Kali ini hanya ada Mama dan Papa bayi gemes aja yang tampil.
Terus, aku juga mau ingetin nih.
Part ini 16+ keknya, atau malah 17+ atau 18+ ya? Wkwk, bingung dah.
Nggak tau lah, pokoknya di sini part yang isinya sukanya Papa Revan mulu.Yang di bawah 15th boleh nggak baca ini dulu ya. Eh tapi, ada kejutan di dalamnya. Gimana dong?
Boleh yang belum cukup umur nggak usah baca, nanti aku sampaikan kejutan itu di part berikutnya.
Udah ya, belum mulau cerita aja. Udah seabrek gini cuap cuap authornya. Wkwk
Selamat membaca, ontyy ontyy kesayangan bayi gemes!!
🖤🖤🖤
Dengan kantuk yang sudah dalam kategori berat, dan juga kaki yang mulai nyut nyutan, tetapi aku tetap semangat memaksakan diri untuk menunggu kue dalam oven matang sempurna.
Dalam hati sudah bersorak riang menunggu Revan pulang, dan juga senyum candu yang akan ia tampilkan ketika sudah mengetahui hasil kerjaku hari ini.
"Bentar lagi ya, tidur siangnya? Mama harus nyiapin kue buat Papa, sayang." Gerakan menendang sedikit reda karena ucapanku untuk bayi gemes yang tengah heboh memutari seluruh rongga perut.
Hari ini Revan ulang tahun, tepat berusia 24 tahun. Dari pagi ia kode terus, gara gara aku pura pura lupa sama tanggal menetasnya. Padahal emang aku sengaja biar dia kesel aja, aslinya aku inget banget hari ulang tahunnya.
Biar tau rasa ya Papa kita cuekin, haha.
Ponselku dari tadi terus terusan menyala, pelaku utamanya masih sama, yaitu Papa bayi gemes. Bahkan terakhir tadi aku buka whatsapps, dia ngirimin aku gambar hasil reservasi di salah satu restoran. Itu tandanya ia mengkode ku agar segera mengucapkan selamat ulang tahun, tapi sampai sekarang pesannya juga belum aku balas.
Revan memang jarang ngajak aku dinner romantis, padahal mukanya ganjen gitu. Apa malu ya dia dinner romantis sama aku?
Lamunanku terbuyar karena suara alarm hp yang ku setting, untuk mengingatkanku jika kue siap di angkat dari oven. Aku berdiri dari dudukku, membuka oven untuk mengambil kue yang baru sekali ini ku buat selama hidupku.
Dari tadi aku terus terusan berdoa dalam hati, kalau kue ini harus enak. Malu dong aku, kalau gayanya mau ngasih surprise tapi kuenya bantet dan nggak enak.
Sebenernya aku udah pesen kue, tapi kue cantik dari toko roti itu ku atas namakan untuk anakku. Dari aku untuk suamiku, aku memilih hasil tanganku sendiri.
Setelah menunggu beberapa menit kue mendingin, aku langsung mengambil bahan bahan untuk menghias kue. Dari seminggu yang lalu aku udah mulai nonton youtube tutorial ngedekor kue, dah hari ini akan ku presentasikan hasil nonton sambil rebahanku seminggu ini.
"Kok gini, ya?" Aku berdecak sebal, ternyata susahnya bukan main ngehias kue. Kalau nonton di yutub kan gampang banget, ya?
Stok sabarku ku keluarkan terus menerus, demi kue yang sudah setengah jalan ini berhasil sesuai keinginanku. Wajahku berubah jadi gusar ketika membaca pesan Revan kalau ia akan pulang cepat hari ini. Itu tandanya aku harus lebih gerak cepat menyelesaikan pekerjaan ini.
Belum lagi aku udah punya planning banyak untuk tampil menawan hari ini menyambut Revan pulang kerja. Aku pasti bisa, kok.
Setelah menyelesaikan hiasan di kue ku yang sederhana, aku langsung kalang kabut meraih handukku untuk mandi. Revan bilang mau pulang jam 3, dan ini udah jam setengah 2. Tinggal satu setengah jam waktuku, padahal aku belum dandan sesuai rencana, belum juga balonnya ku tempel di tembok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, My Destiny [COMPLETED]
Teen Fiction"Bukan karena harta aku memilihmu, tetapi karena aku percaya jika takdirku akan bahagia bila bersamamu." -Arina. "Aku udah punya takdir bahagiaku, tetapi bukan kamu." -Revan. Dari percakapan itu aku semakin percaya, jika jodoh ku bukan hanya seputar...