Apartemen Part 2 The Secret Of Wall

466 20 6
                                    

Rekomendasi music: Lovely - Billy Elish ft Khalid

Warning : Cerita ini hanyalah karangan dan fiktif belaka. Karakter, tempat kejadian, hanyalah fiktif dan untuk kebutuhan cerita. Jika tidak kuat membaca Thriller bisa diskip saja. Terima kasih.

The Secret Of Wall

"Kuselipkan darah selingkuhan kekasihku di setiap inchi dinding apartemenku. Dan di setiap dindingnya, kuselipkan potongan tubuh selingkuhannya tanpa kau tahu." Sungjin.

Tidak ada yang aneh ketika seseorang menawarkan apartemen murah pada Dowoon. Dowoon yang baru saja merantau ke kota ini setelah diterima menjadi editor di sebuah penerbit pun tidak berpikir panjang untuk mengambil tawaran dari Jae beberapa waktu lalu. Namun sejak Jae menawarkan apartemen pada Dowoon, lelaki itu menghilang entah ke mana.

Bahkan hari ini dia tidak ditemani Jae untuk melihat-lihat sekitar apartemen. Dowoon mengamati ruangan apartemen ini dengan wajah cukup puas. Harga yang murah, namun dia mendapatkan kualitas apartemen yang memuaskan.

"Bagaimana? Apakah anda suka?" gumam Sungjin, yang mengantarkan Dowoon berkeliling apartemen miliknya.

"Suka, Mas. Apartemennya bagus, rapi, saya suka, cat dinding merah maroonnya juga adem banget ngeliatnya," gumam Dowoon dengan wajah puas. Sungjin tersenyum dingin.

Dowoon berjalan menuju dinding bercat merah maroon di sisi kiri apartemen lalu meraba dindingnya. Dia bisa mencium bau cat apartemen yang masih baru. Sepertinya baru saja direnovasi.

"Dindingnya baru saja direnovasi," potong Sungjin menjawab rasa penasaran Dowoon dalam hati.

"Kalau bisa jangan nempelin paku ya di dinding, karena akan sulit menutup lubangnya." Jelas Sungjin. Dowoon manggut-manggut. Ada yang aneh saat Dowoon meraba dinding apartemen tersebut, seperti ada sesuatu yang lain. Dowoon ingin menanyakannya namun pandangan Dowoon beralih pada lukisan mawar merah di sudut kamar.

"Boleh liat- liat sebentar lagi gak, Mas?" Dowoon meminta izin pada Sungjin.

"Boleh, tapi jangan lama- lama ya, saya masih ada urusan," gumam Sungjin.

Dowoon mengangguk. Dia berjalan di sudut kamar dan berhenti di depan lukisan. Dowoon mencium sesuatu yang tak biasa. Seperti bau anyir darah yang telah membusuk. Tangannya mencoba menyentuh lukisan itu namun Sungjin menahannya.

"Lukisan kalau disentuh bisa cepat rusak," ujar Sungjin memperingatkan.

"Maaf, Mas. Aku hanya tertarik dengan lukisan ini," gumam Dowoon menggaruk tengkuknya sendiri yang tidak gatal. Sungjin menatap Dowoon sambil tersenyum.

"Itu lukisan saya, jika kamu mau, kamu bisa mengambilnya," gumam Sungjin.

"Hah? Beneran, Mas?" Dowoon melongo tak percaya. Hatinya senang bukan main. Kapan lagi dapat lukisan sebagus itu. Dia berlari kea rah Sungjin dan meraih tangannya.

"Makasih banget, Mas," gumam Dowoon. Sungjin hanya tersenyum tipis.

"Jadi kapan saya bisa pindah ke sini, Mas?" Gumam Dowoon tak sabar. Dia sudah mengirimkan DP pembayaran apartemen ini tadi pagi. Dan tinggal melunasi sisanya saja.

"Besok kamu sudah bisa pindah, hari ini saya perlu membereskan beberapa barang saya di sini," gumam Sungjin. Dowoon mengangguk tanpa curiga. Setelah puas melihat apartemen, dia pun pamit meninggalkan Sungjin di ruang apartemennya yang kosong. Sungjin berjalan menuju ke arah dinding, dia mengamati dinding merah maroon yang baru selesai kemarin dia cat. Tangannya menyentuh dinding yang terkesan dingin, sedingin tatapan matanya.

Day6  HaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang