"Sejauh apapun jarak. Demi kamu semuanya dekat" Jeremy Aditya
En melirik jam di hapenya ketika sebuah telepon dari Jeremy membangunkannya.
"Apaan sih, njir, nelpon jam dua pagi kagak tahu orang ngantuk apa," gumam En ngedumel sambil nguap.
"Hehe. Maaf, En. Di sini kan siang, gue ganggu lu tidur ya? " ujar Jeremy ketawa di seberang sana.
"Udah tahu pakai nanya," ujar En menguap tanpa henti.
"Cepetan ngomong gih, gue masih ngantuk. Lagian lu ngapain sih nelpon jam segini sih Je," gumam En.
"Kangen. Hehe"
"Dih," celetuk En. "Udah kalau gaje gue tutup nih," gumam En.
"Udah baca pesan gue?" Tanya Jeremy sebelum En benar-benar menutup teleponnya.
"Pesan apaan, besok aja ya?" En sudah tidak dapat menahan rasa kantuknya. Besok pagi dia musti kuliah, berkutat dengan deadline dan segala omelan dosen, menerima telepon Jeremy jam dua pagi sepertinya bukan ide yang bagus.
"Sekarang dong, En. Buka ya, " ujae Jeremy.
" Ogah. Besok pagi aja," En menolak.
"Sekarang aja woi ah. Gue capek-capek nyiapinnya juga, ya.... Ya... Ya... Ya... Ya.... En i willll always love you... "
" Bernada Woi ah, iya ini gue baca. Bawel! " En mematikan telepon dari Jeremy. Dan membuka whatsapp miliknya. Sebuah pesan dari Jeremy.
" Apaan sih ngirim voice note segala. Ngomong kan juga bisa," En ngedumel. Lagi. Ya Tuhan, En ngedumel terus, maapkan.
En meraba samping tempat tidurnya dan mencari keberadaan headset yang ternyata masih menempel di telinganya. Maklum hape En sudah sedikit soak, jadi butuh asupan headset biar bisa mendengar dengan jelas. Enam menit 17 detik. Sebuah voice note yang panjangnya bikin En geleng-geleng.
Terlebih ketika dia buka. Isinya suara hujan. Iya suara hujan. En mendengarkan dengan seksama sekaligus waspada. Siapa tahu kan mendadak ada jumpscare kan gak lucu.
Hingga menit kelima tak ada apa apa, hanya suara juga. En hampir melepas headsetnya ketika sebuah suara laindi menit ke 6 terdengar.
"En, i miss you," bisik Jeremy dengan suara pelan dalam rekaman yang tertutup hujan. Namun En yakin dia tak salah dengar. Hatinya berdebar. Kali ini dia sangat yakin debaran apa yang dia rasakan. Yakin sekali.
Sebuah panggilan suara masuk menjeda lamunan En. Kali ini sebuah panggilan video.
"Udah denger?" Jeremy tengah tersenyum di ujung sana dengan kaos putih dan juga rambut yang acak-acakan ganteng khas bangun tidur.
"Apa? Lu ngirim apaan sih? VN enam menit isinya suara hujan doang, aelah, " En pura-pura gak tahu.
" Suara hujan. Masa lu gak tahu?"
"Ya tahu. Terus?"
"Suara Hujan di LA beda hari ini," gumam Jeremy.
"Beda gimana?"
"Beda aja. Mungkin karena gue lagi kangen lu," gumam Jeremy. En tertegun. Diam. Baru kali ini Je bilang kangen dengan tatapan mata seperti itu. Kan bikin ambyar.
En juga tidak bisa bohong. Dia merindukan Jeremy. Ditinggal mudik sebulan koko-koko Surabaya ini membuatnya kangen.
"Eh Lu nangis, En?" gumam Jeremy. Jeremy sadar bahwa En berkaca-kaca. Biasanya kalau lagi bareng En, Jeremy bakal ngeledekin En habis-habisan. Namun entah kenapa pagi ini terasa berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day6 Halu
FanficWelcome to zona bebas halu, bucin, dan baper, lemondeul. Harap dijaga baik-baik hatinya biar ga baper. Jangan lupa vote dan komen ya. Request story and pict: Tinggalin komen dan dm aja. Follow Twitter @J_key1219 Mention kalau mau request...