Keluarga (cem)Ara

5.1K 266 45
                                    

"Ara udah tidur, bu?" Tanyaku, tanganku meletakkan kantong plastik berisi martabak yang masih mengepulkan asap.

Ibu mengangguk, "Udah, baru aja tidur dia. Pinter banget deh, nggak pakai drama tangis dulu sebelum tidur."

Sontak aku menolehkan kepala pada Revan dengan wajah bingung, "Di rumah Ara pasti nangis heboh dulu ya jam segini?"

Revan mengangguk guna membenarkan ucapanku, sebelum akhirnya ia ikut duduk santai di sofa tv dengan ayah mertuanya.

"Ih, orang anak cantik gitu kok. Kamu mungkin yang nggak bisa nidurin Ara," sahut ibu.

Iya mungkin, Ara kan nggak pernah bisa santuy kalau sama aku.

"Aku ke atas liat Ara dulu ya, bu." Pamitku, kemudian melangkah meninggalkan tiga manusia yang sekarang mulai asyik menikmati acara tv sambil nyemilin kuaci. Padahal kuaci kan cuma bikin capek, tapi kenyang juga kagak.

Bibirku mengembang sempurna saat mendapati anak semata wayangku sudah tertidur pulas dengan ekspresi lucunya. Ara tidur di box bayi yang di belikan kakek dan neneknya, kata mereka box itu khusus untuk cucu cantiknya ini jika main ke sini.

Di apartemen aja tidurnya goleran di kasur sama orang tuanya, disini malah enak banget tuh anak tidur di box bayi. Cucu pertama emang beda, pasti di sayang sayang nglebihin anak kandungnya malahan.

"Ara kangen nggak sama Mama? Mama aja baru keluar bentar langsung kangen sama kamu." Telunjukku mengusap lembut pipi bulat Ara.

Wajah Ara berubah menampilkan ekspresi tak suka dengan sentuhan ku, sehingga telunjukku ku tarik menjauh dari pipinya.

Pelit amat deh nih anak, di sentuh pipinya dikit aja nggak boleh.

Karena Ara juga tidurnya udah pules, dan kayaknya belum butuh di susuin. Akhirnya aku memutuskan untuk bersih bersih badan di kamar mandi, sekaligus me time maskeran wajah.

Kan disini ada ibu, jadi nanti kalau Ara nangis heboh bisa di bantu ibu buat nenangin, jadi nggak perlu takut sampai ngerusak maskerku. Lagian aku udah lama banget nggak maskeran, sampai lupa gimana enaknya kalau kulit di olesin dinginnya masker.

Setelah racikan masker sudah siap, tanpa membuang waktu aku langsung mengaplikasikannya di wajahku. Walaupun kegiatan menyapukan masker ini juga kerap di selingi mataku yang bergerak melirik ke box bayi untuk memastikan Ara masih pules atau enggak.

Ah, rasanya enak banget, serius nggak boong. Kulit wajahku serasa hidup lagi, dingin dingin nyaaw gitu deh.

"Aduh, baru juga separuh nih sayang." Gerutuku lirih, saat mendengar rengekan dari bibir mungil Ara.

Emang sih anak didiknya Revan ini selalu nggak ngebolehin aku idup enak bentar aja.

Kutinggalkan mangkok maskerku yang masih berisi separuh lebih, kemudian aku melangkah mendekati box bayi untuk mengambil Ara yang mulai keras nangisnya. Wajahku yang baru separuh bagian di bubuhi masker greentea terlihat tertekuk karena kegiatan me time milikku di ganggu, bahkan sekarang aku ngambil Ara dengan sedikit menggerutu.

"Nen ya? Ara mau nen?" Ucapku memberi tawaran, yang tentu di sahut antusias oleh tuan puteri.

Ara langsung diam, sekarang bayi gemes ini sedang sibuk dengan kegiatan minum susunya. Karena Ara kalau lagi nen gini pasti anteng, makanya tangan kananku ku alih fungsikan untuk melanjutkan mengoleskan masker tadi ke bagian wajahku.

Dalam hati aku bersorak saat wajahku sekarang sudah di penuhi masker, bahkan hasilnya rapi. Akhirnya, berhasil juga aku maskeran.

Tatapan menggemaskan Ara ke wajahku membuat bibirku tak sadar tersenyum lebar, dan hal itu mengakibatkan masker di bagian tepi bibirku sedikit retak.

Hello, My Destiny [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang