Splash: I am OKAY

1.1K 84 3
                                    

"Ada hal-hal yang tak pernah bisa kita pertahankan,  meski kita telah berjuang mati-matian."  Jae.

Jae terbangun dengan buru-buru.  Sial,  aku terlambat,  gumamnya.  Dia segera meraba sekitar  tempat  tidurnya dan berusaha mencari di mana letak telpon  genggamnya.
Dengan cepat dia memanggil satu nomer di daftar teratas nama kontak miliknya.

"Telat bangun?" Gumam suara di seberang sana yang sudah  hapal betul kebiasaan Jae.

"Eum,  maaf."

"Kita gak jadi CFD lagi nih?"

Jae melirik jam di pergelangan  tangannya.  Pukul 10 pagi.
"Enggak deh kayaknya. Kamu marah gak?"

"Marah  sama kamu ada gunanya gak sih?"

Jae merenggangkan tubuhnya.  Sisa-sisa rasa kantuk masih menempel di matanya.

"Aku capek banget.  Semalam latihan ampe jam 1. Pagi ini juga musti latihan  lagi.  Jadi aku gak bisa ketemu kamu.  Maaf," gumam Jae sembari mengambil kaos di lemari  dan menggantinya.  Tanpa mandi terlebih dahulu dia berjalan  menuju rak sepatu dan mengambil  sepatu converse miliknya.

"Eum," jawab seseorang  di seberang sana dengan enggan.

"Kamu marah?"

"Enggak."

"Kok bisa  kamu gak  marah sama aku?"

"Lah emang harus gitu  aku marah ma kamu?"

"Kamu berhak marah sama aku kok," Jae menjepit hape dengan  bahunya.  Tangannya  sibuk  mengenakan kaos kaki. Dia mengambil  skateboard dan meletakkannya  di sampingnya.

"Aku harus pergi," gumam Jae dengan  nada  menyesal.

"Eum.  Hati-hati."

"Lain kali aku gak akan ingkar janji," gumam Jae.

"Semoga  ada lain  kali," gumamnya dengan nada lesu.

"Maksudnya?"

"Ah,  enggak,  mama manggil aku.  Udah dulu ya," dia mengakhiri telepon. Jae pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu.

"Den Jae," terdengar suara Mbok inem memanggil namanya.  Jae menoleh  dan mendapati perempuan  paruh baya itu menghampirinya.

"Ada apa,  mbok?"

"Ada titipan dari Neng Clara," Mbok Inem menyerahkan amplop berukuran A5 pada Jae.  Di sampulnya tertulis nama Jae.

Laki-laki  itu membuka amplop  pemberian Mbok inem.  Undangan.  Undangan pertama yang membuat  hatinya nyeri. Dia memasukkan kembali undangan  ke dalam amplop  dan  menyerahkan pada Mbok Inem.

"Buang aja,  Mbok," gumam Jae.

"Kenapa dibuang,  Den?" Tanya mbok Inem.

"Gak papa.  Bukannya sampah memang harus dibuang  di tempatnya." Mbok Inem tak berani bertanya lagi dan segera menuruti permintaan Jae.

Lelaki  itu mengeluarkan  headset  dari kantongnya.  Lalu menyambungkannya dengan handphone miliknya. Jae memilih playlist secara acak.  Sebuah lagu berjudul First  Time dari Day6  mengalun pelan.

Jae berjalan dengan gontai,  "Jadi ini yang kamu maksud dengan semoga ada lain kali,"  Jae tersenyum sambil  mengangkat sudut bibirnya.

END
Anyeonghaseo.  Heheh aku balik lagi.  Kali ini beda dari part sebelumnya.  Aku bawa splash.  Jadi splash  itu cerita yang kutulis langsung  dan dadakan yang terinspirasi  dari foto member Day6.  Beda dengan biasanya  aku ngetik dulu di laptop baru dipindah ke sini.  Splash  lebih pendek.  Kurang dari 500 kata.  Hehhe.
Semoga  suka ya.  Jangan lupa vote dan komen
😂😂😂

Day6  HaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang