"Kamu ngapain di sini?" gumammu ketika melihatnya di hadapanmu dengan kemeja rapi dan celemek kain di pinggangnya. Sebuah catatan dan bolpoin berada di tangannya.
"Kerja,"jawabnya dingin.
Kata - katamu tercekat. Bagaimanapun juga kamu dan dia belum lama putus karena mama papamu tidak merestui dia denganmu. Belum genap setahun sejak kalian berpisah. Namun dia terlihat sangat berbeda.
Lebih tampan tentunya. Yang namanya mantan saat putus memang terlihat lebih tampan.
"Udah pesan tempat?" Tanyanya membuyarkan lamunanmu.
"Meja nomer 12," gumammu.
"Mari saya antar," gumamnya mengubah nada bicaranya menjadi formal. Dia mengantarmu ke meja nomer 12.
Dia meletakkan buku menu dan mengeluarkan catatan kecil di tangannya.
"Mau pesan sekarang apa nanti?" gumamnya.
"Aku nunggu mama papa. Bisa pesan menu dulu?" Tanyamu
Sebenarnya banyak yang ingin kamu tanyakan. Tentang bagaimana kabarnya setelah kamu putus dengannya. Apa dia baik-baik saja. Apa dia sekarang punya pacar. Banyak sekali. Namun sepertinya Brian menarik garis. Dia sangat dingin hari ini.
"Kamu apa kabar?" Gumammu pada akhirnya. Akhirnya kalimat itu meluncur dari bibirmu.
"Tak bisakah kita menarik batas. Gak lupa kita mantan kan? Sekali kita melewati garis kita tidak akan dapat menahan perasaan masing-masing," gumamnya dingin. Lagi - lagi kamu harus menyimpan tanyamu.
"Maaf," ujarmu lirih.
"Aku sedang kerja. Jika kamu ingin bicara kamu bisa menungguku hingga selesai," ujarnya.
Setitik harapan. Setidaknya kamu bisa berbincang dengannya. Banyak hal yang masih ingin kamu bicarakan dengannya. Kamu harus jujur bahwa kamu belum move on dengannya.
"Apa boleh?" Tanyamu padanya.
"Hanya jika kamu mau menungguku," gumamnya.
"Sayang kamu udah sampai," Kamu menoleh karena suara mamamu. Mama dan papamu terkejut melihat Brian. Apalagi dia dengan seragam pelayan kafe. Tentu kesempatan yang baik buat mereka untuk menghina lelaki ini sama seperti dulu saat dia menghina Brian dan menolak hubungan kalian.
"Selamat malam Om dan tante, apa kabar? Masih mencari menantu lulusan kedokteran?" Sindir Brian tanpa tedeng aling-aling.
Papa mamamu tersenyum tipis, bersiap mengeluarkan kata-kata menyakitkannya.
"Tentu saja baik. Terlebih karena kamu sudah putus dengan Della Beruntung Della gak jadian lagi sama kamu. Duh gimana ya jadinya kalau kamu masih pacaran. Malu punya pacar pelayan dong, La," gumam mamamu
Brian hanya tersenyum tipis, "Alhamdulillah tante. Setidaknya saya mencari uang halal. Dikit-dikit bisa bantu emak saya," gumam Brian
"Gitu aja bangga. Jadi anak band ga jelas dan pelayan kafe aja bangga," papamu menimpali.
"Ma... Pa... Kita pindah restoran aja," cegahmu. Sudah cukup kamu mendengar bagaimana penghinaan mereka terhadap Brian.
"Alhamdulillah Om. Setidaknya meski anak band ga jelas saya ga pernah menghina orang," tajem banget. Entah kenapa omongan brian terdengar tajam kali ini. Kamu pun semakin tak enak pada Brian.
"Bri, maaf," lirihmu. Brian hanya tersenyum kecil.
"Loh, Bos ngapain? Kok bos masih di sini bukankah mesti ke airport buat meeting sama klien di paris," seorang berkaos polo dengan celana jeans robek-robek menghampiri Brian.
"Bos?" tanpa sengaja papa dan mamamu yang kaget mendengar Brian dipanggil bos membuat pelayan bernama Jae itu menoleh.
"Iya. Duh bos gini nih kalau keseringan minjem celemek aing. Dikira pelayan kan. Astaghfirullah. Lulusan S2 bisnis manajemen sekaligus pemilik 25 cabang resto jadi ternodai gegara celemek aing." Gumam Jae melepas celemek dari pinggang Brian.
"Paan sih Jae," gumam Brian seolah tidak ingin jae melebih-lebihkan dirinya.
"Resto ini punya kamu?" Tanyamu pada Brian.
"Beuhhhhhh ga cuma resto mbake. Akang ini juga yang punya 75 persen saham hotel ini. Belum resto dia bercabang cabang om, tante. Beuh. Baru buka cabang pula di paris." Cerocos Jae.
Mama dan papa kamu terlihat tidak senang. Antara menyesal dan ingin menarik kembali segala penghinaannya.
"Duh maaf ya nak Brian. Saya kira kamu pelayab. Haduh masa ganteng gini tante kira pelayan."
Ujar mamamu berusaha mengobati sakit hati brian."Lah emang pelayan kok, Tante," Brian sambil tersenyum.
"Duh. Saya juga minta maaf. Nak Brian mau jadi karyawan di Perusahaan Bapak ga? Atau mau jadi mantu kita? Aduh Della masih jomblo loh, " ujar papamu tanpa malu-malu.
"Papah apaan sih!" ujarmu malu.
"Mohon maaf Om, Tante, tapi saya sudah menikah." Gumam Brian menunjukkan cincin di jari manisnya.
"Kalau mau pesen biar mas Jae yang urusin. Jae nitip ya. Layanin dengan baik. Gue cabut ke bandara dulu. Thanks," gumam Brian buru-buru.
"Ashiap boskuh," ujar Jae menaruh pose hormat sambil ketawa. Brian pun berlalu setelah pamit padamu dan orang tuamu.
"Om, Tante, mau pesen apa?" Jae bersiap mencatat pesanan.
"Gak jadi. Kita pindah restoran aja, La. Jangan manggil kita om tante emangnya kita om dan tantemu," gumam orang tuamu sinis.
Jae pun nyengir, "Dasar wong gemblung kayak gitu kok pengen punya mantu kek akang brian. Huh." Jae ngedumel.
A/N hi hello author is back. Terima kasih udah baca. Jangan lupa vote dan komen ya. Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day6 Halu
FanfictionWelcome to zona bebas halu, bucin, dan baper, lemondeul. Harap dijaga baik-baik hatinya biar ga baper. Jangan lupa vote dan komen ya. Request story and pict: Tinggalin komen dan dm aja. Follow Twitter @J_key1219 Mention kalau mau request...