Senjata Makan Tuan

4.7K 213 32
                                    

Simulasi poto di buku nikah baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Simulasi poto di buku nikah baru. Yang bakal di tempel di buku kedua beda cui, udah senyum senyum manis bukan datar kek poto ktp lagi🤣

🖤🖤🖤

Mataku melirik arah pintu yang terbuka, kemudian kedua mataku beralih menatap jam dinding yang menggantung di atas tv. Ada perasaan sesak ketika melihat jarum jam menunjukkan pukul 22.31, dan Revan baru pulang dari mengais rejekinya.

Sebenarnya bukan hanya karena itu perasaan sesakku muncul, memang sudah dua hari ini dia pulang larut karena harus pergi berdua dengan Aurel selepas pulang kerja. Aku mengijinkan ia pergi berduaan, karena aku sendiri yang meminta permintaan gilaku untuk di madu.

"Kok belum tidur?" Ia mendekatiku, duduk bersila di karpet demi wajahnya bisa berhadapan dengan perutku.

"Nunggu kamu,"

Ia tersenyum, tangannya mulai mengelus permukaan perutku. "Kan tadi aku udah telfon, pulangku telat."

Aku menghela nafas, "Masih banyak yang perlu di siapin?"

Kepalanya mengangguk, kemudian di jatuhkan di atas perutku. "Sayang, ayo bangun. Papa ada hadiah buat kamu."

Tak sadar cairan bening sudah keluar dari kelopak mataku, namun segera ku tepis. Aku harus suportif, aku yang meminta dia seperti ini, jadi aku harus bisa menelan konsekuensinya.

"Suka nggak, Ma?"

"Hm?"

Telunjuknya terulur menyentuh pipiku, "Kok nangis?"

Ini orang gimana sih? Di tangisi nggak ngerti ngerti.

Tanganku meraih boneka rajut yang di genggam Revan, "Lucu. Makasih, Papa."

Senyumnya merekah, "Itu yang pilih tante Aurel tadi, sayang."

Senyumku luntur seketika, aku hanya menatap datar Revan yang sedang ngobrol dengan anak gadisnya. Sejak kemaren, banyak barang yang di beli Revan karena pilihan Aurel.

"Aku mandi dulu ya? Capek," pamitnya, lalu tubuhnya berdiri dan melangkah menuju kamar.

Punggung tanganku kembali menyeka air mataku, "Maafin Mama, sayang."

Sudah sekitar tiga puluh menit berlalu, tapi tubuh Revan belum juga muncul dari pintu kamar. Makanan yang sudah ku hidangkan di meja makan keburu dingin, dan juga kopi di gelas sudah tak mengepulkan asap sekarang.

Aku yang sudah geram menunggu Revan akhirnya melangkah membuka pintu kamar, "Ayo makan dulu."

Tubuh Revan ternyata sudah meringkuk di kasur, bibirnya senyam senyum nggak jelas gara gara baca pesan di hp yang tengah ia genggam.

"Ayo makan dulu, Van." Ajakku, tangan kiri-nya ku tarik supaya bangkit dari kasur.

"Aku masih kenyang, sayang." Tolaknya.

Hello, My Destiny [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang