Sillaturahmi

5.7K 413 7
                                    

Seperti yang kuduga, mbak Manda pasti kaget bukan kepalang ketika aku menceritakan semuanya tentang aku dan Revan.

"Kok bisa gini sih, Rin?". Komentar mbak Manda, ketika aku selesai menceritakan semuanya.

Aku mengedikan bahu, "Aku juga nggak tau, mbak. Kenapa bisa takdirku kaya begini."

Mbak Manda mengusap bahuku, "Sabar, Rin. Rencana Allah itu pasti lebih baik dari yang kita bayangin."

"Semoga ya mbak."

Mbak Manda tersenyum lembut padaku, hal itu membuatku juga ikut menunjukan senyum tulusku untuknya.

"Tapi mbak yakin, Rin. Kamu itu emang takdirnya terbaiknya Revan."

Aku tersenyum kecut, mengingat takdir tentang aku dan Revan.
"Bukan mbak, aku bukan takdirnya Revan. Karena Revan udah punya takdir bahagianya sendiri."

Mulut mbak Manda menganga tidak percaya memandangku, "Kok kamu bisa ngomong kaya gitu?".

"Revan yang ngomong sendiri mbak, ke aku."

"Percaya deh Rin sama mbak. Kalau kamu itu bakal bahagia sama Revan."

Aku tersenyum, "Aku sih pengen seperti itu mbak. Tapi yaa, aku jalanin aja dulu lah."

"Masalah seperti ini nggak boleh cuma di jalanin aja, Rin. Harus ada tujuannya."

"Iyaa mbak Manda, aku bakal buat tujuan di hidup aku setelah ini."

Senyum mbak Manda mengembang menatapku, "gitu dong. Ayoo yang semangat!"

Setelah itu, tawa kami pecah gitu aja.
Ini yang kusuka kalau cerita masalah apapun ke mbak Manda, pasti masalahku serasa sedikit berkurang. Dan digantikan oleh pesan pesan positif dari mbak Manda.

***


Sudah 30 menit aku menunggu kedatanggan Revan, tapi nggak ada tanda tanda juga kalau ia akan segera menampakan batang hidungnya.

Aku udah coba hubungin dia, tapi hp nya nggak aktif. Perasaan bosanku sudah tak mampu ku tolerir lagi, ibu juga udah beberapa kali menelefonku untuk mengabarkan aku harus segera pulang mencicipi masakan hasil kerja kerasnya hari ini.

Jadi jemput nggak sih ini?.

Aku mencoba mengalihkan kegiataanku dengan melihat beranda instagramku. Tapi itu cuma bertahan sepuluh menit untuk merontokkan rasa bosanku.

Huftt, emang dari dulu nunggu itu nggak enak yaa? Dan sekarang udah pukul 17.00, dan itu artinya aku udah menunggu Revan tepat 1 jam.

Kalau sampai 15 menit lagi juga belum dateng, aku bakal pulang sendiri aja!. Gerutuku pada diriku sendiri

Aku sedikit tersentak ketika hp di genggamanku berbunyi. Aku segera melihat siapa yang telefon aku, sekarang.

CALON SUAMI's Calling.

Spontan aku langsung menggeser icon hijau pada layar, dan menempelkan hp di telinga kananku.

"Rin, sorry ya. Aku nggak bisa jemput sekarang."

Ingin rasanya aku memberi ia 'sumpah serapah', enak aja ngomong sorry. Aku nunggu kamu tanpa kepastian udah 1 jam lebih nih!

Tapi diluar kendali otakku, mulutku cuma berucap, "Nggak papa, kenapa emangnya sampai nggak jadi jemput?"

"Aku...aku... Aku lagi nemenin Aurel nonton bioskop, Rin". Ucap Revan gugup.

Hello, My Destiny [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang