Series: SUAMI 24/7

791 78 6
                                    

Jealous

"Jadi selama ini kamu nangis itu mimpiin Jae, Mi?" gumam Brian dengan nada tak biasa. Aku menelan ludahku.  Brian mentapku dengan tatapan serius. 

Aku bangun dari posisiku. Dengan mata bengkak,  rambut  awut-awutan tapi semua itu tidak penting  karena Brian terlihat marah padaku.

"Aku bisa jelasin," gumamku padanya.  Aku memegang tangannya.  Namun tak seperti  biasa dia menepis tanganku.  Dia memalingkan wajahnya. Tangannya sibuk melepas dasi dengan tatapan kusut.

"Bri, dengerin  aku dulu."

Brian melepaskan dasinya dan menaruhnya di kasur.  Dia membuka kancing pertama kemejanya.  Lalu menggulung lengannya. 

"Gak ada yang perlu dijelasin sih.  Sekarang  aku paham kenapa kamu menghindar dari aku terus," gumam Brian.

"Aku menghindar dari kamu?" Tanyaku dengan tatapan tak mengerti.

"Iya.  Kamu tidak lupa kan kalau kamu istriku.  Tapi kamu selalu menghindar bila aku menyentuhmu atau  meminta  hakku sebagai suami," gumam  Brian.

Aku menelan ludahku,  "Kamu salah paham, Bri.  Aku tidak bermaksud seperti  itu."

"Lalu maksud kamu apa ngehindar dari aku?"

"Aku...  Aku---" Tuhan  dari mana aku harus  memulai cerita ini.

"Kamu masih  mencintai Jae kan? Kamu selama ini nikah sama aku cuma  terpaksa kan?" Brian  memandangku dengan tatapan getir.

Aku menggigit bibirku,  "Ini tak seperti  yang kamu kira.  Aku dan Jae tidak ada hubungan apa-apa.  Kamu juga kenal baik dengannya  kan,"  jelasku padanya

"Lalu apa? Selama ini  setiap kali aku menciummu kamu bahkan tidak membalas ciumanku. Kamu bukan  mia yang biasanya lagi."

"Bukankah kau tahu keadaanku,  Bri.  Aku hilang  ingatan jadi mana bisa aku bersikap seperti  biasanya."

"Apa kamu ragu aku bukan suamimu.  Apa kamu masih butuh  bukti,  Mi."

Brian berkata dengan kata-kata penuh penekanan.  Untuk pertama kalinya  aku melihatnya  seperti  ini.  Sisi lain Brian yang baru kulihat pertama kali.

Brian berjalan menuju lemari.  Membukanya dan mengeluarkan  dua buah buku kecil yang dia letakan di rak paling atas.

Dia melemparkan dua buku nikah ke atas kasur.  "Buka,  kalau kamu gak percaya aku adalah suami kamu yang sah," gumamnya dengan tatapan marah. Aku meraih dua buku nikah tersebut  lalu membukanya.  Tertulis namaku,  dan nama Brian di masing-masing  buku tersebut.

"Masih kurang?" Gumamnya  dengan mata sedih. 

"Iya aku percaya,  Bri. Aku minta maaf jika selama ini ngeraguin kamu. Tapi aku benar-benar tidak ada hubungan apa-apa dengan  Jae."

Brian diam.  Dia duduk  di pinggir  ranjang sambil memegang rambutnya.  Meremas rambutnya  pelan  dan mengacak-acaknya kasar.

Aku tak berani membuka suara.  Aku tahu dia sedang berusaha untuk meredam emosinya.  Jadi aku memilih menunggunya hingga  dia mulai bicara lagi.

Setelah tenang Brian menggeser posisinya dan duduk lebih  dekat denganku.  Dia mengelus rambutku pelan.  Aku menatapnya dengan  tatapan heran. Semenit  yang lalu  dia terlihat sangat marah. Lalu kemudian  dia menatapku dengan tatapan selembut  ini.  Dia benar-benar  tak terduga.

"Maaf,  Mi," gumamnya  lirih.

"Untuk?"

"Marah-marah sama kamu.  Ini pertama kalinya  aku bertengkar  denganmu  sejak kita  menikah." Gumamnya  meraih tangan kananku.  Digenggamnya tangan kananku lembut.

Day6  HaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang