Detektif Dadakan

4.1K 217 18
                                    

Tubuhku masih mematung di depan kamar apartemen nomor 143. Kalau kalian ingat ini nomor kamar siapa, pasti kalian juga bisa nebak aku mau ngapain ke kamar tetangga.

Iya, aku mau ngelabrak tante Fara. Sekalian aku ceramahin, biar inget akhirat dia.

Bel ku tekan, membuat bahuku semakin naik turun. Aku sendiri juga bingung, kenapa tiba tiba aku berani ngelabrak orang gini. Terakhir aku ngajak berantem orang itu pas masih SMA, waktu itu gara gara kakak kelas yang nggak terima cowoknya nglirik aku. Emang dasar lakinya aja yang ganjen, kalau aku kan santai santai aja.

"Eh, istri cantik Revan rupanya." Pintu terbuka, terlihatlah surga dunia bagi kaum adam yang berkulit buaya.

Tante Fara muncul dengan tanktop ketatnya, pahanya hanya di tutupi celana jeans super pendek. Aku jadi merinding, membayangkan Revan yang melihat pemandangan seperti ini.

"Masuk dulu," tawarnya ramah.

Sebenarnya aku malas bukan main untuk ikut langkahnya masuk, tapi daripada jambak jambakan di lorong, kan malu nanti di liat banyak orang dan juga di seret satpam.

Kalian mau tau Revan kemana? sampai aku ngelabrak dia nggak buntutin? Dia aku suruh nyari rujak malem malem, biar puyeng tuh kepala nyari rujak jam 9 malam.

"Di minum dulu. Maaf ya? Cuma kek gini adanya." Nampan berisi jus jeruk dan beberapa toples camilan di suguhkan ke hadapanku.

Aku hanya melirik sekilas makanan makanan itu tanpa ada niat melahapnya, soalnya aku takut kalau di dalam makanan itu di bubuhi racun. Terus bisa bisa aku pingsan habis makan itu semua, kek di sinetron sinetron itu.

"Revan pernah mampir ke kamar tante?" Tanyaku to the point.

Tante Fara mengangguk, "Iya, ternyata dia mainnya kasar ya?"

"Hah?" Mataku terbuka penuh.

"Revan punya hobby sama kaya tante, seneng main PS. Kebetulan minggu lalu anak tante main kesini ngasih game terbaru yang limit di Indonesia. Jadi tante tawarin Revan tanding, ternyata dia malahan yang menang."

Curiga, kalau taruhan main PS nya sama kaya pas Revan main sama aku. Yaitu, mandi bareng.

"Kalian taruhan juga?" Tanyaku.

"Iya," sahut tante Fara yang sukses membuatku was was.

"Apa taruhannya?"

Tante cantik ini terkekeh, "Di traktir makan sate ayam di depan, sayang."

"Tante ini kan udah tua, jadi mending di banyakin ibadahnya." Ujarku polos, tanpa memikirkan hatinya yang mungkin tersinggung.

Ia mengusap bahuku, "Tante inget, kok. Kamu tumben main kesini?"

Aku meliriknya sinis, "Wa tante ke Revan tadi yang baca aku. Revan selingkuh sama tante, ya?"

Tawanya pecah menatap kepalaku yang sudah bertanduk merah, "Aduh, posesif banget kamu. Suami kamu memang ganteng sih, tapi nggak bisa ngimbangin tante. Kalian berdua itu seumuran sama anak tante, jadi nggak mungkin tante main belakang sama Revan. Geli,"

"Terus ngapain tante ngajak Revan ke kamar tante? Kan tante tau, bisa aja laki laki langsung nerkam tante, kalau pakaian tante kek gitu." Ujarku kesal.

Ia mengusap punggung tanganku, "Tante nggak tertarik sama Revan, Revan juga nggak tertarik sama tante. Dia selau cerita tentang istrinya kalau lagi ketemu tante, keliatan banget kalau dia cinta mati sama kamu."

Tanganku ku tarik dari genggamannya, "Serius tante nggak bakal jadiin Revan pacar?"

Dia kembali tertawa, "Enggak mungkin dia jadi pacar tante, sayang."

Hello, My Destiny [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang