Maaf

5.3K 355 9
                                    

Aku mengerjapkan mata beberapa kali. Kepalaku terasa pening, pipiku juga terasa sedikit basah. Dan saat mataku berhasil terbuka dengan normal, baru kusadari ternyata tadi saat aku menangis saking capeknya sampai ketiduran.

Tok..tok..tok..

"Ri, keluar dulu yuk. Udah di tunggu ibu untuk makan malam." Ucap ayah dari balik pintu.

Aku berjalan mendekati pintu, lalu membukanya. Aku melihat ayah berdiri di dihadapanku sambil merentangkan tangannya sebagai tanda jika ia ingin memelukku. Aku tersenyum, dan selanjutnya aku sudah hanyut dalam lamunanku saat berada dalam dekapan ayah.

Ayah melepaskan pelukannya, lalu menangkup wajahku, "Cepetan bersih bersih sana, ibu sama ayah tunggu di bawah ya?"

Aku mengganguk menuruti perintah ayah. Saat aku menutup pintu, bayangan Revan dengan wanita tadi terlintas di kepalaku. Yang membuat air mataku terjun lagi dengan sendirinya.

Aku menggeleng cepat, mengusap pipiku dengan kasar. Lalu mengambil peralatan mandiku, dan bergegas menuju kamar mandi untuk merefresh pikiranku yang mulai kacau ini.

Cukup lama waktu yang ku habiskan untuk melamun di kamar mandi. Dan sekarang aku sudah bersiap untuk keluar kamar, sebenarnya aku masih malas untuk keluar kamar tetapi mengingat ayah dan ibu yang menungguku untuk makan malam bersama, aku jadi kasihan kalau mereka menungguku terlalu lama.

Aku menundukan kepala saat menuruni tangga, dan saat aku mendongakkan kepala ku, aku melihat Revan ikut duduk di meja makan dan sedang berbincang dengan ayah. Mataku memanas, Aku langsung membalikkan tubuhku untuk kembali kedalam kamar.

Tapi baru beberapa langkah, tanganku terasa ada yang mencekalnya dari belakang. Aku menoleh, ternyata Revan yang menggenggam pergelangan tanganku.

Aku menepisnya tangannya dengan kasar, dan tak terasa air mataku sudah keluar saat ini.

"Ri, aku mau minta maaf." Ucap Revan menatapku dengan tatapan bersalah.

Aku berhasil melepasakan genggamannya, lalu aku membalik tubuhku untuk menghadapnya.

Plaak..

Aku menampar pipi Revan, aku memandangnya memegang pipi kanannya yang ada bekas tanganku. Aku meremas tanganku yang masih bergemetar, hatiku bukannya lega tapi malah merasa bersalah.

Revan mengusap pipinya yang ada bekas tamparanku, lalu meraih dengan lembut tangan kananku, "Tampar lagi, Ri. Kalau itu bisa buat kamu maafin aku."

Tangisku semakin menjadi, kala Revan menepelkan tanganku pada pipinya. Rasa bersalah mulai merutuki hatiku lebih dalam. Harusnya sesalah apa Revan kepadaku, aku nggak boleh melakukan ini.

"Aku minta maaf, Ri." Lirih Revan.

Aku menunduk, air mataku masih menetes deras membasahi kedua pipiku. Yang kurasakan saat ini, aku hanya merasa diriku sendiri kacau. Ingin rasanya aku memaki Revan dan meluapkan emosiku tapi disisi lain, hati kecilku merasa kalau Revan tidak sepenuhnya salah dalam masalah ini.

Harus ku ingat kembali jika aku ini hanya wanita pilihan OMA!

Revan menggoyahkan lenganku yang ada pada genggamannya, "Kamu nggak mau maafin aku, Ri?"

Aku mendongak, mengusap air mataku, "Aku yang minta maaf udah nampar kamu."

Lelaki bengis di depanku ini lalu menunjukan deretan giginya, lalu merentangkan tangannya dan menggiring tubuhku untuk ia dekap.

"Ekheeeem," deheman ayah yang langsung membuat kami berdua salah tingkah.

Mati aku! Serasa nonton drama deh ayah sama ibu.

Selanjutnya, acara makan malam berjalan seperti biasa. Ibu juga tidak menyinggung masalah tadi sore sama sekali. Dan aku tahu alasannya, semua itu karena ibu maupun ayah tidak mau membuat aku dan Revan kembali mengingat masalah yang hampir merusak hubungan kita. Hubungan paksaan maksudku.

***

Yeayyyyy, akhirnya update dooongg!!
Kemaren kemaren sempet uninstal wattpad nih, gegara mlz bgt mood buat ngetik. Tapi sekarang alhamdullilah moodnya udah sedikit membaik, hehe..

Oiya, jgn lupa vote and comment yaa :))
Terimakasih:)

Hello, My Destiny [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang