat tidur di lantai. "loe nggak papa bang tidur di lantai boxeran doang?" Tanya Jae heran.

"Lah bang itu merah-merah apaan anjir? Cupang?" Teriak Jae.

Jae mengamati bekas kemerahan di sekitar tubuh Sungjin. Bukan seperti bekas kecupan tapi lebih ke bekas cakaran.

"Cewek loe ganas amat Bang ampe nyakar,"celoteh Jae.

"Iya nih," gumam Sungjin asal.

"Loe punya temen yang mau beli apartemen ga? Keknya gue mau pindah," gumam Sungjin.

"Lah kenapa pindah, padahal kan di sini apartemennya paling murah?"

"Gapapa bosen aja, kalau ada hubungin gue." Sungjin mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi.

"Bang, ngomong-ngomong cewek loe mana bang? Masa habis gituan jam segini udah pergi aja?"

Celetuk Jae asal ngomong.
Sungjin menoleh, "Cewek gue udah pergi. Dua bulan yang lalu kecelakaan," gumam Sungjin tersenyum getir.

"Lah terus loe semalam sama siap----"

"Cewek gue lah" jawab Sungjin singkat lalu masuk ke kamar mandi.
Seketika Jae merinding. Bulu kuduknya berdiri. Apalagi Sungjin sedang berada di kamar mandi. Jae memandangi sekitar dengan tatapan takut. Sekarang Jae tahu alasan Sungjin ingin menjual apartemen ini. Tapi yang Jae tidak tahu alasan sebenarnya kematian kekasih Sungjin.

Sungjin menutup pintu kamar mandi dan menatap sebuah koper besar di bawah wastafel. Sungjin berjalan ke arah koper tersebut dan berjongkok. Dia bergumam, "Sebentar ya Sayang, aku akan menguburmu setelah aku membuat perhitungan dengan selingkuhanmu, Jae itu." Sungjin menarik ujung bibirnya.

"Bang, loe sedang apa?" Jae berdiri kaku di depan kamar mandi dengan tatapan penuh tanya.

End

Hi hello lama tidak update. Maaf kalau gaje. Silakan tebak sendiri tentang cerita ini. Apakah teman-teman suka?
😊😊

Day6  HaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang