SERIES: SUAMI 24/7

938 83 54
                                    

Part:
Another Confession

Mimpi itu datang  lagi.  Malaikat bernama Kim Wonpil  itu mendatangiku lagi.

"H-4 loh Jeng?  Yakin ga mau balik  ke tubuh loe,"  ujar Kim Wonpil sambil membawa kipas segede gaban.

"Ini beneran nyata ga sih?"

"Mau gue cubit?  Atau gue gampar?"

Kim bermaksud  untuk menamparku namun aku menggeleng

"Tidak  usah repot-repot." Aku memegang pipiku yang mendadak  perih sebelum  ditampat Kim Wonpil.

"Hidup ini pilihan.  Kalau loe gak bisa memilih  sini gue pilihin," gumam Kim Wonpil  membenarkan rambut belah tengahnya.

"Kok jadi kamu yang milihin hidupku?" Protes Mia

"Habisnya loe tuh  lola banget.  Tinggal milih susah amat."

"Ini tuh perkara sulit.  Kamu gak ngerti  sih gimana  aku bisa gak jatuh cinta sama Brian kalau dia selembut itu tiap hari," curhatku tanpa sadar.

"Heh!  Denger ya,  Brian di dunia loe tuh ga nyata. Loe mau nanti bangun-bangun nangis gegara Brian gak ada di samping  loe?  Dan emang  gak  akan ada di samping loe," ujar Kim Wonpil.

"Tapi gue sayang ma dia," air mataku menetes di pipi kananku.

"Serahlah.  Gue pusing.  Ini udah H-4 ya.  Jadi  gue tunggu keputusan loe.  Oke,  babay esmeralda," gumam Kim Wonpil  melambaikan tangannya.

"Namaku Mia bukan esmeralda," protesku sebelum dia berlalu.

"Bodo amat dah, babay," ujar Kim Wonpil  tak acuh dan menghilang di kegelapan.

***

Aku membuka mataku dan kembali mendapati mata itu menatapku lagi.  Brian tengah mengelap keringat di dahiku. Ketika mata kami berpapasan dia tersenyum.

Brian kalau lagi natap gini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brian kalau lagi natap gini

"Nangis lagi,  mimpi apa sih?" Gumam Brian  mengusap lembut  pipiku.  Aku menggeleng.

"Gak mau cerita  ke aku?" Tanyanya dengan  nada lembut.

Aku diam.  Tak menanggapi apa-apa.
"Ya udah kalau  gak mau cerita," ujarnya sambil memberikan sentuhan lembut  pada rambutku. Hening.  Hanya ada aku dan Brian yang saling tatap.  Lelaki itu membelai rambutku lembut.  Sesekali memainkannya. 

Krucuk!
Bunyi perutku  yang tak tahu diri memecah keheningan.  Brian tertawa.

"Kamu laper?" Gumamnya yang masih belum  berhenti tertawa.

"He'eh" aku mengangguk.  Aku tidak ingat berapa lama aku tidur.  Yang jelas aku lapar sekali  sekarang.

"Mau aku bikinin makanan?" ujar Brian lembut 

Day6  HaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang