Dua Bayi

6.8K 271 33
                                    

Sudah tiga bulan lebih berlalu, tak terasa bayi bayi yang sekarang ikut menuh menuhin kasurku dan Revan ini mulai aktif dan juga tambah pinter.

Tentang Arel, ia sekarang bener bener wujudin cita cita Revan punya jagoan kecil. Mainan segunung yang dulu di beli Revan sewaktu aku hamil jadi kepakai, pakaian pakaian bayi laki laki favorite Revan juga akhirnya di kenakan dan nggak mubadzir. Intinya, Arel pelengkap hidupku dan Revan. Tapi kakek nenek, dan juga Oma Opa ikut bahagia luar biasa atas kehadiran Farel.

Namanya di tambahin sama Revan, jadi Farel Ramadhan Putra Wardhana. Dia udah sah jadi anakku, semua urusan surat menyurat udah clear menyatakan kalau Arel anakku. Bahkan sekarang KK ku dan Revan jadi empat nama, hehe.

Kalau si gemoy Ara masih sama aja kepo dan usilnya, dia suka iri kalau Papa Revannya gendong Arel. Padahal udah aku kasih tau, kalau Arel itu juga kangen sama Papa, tapi tetep aja bagi Ara kalau Revan itu cuma miliknya seorang.

Oh iya, aku dan Revan sekarang lebih sibuk ngurusin keluarga kecil kita sih, ketimbang ngurusin perusak rumah tangga kami. Kalau kalian berfikir Aurel dan Galang berhenti gangguin rumah tangga kita, kalian salah. Mereka berdua semakin kuat, kadang sukses bikin salah satu di antara aku dan Revan sedikit goyah.

Meskipun kadang debat gegara masalah sepele, aku dan Revan selalu di persatukan kembali oleh anak anak kita. Dua anak bayi itu selalu buat orang tuanya nggak jadi berantem, tiap liat mereka bawaannya pengen rukun terus.

Makasih anak anak Mama!

Sekarang Revan jam segini masih sibuk nyiapin air hangat buat mandi anak anak, kasian sampai kaos yang di pakainya basah gegara keringet. Mbak Tuti ijin nggak masuk hari ini karena cucunya sakit, jadi mengharuskan aku dan Revan harus mandiri ngasuh dua anak bayi.

"Ri, udah siap!" Teriak Revan dari arah ruang cuci.

Aku tersenyum menatap dua anakku yang udah aku lucuti pakaiannya, sehingga sekarang mereka bergerak lucu dengan tubuh polos gempalnya.

"Ayo mandi, Papa udah siapin." Ujar Revan, ia masuk ke kamar dan langsung membopong tubuh Arel.

Akupun demikian, langsung mengangkat Ara dan ikut berjalan di belakang Revan. Emang tiap mandi selalu bareng gini sih, jadi emang capek nyiapin dua bak mandi bayi sekaligus gini.

"Rambutnya di keramasin, biar cepet numbuh terus di kepang." Ucapku, tanganku mengguyurkan sedikit air di kepalanya Ara yang masih di tumbuhi sedikit rambut.

Revan menolehku, "Arel keramas juga deh, biar rambutnya bisa di jabrik."

"Ih, ikut ikut." Cibirku.

Tangan Revan yang mengembalikan botol shampo langsung berbelok mencoel pipiku, "Ya biarin, Arel kan mau ganteng kek Papa."

"Nggak,"

"Kenapa? Kamu berharap Arel gantengnya kek aktor drakor kamu itu?"

Kepalaku mengangguk, "Iya dong."

"Selesai," sorak Revan, ia berdiri lalu menuang air bekas mandi Arel ke rumput.

Kepalaku berputar menatapnya tak percaya, baru juga semenit tuh anak ia celupin air, sekarang udah di angkat katanya selesai. "Heh, kok udah sih? Sela sela jarinya belum kamu bersihin tuh."

"Udah bersih semua kok," sahutnya tanpa menolehku, bahkan sekarang ia bersiul nyaring untuk menemani perjalanannya menuju kamar.

Revan emang gitu sih kalau mandiin anak, nggak pernah teliti. Tiap pagi emang aku bertugas mandiin dan dandanin Ara, tapi kalau sore puter tugas. Aku pegang Arel, Ara ikut papanya.

Hello, My Destiny [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang