Dear Aurelku.
Selamat atas pekerjaan barumu. Semoga sukses selalu ya, sayang🖤
I love you to the moon and back!
Revanmu selalu.
Berbagai argumen buruk mendadak bermunculan mengisi kepalaku, hingga kepalaku pening seketika. Mangkok buah ku taruh di jok, tanganku beralih meraih ponsel untuk memesan taxi online.
Tak sudi aku semobil dengan pembohong kelas atas macam Revan.
Sepertinya dewi keberuntungan sedang berpihak kepadaku, Revan datang tepat ketika taxi pesananku tiba di lobby restoran.
"Loh, mau kemana sayang?" Tangan Revan mencekal pergelangan tanganku yang sudah bertengger di pintu taxi.
Aku menepis tangannya, "Mau pergi dari kehidupan kamu. Nggak usah cari cari aku lagi. Nggak mau aku hidup sama lelaki pembohong kaya kamu."
Revan tertawa menatap wajahku yang sudah menahan tangis, "Aduh sayang, drama apa lagi ini? Aku nggak ngerti,"
Tak perlu menjawab pertanyaan sok polosnya. Aku segera membuka pintu taxi, lalu mendudukkan tubuhku di sana. Revan terus terusan menggedor kaca mobil dengan brutal, bahkan ia berlari mengejar mobil yang kutumpangi ketika mobil sudah melesat meninggalkan lobby restoran.
Jariku masih mengapit garpu yang menusuk buah naga di dalam mangkok. Entah aku ini sudah bosen dengan ulah Revan atau bagaimana, yang jelas aku tidak menangis ketika taxi sudah melaju.
Anak Mama pinter, deh. Nggak ngebolehin Mamanya nangisin Papa si tukang tipu.
Hp yang berada di tasku terus bergetar, mengakibatkan desahan kesal keluar dari bibirku. Aktivitasku menusuk potongan buah jadi terganggu karena harus merogoh ponsel di dalam tas.
SUAMIKU TERCINTA😘:
Aku tau sekarang kamu marah lagi gara gara apa. Inget, sayang. Jangan nyimpulin sesuatu tanpa tau kebenarannya.Nanti aku susul ke rumah ibu, ya?
Salam buat bayi gemes dalam perut.Hp langsung ku lempar masuk ke dalam tas. Aku tak peduli dia mau bertingkah apalagi, aku tak peduli.
Tanpa terasa buah buahan yang terpotong memenuhi mangkok itu sudah habis ku lahap semua. Tapi kenapa perutku masih terasa sangat lapar? Tau gini tadi aku minta di bekalin Mama dari resto untuk ku lahap di dalam mobil.
Seulas senyumku muncul ketika taxi berhenti di depan pagar rumahku, aku segera bergegas turun dan membayar ongkos. Dari sini aku melihat ibu sedang heboh mengelap kaca jendela teras, ia sampai tak mengetahui kedatanganku.
"Sibuk banget ya? Sampai nggak perhatiin ada tamu agung kesini." Ujarku.
Ibu memandangku, senyumnya langsung tercetak seketika. "Kok nggak bilang bilang sih, Ri? Tau gitu bersihin kaca udah dari pagi tadi."
"Nggak papa ibu bersih bersih, aku lihat dari sini." Bokongku sudah merambah kursi rotan kesayangan ayah setiap pagi.
Kain lap di letakkan ibu, lalu ia ikut mendaratkan bokongnya di kursi rotan sebelahku. "Kirain ibu kamu mau bantuin. Udah bilang Revan kalau mau kesini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, My Destiny [COMPLETED]
Teen Fiction"Bukan karena harta aku memilihmu, tetapi karena aku percaya jika takdirku akan bahagia bila bersamamu." -Arina. "Aku udah punya takdir bahagiaku, tetapi bukan kamu." -Revan. Dari percakapan itu aku semakin percaya, jika jodoh ku bukan hanya seputar...