Cast: Dowoon
My Day as Icha"Karena itu Kamu. Jika bukan kamu aku tidak akan sanggup." Dowoon.
Mungkin aku seseorang yang paling beruntung sedunia karena memilikimu. Seseorang yang bisa kugenggam tangannya saat ini. Seseorang yang rela mengorbankan apapun untukku meski aku tak pernah memintanya.
Sore ini kamu mengajakku jalan-jalan. Hanya jalan mengelilingi kompleks, bergandengan tangan. Dan melepaskannya jika bertemu dengan orang-orang. Tapi cukup membuat jantungku berdebar kencang.
"Haus gak, Yang. Beli minum dulu ya," gumamnya. Aku mengangguk. Kami mampir ke indomaret di pojok kompleks. Dowoon membenarkan topinya yang terbalik.
"Sudah ada kabar audisi?" gumamku. Dowoon menggeleng.
"Entahlah, mungkin aku tidak lolos. Gak papa belum rejeki." Dowoon berjalan mendahuluiku. Tangannya sigap membukakan pintu.
"Selamat datang," gumamnya seperti mas-mas indomaret. Pantas sekali. Aku terkikik.
"Kamu mau minum apa?" Tanyanya.
"Kopi aja kali ya."
"Jangan."
Aku melirik ke arahnya. Dia merangkul bahuku, "Jangan sayangku. Aku gak mau ya kamu beralasan ga bisa tidur lagi karena minum kopi. Padahal itu cuma alasan buat ngabisin kuota malam," gumamnya sambil mengambil susu kotak indomilk lalu menyerahkannya padaku.
Aku nyengir, "Aku kek bayi ya minum susu mulu."
Dowoon tertawa, "Iya dong kan kamu babyku."
"Hilih. Udah yuk, Yang," ujarku setelah memilih camilan. Dia menggandeng tanganku lalu berjalan bersama menuju kasir. Dowoon merogoh kantong celananya.
"Semuanya 20 ribu mas," satu kantong celananya tampaknya tak terisi. Dowoon merogoh kantong satunya.
"Maaf yang, aku lupa bawa dompet, "gumamnya dengan muka pucat.
"Gak papa aku aja yang bayar," aku segera mengeluarkan uang dari saku. Lalu kami berjalan keluar indomaret. Dowoon menaruh belanjaan kami di atas meja. Dia membuka bungkus sedotan dan memberikannya padaku.
"Maaf, aku ngerepotin kamu, Cha Nanti kalau aku udah ada kerjaan aku ganti."
"Gak papa, Yang. Gak ada yang ngerepotin. Aku pacaran sama kamu bukan untuk selalu dibayarin kamu kok." aku tersenyum.
"Jadi gimana konser Day6 kemarin? " Dowoon mengalihkan topik pembicaraan.
" Seneng banget. Day6 keren banget. Sumpah membernya ganteng banget. Terutama Yoon tuh Yang, pas encore dia nyamperin aku. Ah, senengnya," gumamku bicara panjang lebar.
"Suka enggak, Cha ?" Tanya Dowoon sambil tersenyum.
"Banget, Yang. Ah aku udah lama suka sama Day6 yang. Aku makasih banget kamu beliin aku tiket, aku gak tau mesti bilang makasih gimana." Dowoon tersenyum simpul sambil meminum susu pisang di tangannya.
Entah bagaimana aku bisa membalas kebaikannya. Demi selembar tiket konser, dia rela mengorbankan sesuatu.
"Aku cerewet ya, Yang?" Dowoon tertawa sambil meletakkan susu pisang di meja." Dia menggeleng.
"Gwenchana, aku udah biasa." gumamnya. Dia Satu-satunya orang yang tidak pernah mengeluh tentang kecerewetanku.
"Mian kalau aku cerewet. Kamu kenapa sih betah banget ngadepin aku. Dengerin ceritaku soal day6 padahal kamu ga suka korea-koreaan. Kenapa tahan banget kalau aku lagi cerewet?" Dowoon tersenyum. Dia menarik sebelah tanganku ke arahnya. Lalu menggenggamnya lembut.
"Karena itu kamu. Aku tidak tahu jika dengan yang lain. Aku mungkin tidak akan tahan. Tapi karena ini kamu, aku bisa tahan menghadapi segalanya," gumamnya sambi memegang pipiku lembut.
Aku melepaskan genggaman tangannya, lalu meletakkan tanganku di atas tangannya. Bergantian menggenggamnya lembut.
"Kami jual Baba, Yang?" Tanyaku dengan hati-hati. Dowoon terkejut. Wajahnya memucat.
"Kok kamu tahu?" gumamnya. Baba adalah gitar kesayangan Dowoon. Sebelum menjadi drumer dan suka bermain drum, Dowoon sangat suka bermain gitar. Baba sudah seperti teman bagi Dowoon.
"Sungjin yang bilang," gumamku.
"Eum. Baba gak keurus. Jadi aku jual. Lagian kan sekarang aku banyakan main drum."
"Bohong kamu, Yang. Kamu jual Baba demi aku kan? Demi tiket konser day6 buatku? "
Dowoon diam. Dia mencoba tersenyum. Sebuah senyum seseorang yang hangat, " Gak papa Yang. Baba gak beneran kujual. Kugadain doang ke Sungjin. Nanti aku bisa ambil lagi."
"Yang, kamu bener-bener, aku---" suaraku serak. Air mata mendadak muncul di pelupuk mataku. Aku terharu.
"Ngapain nangis sih, Cha. Haduh. Nanti aku dikira ngapa-ngapain kamu, Yang." Dowoon bangkit dari kursinya dan mendekatiku. Dia menutupiku dengan tubuhnya.
Sebelah tangannya merangkulku. "Jangan nangis di hadapan orang-orang. Terutama lelaki. Aku gak mau ya ada cowok mendadak deketin kamu terus bilang, sini bersandar di bahuku. Kamu hanya boleh nangis. di bahuku, Cha." gumamnya. Aku tak tahu lagi. Mendekapnya kini adalah satu-satunya cara yang terpikir saat ini. Terima kasih, Yoon.
End
Halo update lagi. Gercep amat. Jangan lupa vote dan komen ya gaes

KAMU SEDANG MEMBACA
Day6 Halu
FanfictionWelcome to zona bebas halu, bucin, dan baper, lemondeul. Harap dijaga baik-baik hatinya biar ga baper. Jangan lupa vote dan komen ya. Request story and pict: Tinggalin komen dan dm aja. Follow Twitter @J_key1219 Mention kalau mau request...